[3] Malam

701 97 37
                                    

Baca dulu :v

🎨🎨🎨

Aku bertanya pada diri sendiri. Mengamati raga melalui kaca yang berdiri. Mencoba tersenyum saat gimik bermain tanpa disadari. Kesimpulannya, aku tak mampu menjadi diri sendiri.

🎨

"AARRGGHH."

Teriakan Leva sukses membuat ruang UKS menggema dan menarik perhatian orang-orang yang ada di dalamnya. Leva menangis. Ini hanya mimpi? Iya mimpi tetapi kenapa mimpi tersebut sudah pernah terjadi pada kehidupannya?

"Lev," panggil Devan tak mengerti.

"Lev lo kenapa?" tanyanya.

Leva dikejutkan oleh kehadiran Devan. Ia mengingat-ingat kejadian terakhir yang ia lihat. Terakhir ia sedang bermain voli, tetapi kenapa di sini tiba-tiba ada Devan? Mereka tidak satu kelas!

"Dev ... ayah ...." Leva terbata.

"Lev, udahlah lupain. Jangan diinget terus. Biarin berjalan sesuai alur yang Allah rencanakan."

"Aku mimpiin ayah tadi. Tapi, mimpi itu persis dengan kejadian dulu. Ya, dulu." Tangan Leva berkeringat. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tak berani menampakkan wajahnya yang sudah diyakini sangat kacau.

Devan mengusap air mata Leva. Berusaha menenangkan sesosok gadis rapuh di sebelahnya ini.

"Lo istirahat aja, jangan ikut pelajaran dulu," kata Devan.

Leva menggeleng dengan keras. Sebagaimanapun kondisinya saat ini, ia harus mengikuti pelajaran. "Aku udah baikan, kok. Setelah ini, aku mau ganti terus ikut mapel seni." Leva memang masih mengenakan pakaian olahraga. "Kamu balik ke kelas sana. Belum istirahat loh," lanjutnya.

"Beneran? Gue temenin, deh," ujar Devan.

"Gak usah."

🎨

Setelah ganti pakaian, Leva segera mengikuti mata pelajaran seni. Ia memperhatikan penjelasan dari Bu Harmony.

Namun, tak lama kemudian bel istirahat berbunyi. Bu Harmony segera mengakhiri pembelajaran kali ini. Setelah Bu Harmony menutup salam, semua siswa berhamburan menuju kantin.

"Lev, lo udah baikan? Kok cepet, sih?" kata Andini yang tengah berjalan.

"Udah," jawab Leva seadanya.

"Lah, kok cepet sembuhnya?"

"Lo mau doain Leva pingsan berjam-jam, gitu?" tanya Tiara kepada Andini.

"Hadeh Tiara. Lo kayak gak tau Andini aja." Queen ikut menimpali. "Eh, Lev, gue minta maaf, ya? Tadi nggak sengaja sumpah."

"Iya, gak papa kok."

"Queen bar-bar-nya melebihi batas normal," sambung Andini.

"Ya ... kalian sama-sama bar-bar juga, sih," canda Leva.

"Gue gak." Mereka menjawab dengan kompak.

"Kom-"

Ucapan Leva terpotong oleh suara yang berasal dari tengah lapangan.

"Woi ambilin bola basketnya!"

Leva [Finished] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang