Crystal sedang menggunakan sapu, terlihat kebingungan. Seolah-olah tak paham. Crystal justru menekan ujung sapu, lalu menggesek-gesek ke arah mana saja.
"Ya Allah, Sayang. Bukan begitu."
Ruth melatih Crystal untuk memakai sapu dengan baik. Tangan kiri atau kanan berada di atas, sementara tangan kanan ada di tengah-tengah. Bergerak lembut agar debu itu tak melebar ke mana-mana.
"Wow! Eyang keren!" sorak Crystal. "Tapi, kok, sama aku susah. Sapunya enggak suka ya, sama aku?"
Wanita paruh baya terkekeh. "Benda mati mana bisa ngomong, Sayang. Crystal yang kurang mengerti."
"Aku bisa." Pipi Crystal menggembung. "Sapunya aja senang godain aku."
Ruth malah menggeleng pelan mendengar celotehan Crystal. Beliau tahu Crystal anak yang paling atraktif.
"Coba aku, Eyang." Crystal mengambil sapu di tangan Ruth, lalu gunakan sapu seperti mengepel. "Iiih! Hei, sapu! Belajar yang benar, dong! Nanti aku enggak bisa piket gara-gara kamu!" gerutunya.
"Tangannya jangan begitu, Sayang." Ruth berdiri di belakang Crystal. Ruth membantu memeragakan sesuatu supaya anak itu paham. "Begini tekniknya kalau mau sukses bersih-bersih," ucap Ruth.
Crystal mengangguk. Dia pun menyapu sesuai anjuran Ruth. Saat semua terkumpul, Crystal meraih tadah, hendak memasukkan kotoran itu. Namun, tadah itu terjatuh.
"Ini lagi!" decak Crystal. "Eyang, tadahnya enggak mau menuruti aku!"
Ruth mesti sabar menghadapi Crystal. Wanita itu menegakkan tadah kembali ke posisi semula. Dia menahan tadah itu agar tak jatuh.
Proses Crystal dalam menyapu membuat Ruth menggelengkan kepala dan menghela napas. Masa sebegitu lamanya memasukkan kotoran ke tadah.
"Sayang, pelan-pelan masuknya."
"Aku capek, Eyang," keluh Crystal. "Kak Sky, bantu aku, dong. Masa duduk di situ terus."
Sky sedang belajar, telah menyelesaikannya. Kakak dari anak perempuan paling cerewet di rumah ini segera berdiri. Dia berjalan menuju sang adik, mengajarkannya bagaimana memasukkan kotoran ke dalam tadah.
Sebegitu mudahnya Sky memasukkan itu. Dengan lihai, Sky bergerak mundur bersama tadah dipegangnya. Crystal takjub.
"Udah, kan?" Sky memandang Crystal. "Itu caranya, Dek. Jadi mau bagaimana?"
"Aku mau pel aja. Itu susah."
Ruth dan Sky saling melirik, mengangguk. Mereka tak memaksa Crystal. Biarkan saja untuk proses belajarnya. Apalagi mereka tak sehebat Namira dalam hal mengajar.
***
Pintu terbuka, kembaran Langit datang. Dengan Rosa di sampingnya. Saking antusias, Rosa berlari menuju Ruth tengah berdiri seperti bergeming.
"Yayang!"
Ruth terkesiap, lalu menoleh. "Jangan, Sayang. Jangan ke sini. Awas licin!"
Tak menggubris perintah sang eyang, Rosa terpeleset oleh lantai yang licin. Banyaknya air membuat Rosa tak mampu mengendalikan kedua kakinya. Akibatnya, Rosa menghantam lantai dengan punggung yang pertama.
"Aaaaa! Atiit, Yayang!"
"Ya Tuhan, Rosa!"
Angkasa segera menyelamatkan Rosa. Namun, dia juga korban licinnya lantai. Alhasil, Angkasa terjerembap dengan pantat duluan.
"Aw!"
Dua korban berjatuhan. Ruth tak mampu mendekatinya. Lantai dipenuhi air. Hasil dari Crystal sedang mengepel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal And Sky [Happy Student]
General FictionKehidupan kembar dimulai lagi, di mana mereka berdua selalu dikelilingi orang-orang yang menyayangi mereka di saat masuk dunia pendidikan. Crystal Ilana Syadana mempunyai empat teman bernama Bebey (Beyzalinka), Panda (Franda), Cica (Azizah) dan Lam...