Mengenalmu

14K 1K 11
                                    

Mata Cacha terbuka karena mendengar suara gaduh dari luar kamar. Gadis itu perlahan berubah posisi menjadi duduk. Matanya masih sayu. Ngantuk. Tapi dia tetap beranjak dari kasur empuk yang semalaman dikuasainya sendiri. Iya, sendiri.

"Ngapain Mas?" Tanyanya begitu membuka pintu. Pemandangan yang dilihat Cacha adalah punggung kokoh Adri yang berdiri di balik konter dapur. 

Lelaki itu berbalik dan tersenyum sedikit. Kedua tangannya tertutup sarung tangan karet yang biasa Cacha pakai untuk bersih-bersih. 

"Bersihin ini." Jawab Adri sambil menunjuk kompor. 

Cacha mengernyit. Seingatnya kompor itu sudah dia bersihkan kemarin, sebelum Adri pulang. 

Gadis itu berjalan mendekat. Dapurnya nampak sangat bersih dan rapi. Sebelumnya sudah bersih, tapi kali ini benar-benar mengkilap. Bumbu-bumbu pun berjejer sesuai tinggi botol. 

Pandangan mata gadis itu kini beralih pada jendela dapur. Terlihat kosong. 

"Di belakang aku rendam gorden-gorden," lanjut Adri. Pekerjaannya sudah selesai. Lelaki itu melepas sarung tangan. "Karena sekarang hari libur, kita perlu beres-beres rumah."

Well, hari ini mereka memang secara resmi tinggal bersama setelah berpisah beberapa minggu. Tapi Cacha punya rencana untuk malas-malasan seharian. Menurutnya, rumah mungil itu sudah rapi dan bersih. Walau dua minggu ini dia sibuk dan pulang malam, Cacha tetap berusaha menjaga kebersihan. 

"Bukannya rumah udah rapi? Apa yang mau diberesin?" Tanya Cacha. 

Mata bulat lelaki itu melebar. Mulutnya sedikit ternganga mendengar penuturan gadis mungil dihadapannya. 

"Rapi?" Gumamnya tidak percaya. "Buku di rak sana penyusunannya nggak pas. Gorden penuh debu, karpet di ruang tamu juga berdebu. Kaca jendela juga kotor, rumput liar tumbuh subur di halaman depan sama belakang. Tempat sepatu berserakan nggak ter..."

"Ok! Bersih-bersih," potong Cacha cepat. Gadis itu segera mengambil lap, berniat mengelap debu pada kaca jendela.

"Cha," panggil Adri.

Gadis itu baru mengangkat lap dari tempatnya, lalu menoleh. Menatap iris mata kecokelatan Adri yang selalu berhasil membuatnya terhipnotis.

"Iya?" 

"Kamu nggak cuci muka sama sikat gigi dulu?" Lelaki itu menunjuk mata Cacha yang masih ada beleknya. Juga ujung mulut Cacha yang tercetak jejak liurnya. 

Gadis itu terkesiap. Dia melempar lap sembarangan dan melesat cepat menuju kamar mandi. 

"Ouch!" Lenguhnya saat tidak sengaja terantuk keranjang pakaian kotor.

Adri berjengit melihat itu. Tapi urung menolong karena Cacha dengan cepat menghilang di balik pintu kamar mandi. Membuat lelaki itu tanpa sadar tersenyum kecil melihat tingkah gadis mungil yang berstatus sebagai istrinya.


* * *  


Adri menghela napas beberapa kali. Dia sudah berpesan agar buku dalam rak disusun berdasarkan ukuran dan ketebalannya. Tapi Cacha masih saja salah. 

"Yang penting kan ukurannya sama, Mas. Tebelnya gimana-gimana sama aja," dumal gadis itu. 

"Aku aja yang rapiin. Kamu lap meja ruang tamu sama bingkai-binkai lukisan aja," titah Adri. 

Sambil memanyunkan bibir, gadis itu tetap menurut. 

Selesai dengan area ruang tamu dan ruang keluarga, Adri mengajak Cacha untuk membereskan halaman. 

Mendadak Nikah 2 ( Complete ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang