3-4: Pernikahan (Bagian II)

2.1K 324 148
                                    

Ijab telah terlaksana dengan baik. Dodi berhasil mengucap kalimat itu. Disambut teriakan "sah" dari para keluarga dan undangan.

Dodi tetap gugup. Namun, dukungan Crystal mampu menguatkan pria itu hingga lulus ujian.

"Ayo, Maman! Semangaaat!" dukung Crystal, sembari mengacungkan tangan ke atas.

"Yosh!" seru Dodi merasa energinya bertambah.

Tontonan dua orang beda usia dan jenis kelamin sangat mengasyikkan. Bagaimana tidak, mereka seperti para pemandu sorak. Membuat para undangan ikut bertepuk tangan mengikuti nada berupa dukungan dari Crystal.

"Ayo! Ayo! Ayo!"

Di antara yang lain penuh antusias, keempat laki-laki dan tiga wanita dewasa menunduk malu. Sifat dan sikap Dodi sebelas dua belas dengan Crystal jika soal seperti ini.

Langit menegur, "hentikan, Dodi. Ini pesta pernikahanmu. Kamu mau main tiktok di sini?"

Baru tersadar, Dodi melihat ke sekeliling. Tamu undangan senyum-senyum tak jelas. Auto refleksi, raut muka Dodi berubah pasi.

"La---Langit, i--ini?"

Langit menghela napas. "Ya, sudah telanjur, sih. Kamu terlalu gugup, jadinya tidak sadar." Langit menatap Crystal yang tampak bengong melihatnya. "Sayang, jangan begitu ke Paman Dodi."

"Iiih, Papi! Aku kan, nggak ngapa-ngapain. Maman aja gugupnya kebangetan. Masa ketemu Bibi Risa, gugupnya keliatan. Aku juga cium bau pesi---"

Secepat itu, Sky membekap bibir Crystal yang akan mempermalukan Dodi. Menariknya menjauh. Crystal meronta, meminta lepas.

Langit menyerahkan Crystal ke sang kakak. Agar anak itu mengerti kondisi ini.

Prosesi dilanjutkan dengan menunggu sang mempelai perempuan. Sky mengantar Crystal menuju tempat prasmanan. Kakaknya pasti mengetahui bahwa Crystal lapar. Dengarlah, perut Crystal berbunyi.

"Lepas, Kak Sky!"

Sky mengangkat kedua tangan, selesai menyelesaikan tugas. Ketika Crystal beranjak, Sky memeluk sang adik.

"Lepas, Kak Sky! Aku mau liat Maman ketemu Bibi Rissa!" teriak Crystal mengundang perhatian penonton.

"Sabar, Dek." Sky menenangkan. "Kita makan dulu, ya. Baru ke sana. Adek lapar, kan?"

Kentara sekali getaran perut di bagian bawah. Telapak tangan bisa merasakan getar tersebut. Hampir saja menyembur tawa.

"Iya, aku lapar," keluh Crystal. "Kak Sky, cari makan."

Sky mengangguk, menggandeng sang adik menuju prasmanan. Sesampainya di sana, masih belum tersedia makanannya saat keduanya bertanya ke arah asisten koki. Membuat Crystal mengomel.

"Iiih! Paman kok, pelit. Aku kan, cuma minta makan. Paman nggak mau kasih." Crystal cemberut seraya bersedekap. "Aku nggak mau ke sini lagi," ujarnya berbalik badan.

Merasa bersalah, Sky meminta maaf pada orang itu. Bersyukur asisten koki memaklumi. Pagi-pagi begini memang butuh asupan gizi.

Sky menyusul Crystal. Di depan sana, Jack sedang menghampiri mereka.

"Kalian lapar?"

Kembar mengangguk. Crystal masih bersungut-sungut.

"Kita ke tempat VIP, ya. Bibi Rosalia siapkan kalian kue paling enak."

Mata Crystal berbinar setelah tadi muram. "Benarkah, Papa?" tanyanya antusias.

Jack mengangguk. "Iya. Ayo," ajaknya sambil menggandeng Crystal dan Sky.

Crystal And Sky [Happy Student]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang