[17] Berulah

339 49 3
                                    

Makasih yang udah ngikutin sampai sejauh ini 💕

🎨🎨🎨

Jika kamu ingin menjeda, katakan. Maka, detik itu juga akan aku lepaskan. Untuk sesak, selamat datang.

🎨

Kini saatnya pulang sekolah, Leva mengambil tas-nya. Ia menyimpan buku bersampul biru itu ke dalam tas. Tadi, ia tak sempat mengotak-atik buku tersebut, bahkan ia lupa akan membuat catatan apa di sana.

Pandangan matanya mengedar ke seluruh penjuru sekolah, ia mencari Devan. Ia menghampiri Devan ke kelasnya. Yeah, Leva menemukan cowok itu. Ia dapat melihat Devan yang sedang merapikan tasnya.

"Devan," sapa Leva.

Cowok itu hanya berdeham.

"Pulang yuk. Kamu gak ma—" Ucapan Leva terbungkam oleh kata-kata Devan.

"Lo pulang sendiri, gue banyak acara." Setelah itu, Devan langsung meninggalkan Leva yang kebingungan. Cowok itu melangkah tanpa menghiraukan tatapan Leva yang sepertinya butuh penjelasan.

Leva menghembuskan napasnya pelan. Ia menarik paksa kedua sudut bibirnya. Kemudian Leva berkata, "Devan kenapa?"

Leva mengejar Devan, ia meraih tangan kekar cowok itu. Untung saja, Devan hanya berjalan, jadi Leva tak terlalu banyak mengeluarkan tenaga. "Kenapa?" tanya Leva pelan, ia menunduk.

"Gue mau main basket," ujarnya seraya menarik tangannya yang masih dipegang Leva.

"Ikut," kata Leva.

Devan menahan emosinya, yang di hadapannya ini adalah gadis yang cukup sensitif. Sekali disakiti, Leva akan mengingat dan mengungkitnya berkali-kali.

"Lo istirahat dulu."

Tunggu! Tak biasanya Devan sesingkat ini ketika berbicara dengan Leva. Apa Leva telah membuat kesalahan? Tetapi apa?

"Anterin," rengek Leva.

Devan memutar bola matanya. "Gak bisa Lev, gue udah ditelepon mulu sama Vino."

Leva menganggukkan kepalanya pelan. "Gak biasanya kamu kayak gini. Penting banget kayaknya, ya udah. Semangat ya, aku duluan."

Setelah itu, Leva pergi meninggalkan Devan. Ia tak menatap ke belakang lagi, di mana itu adalah posisi Devan berdiri. Toh, Devan juga sudah tak peduli.

🎨

Devan tak fokus bermain basket, sesekali ia kena marah Vino. Vino greget sendiri melihat Devan yang tak bersemangat kali ini.

"Dev lo kenapa, sih? Kagak ada semangatnya banget," ujar Vino.

"Gue istirahat dulu. Kalian latihan aja," perintahnya.

Devan terduduk di bawah pohon rindang itu, ia meneguk minuman yang ada di sana. Pikirannya teringat akan kejadian tadi siang. Saat Devan tengah menunggu Leva. Cowok itu duduk di perpustakaan sekolah. Devan sudah cukup lama menunggu, katanya Leva hanya akan mengambil buku bersampul biru yang berisi catatan program OSIS.

Devan berniat menghampiri Leva ke kelasnya. Cowok itu menghentikan langkahnya ketika berada di dekat taman. Mata Devan menyipit, ia melihat dua orang yang tak asing di sana. Devan berjalan mendekat untuk memastikan dugaannya benar atau salah.

Dan ternyata memang benar.

Devan dapat melihat Leva dan Axel yang tengah mengobrol. Entah apa yang mereka perbincangkan, yang jelas Devan tidak suka. Mereka terlihat begitu dekat.

Leva [Finished] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang