2-8: Pertengkaran

2.5K 278 39
                                    

"Ical ndak suka ditarik-tarik, Roti." Crystal menepuk punggung tangan Roxy, mencoba lepas. "Ical ndak suka dipegang-pegang!"

"Daripada kamu sama dia," cebik Roxy.

"Siapa, sih?"

"Laki-laki itu, My Duckie." Roxy tak ingin menghancurkan ikatan mereka lewat amarah ini. "Aku kesal sama dia."

"Kesal sama siapa, sih? Ical kan, ndak tau."

Crystal tak pernah berubah. Kepekaannya minim.

"Ya, aku tidak suka ya tidak suka!" bentak Roxy bikin Crystal refleks menampar pipinya. "Auw. Sakit, My Duckie!"

"Ical ndak suka dimarahin kayak gitu." Crystal memasang wajah garang. "Ical yang harus marah sama Loti. Lepasin!"

Sekujur tubuh Roxy membeku mendengar teriakan Crystal yang membahana. Mereka berada di lapangan, mengejar Sky telanjur masuk kelas di lantai 2. Crystal segera menyusul kakaknya sebelum Roxy kembali kerasukan.

Hanya Sugara setia menemani Roxy. "Masuk kelas, Roti."

Berjalan terhuyung, Roxy takkan ingin membayangkan lelaki barusan merebut Crystal. Crystal hanya miliknya. Anak perempuan telah berhasil mengoyak perasaan.

***

Crystal sampai di kelas dan duduk dengan manyun. Bibirnya maju beberapa senti. Sebagai kakak, Sky memilih untuk mendiamkan. Walaupun sebentar lagi Crystal ambek.

"Ical kok, ndak dipeluk, Kak Sky?" tanya Crystal semakin cemberut.

"Katanya nggak mau dipegang."

"Kalo Kak Sky sih, ndak pa-pa. Roti yang ndak boleh." Tangan Crystal menggelendot di lengan Sky, memeluknya erat. "Giban ngomong apa tadi, Kak Sky? Ical kok, ndak paham."

"Nggak tau juga enggak apa-apa." Sky mengusap rambut Crystal. "Kak Gibran cuma salah ngomong."

"Oh." Crystal mengangguk. "Ical malas liat Giban, Kak Sky. Kapan sih, ndak ada lagi di rumah? Ical ndak suka dia ambil ini-itu, terus pernah masuk kamarnya Ical. Ical kan, ndak suka."

Terkejut. Itulah rona muka Sky sekarang. Informasi dari Crystal membuat Sky mesti lapor pada Langit. Jika tidak, Gibran akan gencar mendekati Crystal.

Ngeri banget.

"Adek Crystal tidur bareng Kakak, ya," tawar Sky.

Crystal menggeleng. "Tempat tidurnya sempit. Ical ndak mau."

"Ya sudah, kalau begitu." Sky tak memaksa. Crystal lebih suka ketenangan. "Nanti Kak Sky bilang ke Paman Dodi dan Papi Langit soal Kak Gibran. Jangan takut lagi, ya."

"Ical ndak takut sama Giban. Malah Ical pukul Giban karena masuk kamar. Ical ndak teriak, tapi tendang pahanya Giban supaya keluar. Ndak tau kenapa, Giban ndak bisa jalan."

Penjelasan Crystal hampir membuat Sky menyembur tawa. Bukan paha dimaksud, tetapi alat kelamin. Akhir-akhir ini Crystal belajar ilmu bela diri di televisi. Hal itu memicu Angkasa hendak mendaftarkan Crystal, tetapi belum disetujui Langit.

"Ical dorong keluarlah. Masa minta Ical rawat Giban. Enak saja," dengkus Crystal. "Apaan sih, liat-liat, Roti?!"

Tanpa suara, Roxy maupun Sugara duduk sembari menatap Crystal dengan segala kecerewetannya. Sekaligus mendengar nama seseorang bikin Roxy naik darah.

"My Duckie tidak terluka, kan?" Roxy bangkit, menatap Crystal khawatir. "Aku tidak suka orang itu."

"Orang itu?" tanya Crystal tak paham.

Crystal And Sky [Happy Student]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang