Buat kalian (kakak-kakaknya Crystal dan Sky) setia menunggu dengan waktu lebih lama. Aku sajikan sekarang, ya. Selamat menikmati dan jangan marah saat baca.
***
Crystal dan Sky berdiri sedari tadi. Mereka berdua berdiri di tengah lapangan saking malas menunggu. Crystal menarik Sky menuju lapangan, pastinya.
Siapa sangka, jemputan belum datang. Padahal jam pulang mereka sudah usai. Tinggal kakak-kakak kelas sedang menjalani praktek.
Tak seperti biasa Ruth atau Guru telat menjemput mereka. Seringkali Ruth maupun Guru suka menjemput mereka secara bergantian, memakai supir khusus. Tetapi sampai sekarang, tak ada batang hidung dari mereka.
Crystal terus saja berputar-putar tak tentu arah. Kesal bukan main. Mau marah, tak mungkin ke arah Sky yang diam saja. Amarahnya sudah sampai di ubun-ubun.
"Kesaaal!" jerit Crystal. "Eyang pada ke mana, sih? Kok, telat jemputnya?!"
Sky bergeming. Ucapan yang terlontar tak ada guna. Semakin bicara, semakin marah sang adik.
"Aku lupa bawa ponsel," gerutu Crystal, manyun. "Bagaimana caranya telepon Eyang Ruth sama Eyang Guru, Kak?"
Bibir Sky masih terkatup rapat. Inilah efek jika mereka lapar. Tak mungkin pula pergi ke kantin, takut kedatangan kakek dan neneknya tidak terlihat oleh mereka.
"Aku lapaaar!"
"Adek Kecil masih di sini?"
Saat Crystal ingin berteriak saking kesalnya, anak perempuan itu menoleh. Di sana, seorang cowok berperawakan tinggi sedang menatap Crystal dan Sky. Wajahnya tampak kebingungan.
Di sebelahnya, ada cewek dan cowok. Sky sangat mengenalnya. Mereka itu adalah kakak-kakak kelas IX. Ketiga orang merupakan pembimbing mereka di masa-masa orientasi.
Sepasang mata Crystal berbinar. "Kak Agam punya ponsel, enggak?" tanyanya.
"Buat apa?"
"Mau telepon eyang dan kakek."
Bimbang. Agam tak sepenuhnya menyerahkan gawai di kantung seragam. Melirik ke arah teman-teman sekelasnya.
"Ayolah, kak." Crystal memohon, Sky tak suka. "Ini penting."
"Tapi---"
"Ada bayarannya dulu, Dek." Cewek di sebelah Agam, menyengir sinis. "Bayar pulsa Agam kalau mau pinjam," tuturnya.
"Orang baik itu ikhlas pinjamin. Kalo ada bayarannya, itu orangnya enggak ikhlas," balas Crystal enteng.
Sky menahan napas ketika Crystal menjawab seperti itu. Agam pun sama. Jawaban Crystal membungkam cewek yang beri pernyataan sebelumnya.
"Boleh enggak, Kak?" Crystal berpaling kepada Agam. "Orang dikasih kemudahan, Tuhan beri dengan balasan yang sama. Kak Agam saat sedang kesulitan, pasti dimudahkan sama Allah."
Akhirnya Agam menyerahkan gawai tersebut. Cewek dan cowok itu tercengang. Menolak tindakan Agam.
"Kamu tahu nomornya, kan?" tanya Agam setelah membuka kunci layar.
Crystal mengangguk antusias. Mengetik secepat kilat. Tak ada jawaban dari Ruth ketika gawai Agam menempelnya di telinga. Bahkan jawaban operator membuat Crystal kesal bukan main.
Genggaman Crystal menguat. Ada bunyi retak terdengar di telinga Agam membuat cowok itu was-was.
Takut apabila gawainya hancur di tangan Crystal, Agam menyela, "telepon kakekmu yang lain. Bisa jadi ponselnya tidak diangkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal And Sky [Happy Student]
Ficción GeneralKehidupan kembar dimulai lagi, di mana mereka berdua selalu dikelilingi orang-orang yang menyayangi mereka di saat masuk dunia pendidikan. Crystal Ilana Syadana mempunyai empat teman bernama Bebey (Beyzalinka), Panda (Franda), Cica (Azizah) dan Lam...