"lompat Jimin!"
"eomma,aku takut"
"Lompat sekarang,Park Jimin!"
"aku tak mau"
"dengar, eomma akan menjemput mu nanti,sekarang lompat lah, eomma akan menyusul"
anak kecil berumur sembilan tahun itu melompat keluar dari jendela mobil dan mendapat luka goresan dikakinya"Eomma!!"
"Eomma!!!"remaja laki-laki berumur enam belas tahun itu terbangun dengan nafas yang tak beraturan
pelipisnya berkeringat dan jantung yang berdegup dengan kencang"Astaga..."ia mengusap wajahnya kasar,berusaha menghilangkan bayangan mimpi buruk yang menimpanya itu
"kenapa..mimpi itu terus datang...""Park Jimin! lakukan tugasmu!"lelaki yang disebut Jimin itu menatap pintu kamarnya yang masih tertutup rapat
suara bibinya itu serasa memanggilnya untuk segera bersiap menjalani tugasnyamengayuh sepedanya sembari mengantarkan koran ke setiap rumah,setiap pagi ia lakukan itu
uangnya?tentu untuk dirinya, hanya sebagian, sebagiannya lagi harus diberikan pada bibinya itu
"jika kau tak berguna disini,lebih baik kau pergi dari rumah ini!cepat antar koran itu!"Jimin menunduk,
jika setiap pagi,Jimin harus selalu bangun sebelum bibi dan sepupunya
jika tidak,maka hal yang sama seperti hari ini akan ia alami setiap hari
dengan jaket berwarna hijau gelap nya itu ia mengayuh sepeda di pagi hari yang cukup dingin
matahari belum memperlihatkan sinarnya begitu jelas"ayo bangun matahari,temani aku mengantarkan koran ini"batinnya sembari menaruh koran disetiap depan pintu rumah
ia terus bersenandung kecil, entahlah, baginya lebih nyaman diluar rumah daripada dirumah bibinya itutak hampir satu jam,Jimin selesai mengantarkan koran dan mendapat uang hasil kerjanya
bibinya sudah berdiri meminta jatah pada Jimin,lelaki itu harus membagi dua uang hasil kerjanya sendiri
"lebih baik hari ini kau berikan semuanya padaku""tapi..."Jimin menunduk,tak berani menatap bibinya yang kini menatapnya tajam
"ini.."tangan Jimin memberikan seluruh hasil kerjanya pada sang bibi lalu pergi ke kamarnya untuk bersiap ke sekolah°•••°
"setidaknya izinkan aku makan.."pintanya pada sang bibi
"berani melawan hah?!"
selalu,setiap Jimin berusaha membela diri, bibinya akan selalu mencubit perut Jimin keras, membuat lelaki itu meringis kesakitan"masih mau melawan ku?!"
"t-tidak..Akhhh..."Hyuna tersenyum puas lalu mendorong Jimin untuk segera pergi ke sekolah
sepupunya bahkan tak berniat menolongnya,bak menonton film,ia malah menyaksikan itu semua sembari memakan roti untuk sarapannya,"Perutku..."lirihnya pelan masih merasakan nyeri yang luar biasa
kakinya terus melangkah ke sekolah,tanpa makan dan jarak antara rumah dan sekolahnya cukup jauh"Jimin!"
merasa terpanggil,Jimin menoleh mendapati temannya sedang berada disisinya,
lelaki itu duduk di sepedanya sembari tersenyum pada Jimin
"mau bareng?"Jimin menggeleng
"tidak usah,aku akan jalan saja""seorang Jeon Jungkook tak menerima penolakan"tangan Jimin ditarik paksa hingga lelaki itu duduk di boncengan sepeda siswa bernama Jeon Jungkook itu
Jimin hanya berpikir,tuhan masih berbaik hati padanya dengan mempertemukan Jungkook dan menjadikan lelaki itu sebagai sahabatnya
KAMU SEDANG MEMBACA
•When he had to leave || Park Jimin•
Teen Fiction[Completed] Park Jimin remaja lelaki itu selalu beranggapan jika dirinya tak berguna hanya sebagai sampah ia selalu beranggapan jika seorang Park Jimin mati dapat membuat semua orang tak perlu memikirkannya menurutnya,dia selalu menyusahkan orang,se...