"lihatlah..dia kembali kesini!"
"si bodoh itu..ku kira sudah mati"
"kapan tuhan mencabut nyawa nya ya?"
"bagus,doakan saja dia seperti itu"
pandangan Jimin tertunduk sembari terus berjalan mengikuti Jungkook
"Jimin.."
"Akh...mian Jungkook"Jimin tak sengaja menabrak Jungkook saat seseorang memanggilnya
ia berbalik,kepalanya mendongak secara perlahan menatap senior yang kini dihadapannya
"kau tak apa? seharusnya kau istirahat dirumah saja.."
"ih..lihat lah,dia mencari muka dihadapan Daniel sunbaenim"
"mendekati senior tertampan rupanya"
"manusia menjijikkan"
hati Jimin begitu sesak mendengar itu semua
"m-maaf sunbaenim, aku harus ke kelas,maaf.."ujar Jimin cepat dan segera pergi menuju kelasnya
"kalian ini, BISA DIAM TIDAK?!!"bentak Daniel kuat yang mampu membuat semua murid disekitarnya bungkam dan mulai bubar
ia benar-benar jengah dengan tingkah seluruh murid disini yang memandang Jimin rendah
"manusia kurang ajar itu seperti kalian!bukan murid pintar seperti Park Jimin!"ujarnya lagi
semua murid disana bungkam,termasuk Jungkook
sikap Daniel memang berubah semenjak Jimin datang,
awal-awal dia memang masih cuek,tapi berbeda sekarang
"Jungkook! pergi ke kelas!"titah Daniel membuat Jungkook berlari menuju kelasnya
Jimin terdiam memandang langit dari balik jendela
menatap awan-awan putih diatas sana
dinding pertahanan nya roboh, tangisnya pecah perlahan
mengingat semua kejadian tadi
Jimin sekarang yakin, dirinya memang tidak berguna didunia ini
hanya jadi sampah
pembawa sial
beban
dia tak pantas hidup,yang pantas hidup itu sang eomma, bukan dirinya
Jimin bahkan selalu bilang jika harusnya ia yang mati saat kecelakaan itu
ia yang harusnya ada didalam peti kematian,bukan ibunya
ia yang harusnya dikubur,bukan ibunya
Jimin benci ini semua
ia ingin pergi dari dunia yang menurutnya kejam
"ikut aku!"tangan Jimin tertarik secara tiba-tiba membuat lelaki itu ikut tertarik
orang didepannya itu membawanya ke rooftop sekolah
menutup pintu rooftop kasar dan menatap Jimin tajam
"Park Jimin!"
Jimin menatap orang dihadapannya dengan mata yang masih sembab
"hentikan ini semua, hentikan semua orang-orang itu
kau seharusnya melawan! bukan diam dan malah menangis, memang menangis bisa mengurangi beban,tapi tidak dengan menyelesaikan masalah
kau seharusnya melawan,jangan jadi pengecut seperti ini
aku tak suka itu Jimin..aku tak suka!"
Jimin menatap orang dihadapannya tak percaya
seorang ketua osis mengatakan itu padanya,bahkan terlihat Kim Taehyung menahan tangisannya
"Taehyung..jangan menangis,kau tak pantas itu,wajahmu jelek saat menangis"ujar Jimin menunjukkan senyumannya
Taehyung menggeleng kuat sembari menunduk, tangannya terkepal disisi tubuhnya
"kau tak pantas mendapatkan ini, kau berbakat
aku tak suka kau menangis, apalagi mengingat lusa itu kompetisi dance mu
aku tak ingin kau gagal
aku ingin kau berhasil!"
Jimin tersenyum lagi lalu menggenggam tangan Taehyung
"Kim Taehyung, terimakasih sudah mau menjadi teman ku.. ku pastikan aku akan memenangkan kompetisi itu untukmu, aku janji, kumohon.. jangan menangis dihadapan ku,aku benci itu"
tangan Taehyung mengusap kasar pipi miliknya,ia menatap Jimin dengan mata sembab nya
"aku dan Jungkook akan selalu disisimu,Park Jimin"
Jimin mengangguk lalu menatap langit
"kau tau..aku suka saat kita bersama,bertiga bersama Jungkook
sama saat dirumah sakit juga,aku ingin kita main bertiga lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
•When he had to leave || Park Jimin•
Подростковая литература[Completed] Park Jimin remaja lelaki itu selalu beranggapan jika dirinya tak berguna hanya sebagai sampah ia selalu beranggapan jika seorang Park Jimin mati dapat membuat semua orang tak perlu memikirkannya menurutnya,dia selalu menyusahkan orang,se...
