"Papi mau ke mana?"
Seseorang itu mematung. Bernapas seperti biasa, barulah pria berperawakan ganteng meski usianya masuk kepala tiga, menoleh.
"Kenapa belum tidur siang?"
Crystal berkacak pinggang, cemberut. "Aku tanya bukan ditanya balik," kesalnya.
Langit cengengesan. Hendak mendekati anak paling bikin dia geregetan, tetapi Crystal seolah menghindar. Langit jadi bingung dengan sendirinya.
"Loh? Kok, menjauh?"
"Bau Papi harum banget." Crystal menjepit hidungnya, mengernyit aneh. "Baju Papi juga rapi amat. Mau ke mana?" tanyanya lagi.
Ketegangan meluap. Walaupun Crystal tak sepeka itu. Gelagat Langit merupakan ciri-cirinya.
"Papi nggak sembunyiin sesuatu dari aku, kan? Papi nggak kencan, kan? Papi nggak ketemuan sama cewek-cewek nggak aku suka, kan?"
Bertubi-tubi diberi pertanyaan, Langit pastilah tak mampu menjawab. Apalagi pintu kamar kembar terbuka. Tentu hal itu bikin Sky penasaran.
Canggung. Langit menggaruk pipinya, berusaha tenang. Akan tetapi, tatapan kedua anaknya bikin pria itu tak berkutik.
"Waaah! Kak Langit rapi banget!" seru Angkasa memandang sang saudara kembar berpakaian rapi. "Mau kondangan?" tanyanya.
Kemeja di balik jas merupakan bentuk lain dari setengah formal. Rambut ditata apik bisa mencengangkan seluruh penghuni rumah. Ditambah aroma semerbak menguar dari tubuh Langit, seakan menggelitik.
"Seram banget baunya, Kak." Angkasa menghirup wewangian sangat familier. "Ini parfum hadiah wanita itu, ya?" ceplosnya tak mengenal kondisi.
Langit berdecak. Angkasa langsung membungkam bibirnya ketika menemukan pelototan Crystal.
"Anuu ... itu ...." Angkasa jadi gagu.
"Papi---"
"Maaf, Sayang, Papi sungguh telat." Langit membalikkan badan sebelum Crystal menghadangnya pergi. "Nanti Papi bawa oleh-oleh," katanya.
Tak ada lagi penjelasan dari yang bersangkutan. Lebih pilih kabur daripada ribut hingga terlambat menghadiri acara.
Kini tinggal Angkasa. Pria buntut dua tersebut sekarang paham. Crystal mantap menanyakan tentang Langit kepadanya.
"Dedy, Papi---"
"Adek Eril lagi minta susu," ujar Angkasa menandakan penolakan.
Kesal setengah mati. Crystal menghentakkan kaki di lantai karpet. Ada banyak pertanyaan bersarang di kepala.
Air mata siap menetes, tetapi Crystal sanggup menahan. Ini belum apa-apa. Awas saja kalau Crystal ketemu kedua ayahnya.
Crystal masuk ke kamar, melompat ke ranjang dan menutupinya dengan selimut. Sky kenal watak Crystal. Tak punya teman berbincang, adiknya benar cari alasan lain.
Ya, menutupi diri sampai semua lega.
Tak ingin Sky menambah keresahan sang adik, cowok itu menutup pintu perlahan. Interogasi pertama tertuju pada Angkasa. Lelaki itu seakan mengetahui apa yang di balik perubahan Langit.
***
Angkasa tengah memangku Eril dan menyuapi Rosa. Ada pula Guru dan Ruth. Mereka menyambut kedatangan Sky yang turun dari lantai 2.
"Adikmu di mana, Nak?" tanya Ruth tak melihat Crystal.
"Lagi belajar, Eyang," dusta Sky. Baru kali ini dia berbohong. Maafkan Sky, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal And Sky [Happy Student]
General FictionKehidupan kembar dimulai lagi, di mana mereka berdua selalu dikelilingi orang-orang yang menyayangi mereka di saat masuk dunia pendidikan. Crystal Ilana Syadana mempunyai empat teman bernama Bebey (Beyzalinka), Panda (Franda), Cica (Azizah) dan Lam...