Ending ini geng. Lama-lamain bacanya ya, hehehe.
Happy reading 💕
🎨🎨🎨
Tolong, beri aku waktu untuk berkata. Tenang, ini tak akan memakan waktu lama, mungkin juga untuk yang terakhir kalinya.
Sedikit banyak kamu mulai berbeda, munafik jika aku mengatakan tak apa. Tentangmu selalu menjadi yang utama, sekaligus sebagai hal yang ternyata sia-sia.Akan kuajak kamu ke sebuah pemahaman. Mencoba mengimbangi pemikiranmu yang tak memiliki kesamaan, sepertinya itu sebuah kesalahan. Perihal hati yang kamu beri atas dasar persahabatan, itu menyakitkan. Aku terluka, untuk yang kesekian.
Harapan tentang kebersamaan? Tak apa jika ingin dipatahkan. Kulepaskan, jika itu sebuah keinginan, sudahi saja naskah yang sebenarnya tak bertuan. Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Peri manis ini sudah pandai menyembunyikan perasaan. Biarlah rasa ini kusimpan, sebagai bentuk perpisahan.
🎨
Leva sudah berada di kamarnya. Setelah kepulangan Axel, dia langsung mandi. Ternyata, Vina memang sudah berada di rumah. Mungkin pekerjaan kantor sedang berkurang. Tetapi, kenapa Vina menyuruh Leva pulang cepat-cepat? Tidak seperti biasanya.
Leva tak ambil pusing. Gadis itu berniat ke ruang kerja Vina. Setelah sampai di tempat yang ia tuju. Leva bingung, tak biasanya Vina meninggalkan ruang kerjanya. Kaki Leva melangkah menuju kamar Vina. Mamah kayaknya udah di kamar beneran, pikirnya.
"Mah," panggil Leva. Gadis itu langsung memeluk Vina yang berada di tepi ranjang.
"Mamah ada kejutan buat Leva," tutur Vina.
Leva mengerutkan dahinya. "Kejutan apa, Mah?"
"Kecil, sih." Vina menjeda, kemudian ia berkata, "Leva dibolehin masuk eskul drawing club atau kelas Bahasa."
Sungguh, Leva ingin menangis saja. Gadis itu langsung mengeratkan pelukannya. Tangis Leva sudah tak bisa ditahan lagi. Ia tak berhenti menghilangkan senyum. Kejutan yang mungkin orang anggap sebagai hal kecil, bagi Leva ini adalah kejutan paling istimewa.
"Makasih, Mah." Leva mengurai pelukannya. Ia menatap Vina. Sungguh, Leva sudah tak bisa berkata-kata lagi.
"Leva senang?" tanya Vina yang dibalas anggukan oleh Leva.
"Banget. Tapi, Leva gak akan pindah kelas, Mah. Sebentar lagi, Leva masuk kelas 12 dan Mamah tau sendiri ... Leva agak susah beradaptasi sama hal-hal baru. Leva udah nyaman di MIPA 1."
"Beneran?" kata Vina.
Leva mengangguk. "Tapi, izinin Leva masuk eskul drawing club, ya? Mungkin cuma sebentar, sih, tapi semoga aja, kehadiran Leva bisa membantu eskul itu ... supaya gak dibubarin."
Vina mengangguk untuk mengizinkan.
🎨
"Raaaa."
Tiara yang sedang duduk di tepi kolam sekolah, kini bangkit, ia menatap Leva penuh tanya. "Apa?"
"Kenapa bohong?" Leva berucap dengan suara serak.
Tiara melepaskan pelukan Leva. "Maksud lo?"
"Kamu bukan gelap, kan?"
"Kenapa lo bisa tau," panik Tiara.
"Kemarin aku dari rumah Kak Axel. Karena kehujanan, jadi Kak Axel nyuruh aku ganti baju. Pas di kamar Kak Alexa ... aku nemu kotak yang di atasnya ditulis gelap. Pas aku buka, isinya emang kata-kata sang gelap," terang Leva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leva [Finished]
Novela JuvenilA Teenfiction by @Ivory_Lyra Leva? Gadis sempurna yang tak sesempurna kelihatannya.