Dalam keseriusan, Crystal fokus belajar. Pendengaran serta penglihatan mengikuti arahan sang guru. Tak boleh lirik kanan atau kiri.
Karena tak duduk sebangku dengan sang kakak, Crystal harus jadi anak luar biasa pintar. Kebanggan Papi, Eyang Guru, Eyang Ruth, dan para guru.
Tetapi di batinnya berkata, terkenal itu tak enak. Cukup biasa saja. Crystal mengangguk sendiri sembari menulis.
"Kerjakan PR kalian di rumah. Selamat siang, Anak-anak. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam, Bu Guru!"
"Selamat siang juga, Bu Guru!"
Guru mata pelajaran disukai Crystal, yaitu Matematika, sudah keluar. Sebelum itu, Ketua Kelas berdiri di hadapan teman-teman kelasnya.
"Sebelum pulang, aku mau bagikan tugas piket kalian." Ketua Kelas bernama Bumi Cakrawala sesuai papan nama di kiri, membuka kertas. "Besok itu Patra, Sky, Wulan, Bintang, dan Yuka."
"Yes!" Patra bersorak, merentangkan tangan ke atas. "Sky bareng aku! Tidak sendiri lagi, deh! Makasih, Bumi!" lambainya bahagia.
Bumi hanya menggeleng frustrasi melihat tingkah temannya satu itu. Selalu begitu jikalau ada yang membuat dia senang. Pasti jadi heboh.
"Aku mana, BumBum?" Crystal berdiri sesudah merapikan buku tulis ke dalam ransel merah muda. "Kirana juga, lho."
Selain Patra yang bikin miris, lawannya malah lebih buat jantung meledak. Lihat, meski terdengar biasa, nada suara Crystal naik satu oktaf.
"Sabar," tutur Bumi. "Hari Jumat itu Crystal, Kirana, Layla, Kadir dan Surya."
"Sama Crystal?" Surya Pramono, nama aslinya, berada di ambang duka. Ya, siapa tak kenal Crystal. Masa dia disebut Papa karena namanya sangat mirip dengan suami mama Maulia. "Ganti hari, dong, Ketua," tawarnya.
Bumi menggeleng. "Ini buatan Pak Fahri. Aku nggak berani bantah, Surya."
"Iya, Papa Uya." Crystal tersenyum. "Nanti bantuin aku, ya."
Surya hanya mampu menghela napas, melirik Sky meminta tolong. Sementara Sky tak bisa apa-apa. Takutnya seperti kemarin, Crystal tak suka perintahnya diabaikan.
"Pak Fahri udah belikan sapu, tadah, pel, dan beberapa lap juga sabunnya." Bumi menatap mereka satu-satu. "Kalian bekerja sama untuk saling bantu, ya."
"BumBum, sapunya buat apa?" tanya Crystal lagi.
"Bersih-bersih, Crystal." Bumi tersenyum. "Sebelum bel masuk, kita harus bersihkan kelas dulu. Bisa juga jam segini."
"Sapu buat usir Cicak ada, Ketua?" Patra mengangkat tangan.
"Hah? Usir Cicak? Mau diapakan Cicaknya, Pat?" Bumi bingung.
"Jauhlah. Masa barusan aku kejatuhan Cicak. Tidak etis." Patra menjawab. "Aku kan, suka kebersihan."
"Apanya suka kebersihan?" ledek Kirana. "Plastik makanan ditaruh aja di kolong mejamu."
"Tempat sampahnya jauh, Kirana." Patra membela diri. "Pas pulang baru aku buang."
"Tapi, ditumpuk." Kirana kesal. "Mejamu itu bau asem. Apa Sky tahan cium baunya? Aku aja tidak tahan. Hih!"
Sky tetap diam. Jika dia bicara bisa berabe.
"Sky tidak marah, lho." Patra masih tetap lakukan itu. "Aku buang, deh."
Takut dengan pelototan Kirana tiada henti menusuk. Semua teman sekelas semakin mengerti, mereka itu trio. Selalu jadikan pembicaraan seperti ajang debat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal And Sky [Happy Student]
General FictionKehidupan kembar dimulai lagi, di mana mereka berdua selalu dikelilingi orang-orang yang menyayangi mereka di saat masuk dunia pendidikan. Crystal Ilana Syadana mempunyai empat teman bernama Bebey (Beyzalinka), Panda (Franda), Cica (Azizah) dan Lam...