[16] Perihal Gelap

333 48 2
                                    

Happy reading pokoknya 💕

🎨🎨🎨

Sesekali semesta mencoba bercanda. Merapuhkan raga yang mungkin sudah tak layak ada. Menancapkan belati yang terbuat dari kata. Satu yang harus kamu tahu; kali ini aku menyerah kepada semesta.

🎨

Rabu, 9 Oktober 2019

Devan sekarang tengah berada di rumah Leva, ia menunggu gadis itu untuk diajaknya berangkat ke sekolah bersama. Cowok itu duduk di ruang tamu dan ditemani Vina yang saat itu juga hendak pergi ke kantor.

Cowok itu membuka percakapan terlebih dahulu. "Tante, Leva pernah cerita ke Devan. Katanya, dia mau masuk eskul drawing club."

"Iya, cuma Tante gak izinin," jawabnya.

"Loh kenapa Tan? Leva berbakat loh diseni lukis." Awalnya Devan tak mau ikut campur soal ini, namun sepertinya ia harus mencampuri. Bagaimana tidak? Leva selalu merengek kepadanya untuk membujuk Vina.

"Tante tau, cuma Tante kurang suka aja kalau Leva sering melukis. Makanya, Tante jarang kasih izin dia melukis di mana pun," terang Vina.

"Leva sering ngajarin Arin melukis," ungkap Devan jujur.

Vina terdiam sejenak. "Arin yang minta?" tanya Vina.

"Kadang Leva juga main ke rumah Devan, cuma buat melukis." Devan menarik kedua sudut bibirnya. "Jangan terlalu dikekang Tan, nanti hilang," ujarnya.

Vina kehilangan kata-kata. Apa selama ini dia terlalu mengekang Leva? Dia hanya ingin yang terbaik untuk putrinya itu. Dia memasukkan Leva ke eskul musik hanya karena ingin membantu Leva untuk menghilangkan bayang-bayang buruk dimasa lalunya.

Namun, sepertinya salah. Leva justru semakin tersiksa oleh nada-nada yang menurut orang terlalu berirama.

Lagi pula, Vina memiliki alasan lain kenapa ia tak mengizinkan Leva masuk eskul drawing club. Dan Vina juga lebih suka melihat Leva bermain musik daripada bermain warna. Sepenglihatan Vina, Leva baik-baik saja ketika sedang bermain dengan nada.

"Nanti Tante bicarain lagi sama Leva," pungkas Vina.

Devan mengangguk.

🎨

Kini Leva dan Devan sudah berada di indoor sekolahnya, mereka tengah mengatur acara untuk lomba yang terakhir, yaitu lomba bernyanyi solo.

Leva membuka acara bersama Devan. Mereka berdua menjadi MC diacara kali ini. Keduanya menjadi pusat perhatian semua orang. Devan dapat melihat banyak orang yang tengah berbisik-bisik. Entah membicarakan apa, yang jelas Devan risi. Mereka berbisik-bisik seraya menatap dirinya dan juga Leva.

Devan menyipitkan matanya, ia melihat Axel yang tengah memperhatikan Leva dengan mengembangkan senyum. Devan berbisik kepada Leva, "Ini yang gue gak suka kalau jadi MC. Pasti jadi pusat perhatian. Tau gini, mending biar Queen sama Krisna aja."

Leva mencebik kesal. "Sekali-kali, gak papa, kan? Katanya, Leva-nya gak boleh diliatin cowok lain," canda Leva.

"Emang gak boleh. Ada yang liatin lo dari tadi," ujar Devan pelan.

"Siapa?"

Devan melirik Axel sekilas. Leva paham, gadis itu hanya terkekeh sebagai responsnya. "Kak Axel lagi liat yang nyanyi," sanggah Leva.

Leva [Finished] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang