3-5: Ujian (Bagian IV)

1.6K 254 46
                                    

"Aku enggak mau pulang!"

Sontak semuanya terkaget mendengar teriakan Crystal. Katanya tak mau pulang. Alasan itu membuat Langit heran.

Pria itu berjongkok, meski kantuknya belum reda. Ditatap sang anak yang tampak cemberut. Mengelus pipinya tambah gembul.

"Kenapa, Sayang? Kok, tidak mau pulang?" tanya Langit.

"Iiih! Papi pergi nggak bilang-bilang. Papi hilang pas aku cari. Aku kan, pengen ajak Papi main bianglala."

Jawaban Crystal menyentuh hati Langit. Dipeluk Crystal penuh kasih. Memang mulai agak kesorean, tetapi kepulangan mereka mungkin bisa ditunda dulu.

"Oke." Langit tersenyum. "Ayo, ke bianglala."

Crystal menggeleng. "No!" tolaknya. Langit bengong, memelototi. "Papi harus dihukum. Papi pergi sama Yayah Jerry, Maman Dodi terus Papa Uya. Tapi, Papa Uya udah pergi, jadi kalian bertiga harus dapat balasan dari aku."

Dodi tersenyum miring, mengejek Crystal. "Ganjarannya apa?" tanyanya.

"Ikut aku!" titah Crystal.

Para segerombolan orang dewasa mengikuti perintah anak berusia 13 tahun. Sky turut menyusul. Ada pula Beyzalinka tak paham maksud sahabatnya.

***

Mulut tiga lelaki dewasa melebar. Mereka tak percaya dengan apa dilihatnya. Kengerian di sore hari benar-benar menambah atmosfer tegang.

Bulu kuduk mereka merinding. Pandangan mereka teralihkan ke arah Crystal yang sedang berkacak pinggang. Merasa puas ketika berhenti di tempat ini.

"Ini hukumannya, Dek?" Sky bertanya, merasa tak yakin. "Tapi, ini sudah jam 5. Kita bisa ketinggalan shalat magrib, lho."

"Tenang aja, Kak Sky." Crystal mengedip jahil. "Papi kan, nggak takut ginian. Nggak tau ya, kalo Maman sama Yayah."

Justru Jerry tak takut hantu. Kepercayaan dia terhadap Tuhan lebih tinggi daripada makhluk rendah bernama jin tersebut. Jadi, tak masalah.

Tinggal Dodi merasa was-was. Rautnya berbeda dari biasanya. Marissa mengelus punggung sang suami, menguatkan dan membangkitkan semangat. Sementara Langit, terdiam.

Namira mendekati Langit. "Kamu kan, anti horror. Apa enggak apa-apa kamu masuk ke dalam?"

"Anti horror?" Jerry penasaran mendengar pertanyaan itu. "Bukankah Langit itu lebih berani ketimbang Angkasa?"

"Malah Angkasa sangat percaya diri, Sayang. Koleksi film thriller-nya banyak sekali. Cuma Angkasa suka gemetaran jika berhadapan Langit dan Papa Guru."

Jerry mengangguk, paham. "Sabar, Sobat." Jerry menenangkan Langit. "Aku bersamamu," hiburnya.

"Makasih," kata Langit menahan ekspresi untuk tak memucat.

"Rasanya aku kebelet pipis, Sayang." Dodi bergerak-gerak tak keruan. Hendak berbalik badan. Namun suara Crystal menghadangnya.

"Bohong! Aku nggak percaya Maman pipis!" seru Crystal telah membuat Dodi malu di publik.

"Benar, nih. Paman mau pipis." Dodi menutup aset di antara dua paha, ternyata mendapat pukulan telak dari sang istri. "Maaf, Sayang. Aku enggak tahan."

"Enggak boleh!" Crystal meraih tangan Dodi, berjalan menuju pintu masuk rumah berhantu. "Maman pipis di dalam aja. Pasti ada toiletnya," ucapnya.

Terbayang di mana dirinya diamati oleh sejumlah makhluk jadi-jadian, bikin Dodi bergedik. Siap mengelak, Crystal justru menarik Dodi kencang. Keduanya disambut ruangan gelap ketika membuka pintu lebar-lebar.

Crystal And Sky [Happy Student]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang