Seiring berjalannya waktu, Crystal mulai perlahan-lahan menerima. Namun, tetap saja mimpi buruk dalam waktu singkat. Di saat dirimu berusaha abai, di sebelahmu terus-menerus mengganggu.
"My Duckie lagi apa?" tanya Roxy, anak lelaki Tampan tampan.
Crystal tak segera menyahut. Menggeluti soal-soal diberikan bu guru, tak membuat Crystal langsung menoleh.
Sky melirik Crystal, lalu mengelus kepalanya. Kemudian beralih ke Roxy. Tentu Sky tak sengaja menangkap ekspresi sahabatnya menuju arah tangan yang menyentuh rambut Crystal.
"Roxy?" Sky memanggil.
"Aku pasti bisa," gumam Roxy, tak peduli panggilan Sky.
"Bisa apanya?"
Roxy mengangkat kepala, menatap Sky. "Nggak, kok," sahutnya.
Memang Sky peka. Namun, Sky bukan orang yang mengetahui perasaan. Dia baru usia 7 tahun. Waktu di mana anak-anak tak perlu memikirkan itu.
"Ical! Bey! Panda!"
Beyzalinka dan Franda juga terlihat serius mengerjakan tugas, mendongak. Suara Ramisya terdengar di ambang pintu kelas. Bersama Aziza.
Crystal tak menyahut, tetap serius.
Mendekati meja Franda dan Beyzalinka, Ramisya memerhatikan pekerjaan keduanya. Kening berkerut, tanda Ramisya tak menyukai pembahasan di atas meja.
"Tugas? Euw," ucap Ramisya jijik. "Lami lebih suka contek punya olang. Lami malas kelja tugas."
Franda memelotot, tak percaya. "Biasanya kan, kamu rajin. Panda tau, karena Lami serius."
"Endak enak." Ramisya duduk di bangku kosong, samping meja Franda, tak ditempati pemilik. "Mama Lami kasih ini, lho."
Ramisya mengeluarkan benda bersegi empat, dengan kaca hitam yang memantulkan sosok Franda dan Beyzalinka di belakangnya, juga benda itu dihiasi aksesoris lucu.
"Mama Lami beliin ini buat Lami." Ramisya memeluknya penuh sayang, tersenyum bahagia. "Lami mau kayak gini juga. Kakak Lami juga ada."
Ramisya tak berniat pamer. Namun, Ramisya terlalu iri dengan kepunyaan kakak pertama yang memiliki benda tersebut, Ramisya memohon-mohon pada mamanya untuk membelikankan.
"Aku juga ada." Aziza pun menampakkan benda seperti milik Ramisya. "Hadiah dari Tante aku."
Sebagai sahabat, Franda jadi heran. Tak bermaksud iri pula, tetapi dia tetap terheran-heran.
"Kata Bunda, Panda ndak boleh pake itu. Ndak baik. Rusak mata, kata Bunda."
Kalimat itu sangat mengguncang Ramisya dan Aziza, takut keduanya bakal sakit mata. Anak itu cepat percaya pada omongan orang, tetapi mereka teguh.
"Bohong." Aziza membantah. "Mana ada sakit mata. Aku baik-baik saja kayak Lami."
Franda mengedikkan bahu. "Itu kata Bunda. Tanya sama Bunda. Panda cuma bilang itu."
Bisa dilihat perbedaan Franda, Aziza dan Ramisya. Franda, orangnya memang harus patuh pada kata-kata kedua orang tua. Selalu mengandalkan bahwa kelebihan itu yang utama. Anak yang cerdas dalam berakal, pemberani dan siap maju ke depan.
Aziza, selalu tak menyukai apa yang dilihat maupun didengar. Pernah setitik membenci Crystal karena suka menyerobot apa yang dilakukan. Ketika Crystal mengamuk, Aziza tak lagi-lagi memarahinya. Aziza bertetangga dengan Ramisya, apa yang dimiliki sahabatnya, Aziza mesti punya juga.
Ramisya, anak ceria. Senang bergaul dengan siapa saja. Sebagian anak-anak perempuan di kelas, baik SD maupun TK, Ramisya berteman. Meski tak tampak di luar, Ramisya sering iri dengan barang-barang sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal And Sky [Happy Student]
General FictionKehidupan kembar dimulai lagi, di mana mereka berdua selalu dikelilingi orang-orang yang menyayangi mereka di saat masuk dunia pendidikan. Crystal Ilana Syadana mempunyai empat teman bernama Bebey (Beyzalinka), Panda (Franda), Cica (Azizah) dan Lam...