Chit Chat

12K 1K 3
                                    

Cacha terkikik sambil melihat ke layar ponselnya. Dia baru saja pulang dan langsung sibuk membaca chat yang masuk.

"Lucu banget sih," gumam gadis itu.

"Apa yang lucu?" Tanya Adri yang ternyata sejak tadi memerhatikan Cacha.

Lelaki itu duduk di sofa dengan sebuah buku di tangannya.

"Oh, udah pulang Mas? Ini si Hans ngirim-ngirim jokes kocak gitu."

Adri menaikkan sebelah alisnya, "sejak kapan kalian jadi akrab begitu?" Tanyanya heran.

Tanpa melepas tas, Cacha duduk di sebelah Adri.

"Sejak kemarin. Dia banyak cerita tentang kalian. Ternyata kamu baik banget ya..." puji gadis itu.

Mendengar itu Adri tersenyum kecil. Perasaannya senang saat mendengar pujian dari Cacha.

"Udah makan?" Tanya gadis itu. Tidak lupa bertanya tentang keadaan Adri hari ini.

"Udah. Tadi sama dokter-dokter lain." Jawab lelaki itu.

Gadis itu mengangguk, lalu beranjak. Hendak merapikan tas dan membersihkan diri. Seharian ini lan gadis itu beraktivitas di luar ruangan.

-------------

"Haha!"

Lagi Cacha tertawa. Ponsel pintar itu masih ada di genggamannya. Padahal dirinya sudah bersiap untuk tidur.

"Cha, hape-nya," tegur Adri yang baru masuk kamar. Lelaki itu kini merasa risih. Biasanya Cacha tidak pernah membawa ponsel ke atas kasur.

"Iya, bentar." Ucap gadis itu.

"Cha," gumam Adri. Kali ini lelaki itu sudah berbaring di atas kasur.

"Iya, iya," hanya kata belaka. Nyatanya gadis itu masih menatap layar ponsel.

"Marsha!"

Tubuh Adri berpindah posisi, tadinya berbaring menjadi duduk. Lalu merebut ponsel dalam genggaman Cacha.

"Nggak baik lama-lama pegang hape. Apalagi pas mau tidur," dumal lelaki itu.

"Hans lagi?" Lelaki itu terbelalak saat tidak sengaja melihat chat dalam layar.

Padahal sahabat-sahabat Cacha sendiri tidak pernah bising mengirim pesan di jam malam seperti ini.

Sementara Cacha hanya cemberut dan segera berbaring. Menutup tubuhnya sampai kepala dengan selimut. Tidur dengan posisi membelakangi.

"Kamu ngambek?" Tanya Adri akhirnya. Dia tidak pernah melihat Cacha merajuk seperti ini. Takjub.

"Sssttt... udah malem, waktunya tidur." Gumam gadis itu dengan nada dingin.

Adri meletakkan ponsel di atas meja rias yang jauh dari kasur. Lalu kembali berbaring. Matanya menatap plafon, lalu sesekali mencuri pandang pada Cacha. Dia hanya bisa melihat punggung gadis itu.

"Aku cuma nggak mau kamu kena radiasi dari hape." Ungkap lelaki itu pelan.

Tidak ada tanggapan.

"Aku juga nggak suka kamu keasyikan chatting sampai mebgabaikan aku." Lanjutnya. Berpikir kalau Cacha sudah tidur.

"Waktu kita ketemu sehari-hari kan terbatas." Gumam lelaki itu lagi.

Dia berbaring menghadap punggung Cacha.

Perlahan kasur itu bergerak. Tubuh gadis itu berubah posisi. Membuat keduanya saling berhadapan.

Mata cokelat lelaki itu terbelalak. Ternyata Cacha belum tidur, membuatnya mendengar semua yang diucap Adri.

"Sorry." Satu kata terucap dari bibir Cacha.

Mengukir senyum hangat di bibir Adri. Dia merasa lega, ternyata rajukan Cacha berlangsung hanya sebentar.

"Let's spend quality time when we're together." Bisik Adri. Satu tangannya mengelus pipi Cacha dengan lembut.

Sementara Cacha menatap Adri dengan lembut. Merasakan kenyamanan yang diberi lelaki itu.

------------

Hans
Klo gw ikutan
Politik gmn?

Cacha
No! Gk cocok

Hans
Cocokan jd aktor ya?

Cacha
Iyalah... udh expert

Hans
Haha
Sneng gw chatting
gini sma lo

Cacha
Brrti ak seru
d ajak ngobrol ya?

Hans
Banget
Kpn2 kt ngopi
yuk

Cacha
Ok

Pikir Cacha, dia akan mengajak Zi untuk bertemu Hans. Siapa tahu mereka cocok. Lagipula mereka berkecimpung di bidang yang sama. Bedanya, Hans bertugas di depan layar, sementara Zi di belakang layar.

"Masih chatting sama Hans?" Tanya Adri yang baru keluar kamar mandi.

"Iya." Jujur gadis itu.

"Dia nggak lagi modusin kamu kan?" Tanya lelaki itu, terdengar curiga.

Cacha tertawa renyah, "nggaklah... dia tuh cuma butuh temen ngobrol aja. Soalnya Mas Adri super sibuk."

Adri menghela napas. Berjalan mendekat ke meja makan tempat Cacha duduk.

"Siapa yang tahu dalamnya hati seseorang?"

Kali ini mata Cacha memicing, "Mas Adri cemburu?"

Melontarkan pertanyaan itu saja membuat perasaannya membuncah. Senang jika memang lelaki yang dicintainya ternyata cemburu.

"Ngapain?" Elak Adri, tapi terlihat salah tingkah.

Mengingat hubungan mereka yang jauh lebih baik dari sebelumnya, sedikit banyak Adri merasakan hal aneh di dadanya. Ya, cemburu mungkin. Tapi kenapa harus dengan Hans? Padahal Cacha terlihat jauh lebih dekat dengan Ghani. Seperti waktu camping, bahkan mereka tidak segan berpelukan dan saling rangkul.

"Kok nggak cemburu sih?" Protes gadis itu.

Adri terkekeh lalu mengacak rambut Cacha dengan gemas.

---------------------

Ceritanya pendek banget kali ini. Haha...

Jangan lupa vote+komen ya... thanks for reading!

Mendadak Nikah 2 ( Complete ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang