9

6.6K 344 32
                                    

"Wah, beneran nih, Pak Mufid mau traktir kita?"Meni menatap Pak Mufid dengan sumringah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, beneran nih, Pak Mufid mau traktir kita?"
Meni menatap Pak Mufid dengan sumringah. Jika di lihat-lihat, Meni seperti ingin memeluk Pak Mufid. Lihat saja tangannya sudah mengayun-ayun ke udara. Mataku bahkan ikut naik turun di buatnya.

"Makasih yah, Pak"
Ucapku dan dia tersenyum tipis. Entah, angin apa yang sudah mengenai pria bujang lapuk ini? Yang setiap hari wajahnya garang mirip singa kelaparan, sekarang berubah menjadi pribadi yang hangat.

Ah! Dunia ini memang lucu dan di penuhi orang-orang yang membingungkan.
Mbak Laili dan Mbak Karin juga termasuk orang yang paling aneh di dunia ini.

Dari novel yang aku baca, istri kedua itu selalu merebut hati suami dan menelantarkan istri pertama. Padahal, yang aku bayangkan, aku akan terlunta-lunta di jalanan karena di usir oleh mereka berdua. Terus aku mati dan gentanyangin mereka karena pingin balas dendam. Ya ampun, ini kok mirip film yang ada di siaran ikan terbang sih?.

Tapi, semuanya beda.
Mbak Laili masak. Mbak Karin nyuci, ngepel dan ngerjain yang lainnya. Walaupun ada tiga pelayan, tapi mereka terlihat tetap aktif.

Aneh sih, tapi nyata.

Lalu aku?. Nyampe rumah langsung memeluk guling. Berasa jadi ratu, kan kalau gini caranya.
Bisa-bisa bobot ku semakin naik karena di manja mereka.

Lucu, sih.

Tapi, ya sudahlah.

Pelayan cafe kini sudah membawa tiga cangkir jus beserta makanan yang kami pesan tadi.
Jangan tanyakan bagaimana gaya Meni sekarang. Jika bukan sahabatku, sudah ku getok kepalanya pakai garpu.

Saking semangatnya menghirup aroma makanan, hidungnya sampai nyumpleng di kuah makanan.
Pak Mufid jadi garuk-garuk kepala dibuatnya.

"Panas"
Meni meringis sambil mengipas-ngipas ujung hidungnya yang super mancung. Maksudku kebalikannya.

"Sana, cepat ke toilet!"
Pak Mufid berubah garang. Meni sudah lari kocar-kacir di buatnya. Rasanya, aku juga ingin mundur tapi, tidak enak hati.

Bagaimana kalau Pak Mufid marah dan merusak nilai-nilai ku?. Kan, takut.
Belum aku menyendok makanan, tiba-tiba pria yang tak asing duduk di sampingku. Tempat dimana Meni sahabatku duduk tadi.

Jantungku hampir saja melorot melihat ekspresi wajahnya. Lebih seram dari pada masuk ke rumah yang sudah kosong puluhan tahun.

Bukan seram, sih. Tapi, angker!

"Pulang!"
Ucapnya penuh tekanan.

"Hei, siapa kamu?"
Pak Mufid angkat suara. Bahkan terkesan membentak.

"Bukan urusan anda!"

Lenganku sudah di cekal Mas Isyraf.
Satu fakta yang baru aku tahu tentang dia.
Mas Isyraf terjangkit virus Posesif tingkat tinggi.

Bersambung!

Three Wives (18+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang