1-4: Olahraga

2.4K 306 35
                                    

Crystal senang sekali kalau jalan-jalan. Anggapan dia jalan santai itu. Seperti bermain. Lihat pemandangan alam kesukaannya.

Namun, kesenangannya pudar ketika Roxy memamerkan sepatu baru dan seragam terlihat putih bersih. Dagu terangkat angkuh, serta kedua tangan terletak di pinggang.

Saudara kembar Sky paling tak suka ada orang sombong. Kata mama Maulia, orang sombong itu orang pelit. Malas bersedekah. Bagi yang lain, orang sombong itu orang senang meremehkan orang lain dan menolak kebenaran.

Namanya juga anak kecil. Setiap memandang Roxy super pelit, Crystal menganggapnya begitu. Sombong ya berarti pelit, menurut Crystal.

"Aku kelen, ndak?" Roxy memamerkan sepatu dan seragam putih, khusus untuk olahraga. Celana panjang warna merah juga terlihat keren. "Mbok Milna cuciin bajuku sampe belsih, lho."

"Mbok Milna?" Putra bingung. "Siapa?"

"Ndak penting." Roxy belum mau menceritakan tentang kehidupan rumahnya agak tak mudah dicerna oleh dia yang masih kecil. "Mbok Milna cayang aku juga," lanjutnya tak bersambung.

Dilirik seragam Putra juga masih baru, meski kelihatan kotor di bagian sepatu. Seragamnya kebesaran dikarenakan orang tua Putra selalu lupa ukuran baju anaknya.

"Puto jelek bajunya," ejek Roxy. "Besal amat," tambahnya.

"Buda aku kasih baju besal-besal," sahut Putra malah teringat hal menjengkelkan. "Kakakku kan, banyak. Buda ndak liat aku. Nyebelin."

Sky menoleh, menepuk bahu Putra. "Endak boleh sebel-sebel sama Budanya Puto. Kan udah dapat baju," komentar Sky penuh bijak.

Bibir Putra maju lima senti, tiba-tiba dipijat oleh Byan. "Aduuuh! Ban! Sakiiit, tau!" jeritnya mengundang semua orang.

"Ya Allah. Ada apa ini?" Bu Dinar bertandang ke arah mereka. "Kenapa teriak, Putra?" tanyanya.

Putra merasa kesakitan, menunjuk Byan. "Ban, Bu. Ban cepit bibil aku," adunya.

"Puto banyak bicaranya, Bu," elak Byan.

"Endak!" Putra kesal. "Aku ndak banyak bicala, Bu. Ban suka gitu sama aku. Cepit-cepit bibil aku. Nah kan, jadi monyong."

"Bodoh," cibir Byan singkat.

Kejengkelan Putra bertambah. Dihentak-hentak kedua kakinya, kesal. Nyaris berteriak marah kalau tak dirangkul Sky.

"Puto anak hebat kalo ndak marah." Sky tersenyum tulus, lalu menoleh pada Byan. "Teman baik ndak boleh buat orang lain marah."

Byan mengangguk, paham. Sementara Putra terharu. Tadinya air mata untuk kekesalan, kini berubah kagum.

"Sekai, kamu itu baik banget, lho." Putra memeluk leher Sky, ditarik oleh Roxy. "Iiih, apaan sih?!"

"Sekai punya aku." Roxy menatap tajam Putra. "Min-dil!"

"Kamu yang min-jil!"

Sky dan Byan mendesah pasrah apabila keduanya mulai beradu mulut. Bu Dinar pun melerai keduanya, karena jalan-jalan keliling area sekitar sekolah akan dimulai oleh Kepala Sekolah.

Crystal bersyukur, Roxy tak datang ke sini. Kalau tidak, Crystal bakal siap berantem dengan anak tukang pamer itu.

***

"Satu! Dua! Satu! Dua! Satu! Dua!"

Suara nyaring itu bukan milik anak-anak melainkan para guru menggunakan toa. Bu Masra, namanya, memakai toa untuk menuntun anak-anak didiknya.

Meski sebagian anak-anak belum memaksimalkan pelafalan, mereka tetap bergembira. Para anak laki-laki lebih duluan berjalan ketimbang anak perempuan. Namun, mereka dijaga ketat oleh beberapa guru di samping kiri dan kanan serta depan juga belakang.

Crystal And Sky [Happy Student]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang