[28] Sekadar Ucapan

250 44 9
                                    

🎨🎨🎨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎨🎨🎨

Ada sakit yang teramat. Bukan sekadar jatuh lantas bangkit atas keterpurukan. Ada perih yang tak biasa. Masih tak sanggup untuk kudeskripsikan. Pemikiran awal, apa ini yang dinamakan patah dengan alasan salah jatuh cinta?

🎨

Happy Birthday, Leva.

Setelah cukup dengan keterkejutannya, Leva langsung bangkit dan melihat kalender kecil yang berada di dekat lemari buku miliknya.

Tanggal 11, bulan Desember.

Leva menepuk pipinya pelan, ia tak sadar jika hari ini dirinya ulang tahun. Hanya ada satu orang yang mengucapkan, sekaligus mengingatkan. Bahkan, mamahnya saja tak mengingatnya. Padahal, hari pun tak lama lagi akan berganti.

Dengan segera, ia langsung meraih ponsel yang tergeletak di meja, lantas membaca pesan tersebut dan segera mengirimkan balasan.

Kak Axel

Happy Birthday, Leva.

Makasi Kak.

Sorry, gue hampir aja lupa. Gue ngirim pesannya sebelum hari berganti nih, jadi gak papa kan?

Leva melirik pesan pertama yang Axel kirimkan. Cowok itu mengirim pada pukul 23.49. Leva tersenyum kecut, sepertinya memang benar-benar hanya Axel yang mengingat hari ulang tahunnya.

Tetapi tunggu! Bagaimana Axel bisa tahu? Leva tak pernah bercerita tentang hal pribadinya. Lalu? Apakah cowok itu mencari tahu sendiri? Atau bertanya kepada salah satu temannya? Jika iya, temannya pasti tak akan memberi tahu. Apa dari data anggota OSIS? Jika iya, sungguh, kurang kerjaan.

Leva tak kunjung membalas. Ia malas. Sebab, bukan Axel yang ia nantikan. Tetapi, seorang cowok dengan raut muka dingin, yang padahal memiliki sisi yang berbeda.

Panggilan masuk dari Axel. Leva menekan tombol hijau setengah minat.

"Ya, kenapa Kak?"

"Chat gue gak dibales, nih?"

"Bingung mau bales apa."

Cowok di seberang sana terkekeh. "Lev, berdoa gih. Kan sekarang hari ulang tahun lo."

"Eh iya. Dalam hati aja, deh."

Hening cukup lama sampai akhirnya terdengar suara Axel berbicara, "Sudah?"

Leva mengangguk seraya berkata, "Sudah."

"Ya udah, tidur ya. Besok sekolah, sudah hampir jam 12 juga ini."

"Gak bisa tidur," lirih Leva. "Eh." Dia baru saja tersadar atas apa yang telah diucapkan.

"Gue temenin?"

Leva [Finished] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang