13

5.8K 296 31
                                    


Amanda masih dengan Isak tangisnya bahkan semakin histeris saat salah satu pria yang berjumlah empat orang itu sudah menyeretnya keluar kamar mandi. Niat hati ingin keluar melalui jendela kamar mandi yang cukup sempit, sebelah kakinya telah di tarik oleh salah satu pria berbadan tegap dengan kostum hitam gelap dan juga pekat.

"Tolong!"
Teriaknya histeris dengan tubuh bergetar ketakutan.

"Pelan-pelan!" Salah satu pria itu menegur dan membuat seretan itu menjadi mengendur.

Tepat di muka ranjang Amanda terduduk dengan wajah ketakutan.

Pria yang menegur tadi kini membuka kain penutup wajahnya lalu berjongkok di hadapan Amanda.

Sebelah tangannya membelai wajah wanita yang ada di hadapannya. Jelas Amanda menepis dan pria itu tertawa kecil.

"Dulu, tangan ini yang selalu kamu dambakan agar membelai wajahmu. Dan sekarang, kamu benar-benar tidak menginginkannya?"

Amanda menggeleng masih dengan air matanya yang mengucur. Dia sama sekali tidak mengetahui siapa pria yang berbicara di hadapannya.

Pria itu kembali tertawa kecil.

"Tapi, aku benar-benar merindukanmu. Sangat dan sangat merindukanmu"

Pria itu kini kembali mengusap wajah Amanda dengan lembut. Amanda menepis tangan kekar itu dengan kasar.

"Jangan sentuh!" Gertak Amanda.

"Anak ...." Belum sempat pria itu berbicara, pintu terbuka dan menampakkan dua wanita dengan pistol di tangan.

"Lepaskan! Atau peluru akan menembus kepalamu!" Ancam Karin dan menodong pistol itu ke arah pria yang duduk di hadapan Amanda.

Secepat kilat pria itu menarik Amanda kedalam dekapannya bersamaan dengan tiga pria yang kini maju dan melakukan hal yang sama. Sama-sama saling menodong.

"Fero! Lepaskan dia!"
Laili angkat suara dan hanya mendapat senyuman miring. Sejurus kemudian, suntikan yang cairannya telah habis itu, Fero lemparkan ke hadapan dua wanita itu.

Tak ada suara lagi saat benda itu telah tertancap di bahunya.

"Ayo kita pulang sayang! Anak kita sedang menunggumu di rumah."

"Kamu kira saya main-main dengan ini?" Karin semakin maju dan tiga pria yang lain juga ikut maju.

"Letakkan dia, atau kutembak kepalamu!" Ancam Karin dan sedetik kemudian, dua pria itu melepaskan tembakan membuat Laili dan Karin terhuyung seketika.

Amanda masih dalam gendongan Fero. Pria itu menatap wajah Amanda kemudian tersenyum tipis. Setelah itu mereka berlalu meninggalkan dua wanita yang tergeletak di lantai dengan jarum yang masih menempel di pundaknya.

            _____________


Beberapa jam kemudian, Laili tersadar dengan kepala yang terasa amat pening. Jarum itu segera ia copot secepat mungkin.
Laili mengerenyitkan kening dengan sebelah tangan yang menekan pelipis. Penglihatannya masih terlihat berputar-putar tak karuan.

"Kamu udah gila, Fer! Setelah apa yang kamu lakukan, sekarang kamu ingin merebut Manda kembali." Gumam Laili dari dalam hati.

Dengan sekuat tenaga Laili ngesot agar bisa mendekati Karin. Segera ia  mengguncang-guncang tubuh Karin. Wanita itu masih berada di bawah pengaruh bius.

Melirik jam, ternyata sudah pukul 03-32 malam.

Laili memejamkan mata membayangkan kemarahan yang akan ia dapatkan dari Isyraf nanti.ia berharap, Isyraf tidak akan melakukan hal-hal yang berbahaya lagi.



Three Wives (18+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang