Deal

13.8K 1.1K 5
                                    

"Iya atau tidak?" Ulang Adri.

"Apa dengan bilang iya, kita bakalan nikah ala ala drama pakai kontrak? Aku tahu Mas Adri tiba-tiba gini untuk nyelamatin image Mas yang mulai luntur di mata publik." Cacha mengungkap pemikirannya.

Adri tertawa kecil, "kamu pikir aku mau main-main sama pernikahan?"

Gadis itu mengedikkan bahu. Dia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Adri. Selama ini Cacha hanya melihat hal-hal yang nampak dari permukaan.

"Nggak, Cha. Aku serius. Kalo kita nikah, aku akan pastiin pernikahan itu akan terjalin sampai kita mati."

Jika wanita lain yang mendengar ini, mereka pasti akan luluh. Senang sekali mendengarnya. Tapi Cacha tidak. Ya jujur sedikit tersentuh juga.

"Jadi Mas Adri mau ngejalaninnya cuma karena rasa tanggung jawab tanpa perasaan?" Tanya Cacha.

Lelaki tiga puluh satu tahun itu menegakkan duduknya. Memandang Cacha dengan lekat.

"Bukannya aku sudah bilang, buat aku jatuh cinta ke kamu?"

Kali ini detak jantung Cacha mulai berdegub kencang.

"Mas Adri belum jawab. Apa aku cuma dimanfaatin untuk nyelamatin image di mata publik?"

Pemikiran seperti itu timbul dalam diri Cacha karena Adri bukan lelaki sembarangan. Namanya dikenal bukan hanya karena menjadi host acara tv, tapi juga statusnya sebagai anak orang terpandang. Pewaris sebuah yayasan kesehatan yang memiliki beberapa rumah sakit.

Gadis itu sangat tahu bagaimana jatuhnya pandangan orang-orang, tidak hanya pada sosok Adri. Tapi juga seluruh keluarganya.

"Bohong kalau aku bilang mau nikahin kamu bukan untuk menjaga image." Akunya.

Cacha tersenyum. Tulus. Walau agak menyakitkan, setidaknya Adri jujur.

"Kenapa harus aku?" Tuntut Cacha. Gadis itu penasaran juga. Untuk ukuran lelaki seperti Adri. Wanita mana saja pasti akan dengan sukarela menyerahkan diri.

"Karena itu kamu. Gadis yang beda dari lainnya. Kamu nggak ngejar materi. Kamu kenal baik dengan keluargaku. Aku tahu betul tentang keluargamu. Kamu juga suka sama aku."

Hati gadis itu menghangat. Jadi kesimpulannya, Adri menganggap Cacha adalah orang yang spesial.

"Bagaimana bisa Mas Adri yakin aku suka sama Mas?"

Walau itu nyata. Tapi kan Cacha selama ini diam. Menyembunyikannya.

Senyum hangat Adri terulas. Lelaki itu memandang Cacha dengan pandangan teduh.

"Rahasia." Ucapnya. "Jadi? Iya atau tidak?"

Cacha menggerakkan kakinya.

Iya atau tidak?

"Bagaimana kalau sampai nanti Mas Adri nggak juga jatuh cinta sama aku?" Lanjut Cacha.

Adri menghela napas frustasi, "belum dicoba, Cha."

Gadis itu yakin, walau dia menjawab tidak, Adri akan memaksanya sampai mendapat jawabam iya.

Lelaki itu masih menunggu jawaban. Suasana ruangan mendadak sunyi. Hanya suara bising AC dan deru napas mereka yang terdengar.

"Mas Adri bisa langsung datangi Papa untuk meminta aku secara resmi." Ucap gadis itu. Beranjak dari tempat duduknya.

"Terima kasih," ucap Adri sebelum Cacha keluar ruangan.

* * *

"Aaa!!!" Jerita Dira saat melihat Cacha memasuki cafe miliknya.

Gadis jangkung itu memeluk erat sang sahabat.

"Sumpah aku seneeeng banget. Akhirnya kita bisa jadi sodara. Aku udah dikasih tau Mami tentang Mas Adri yang mau lamar kamu. Katanya malam ini Papi sama Mas Adri mau ketemu Papa kamu." Dira terlihat girang.

Tanggapan Cacha hanya tersenyum. Gadis itu masih bingung harus beraikap bagaimana.

"Padahal nih, kalo Abang lo jomblonya masih lama, gue mau kok sama dia," celetuk Zi yang ternyata duduk di sofa dekat Dira dan Cacha berdiri.

Tiga sahabat itu sekarang duduk nyaman. Sambil menikmati tiramisu dan kopi yang disuguhkan Dira.

"Mami langsung approve tanggal nikahan aku sama Deva setelah denger tentang kamu sama Mas Adri." Cerita Dira.

"Jadinya kapan?" Tanya Zi.

"Bulan depan." Jawab Dira dengan mata berbinar. "Kan yang lainnya udah disiapin. Tinggal undangan aja. Kalo masalah gedung kan gampang itu."

Cacha tersenyum. Senang melihat sahabatnya berbahagia.

Tapi tidak dengan ekspresi wajah Zi.

"Yakin lo sama Deva? Bukannya apa-apa. Kok gue nggak srek aja sama itu cowok. Mukanya tuh ganteng tapi culas gitu. Beda aja sama gantengnya Ghani atau Rian." Gadis tomboy itu mengungkap pemikirannya.

"Ah Zi. Kamu kan suka gitu. Bilang aja biar nggak jomblo sendirian. Rian udah sold out. Cacha udah taken. Aku juga mau mengikat janji suci. Lah kamu kan masih gitu-gitu aja, pacar nggak ada. Ghani jauh di sana dan kemungkinan punya cewek juga."

Mulut Dira memang kejam. Tapi Zi adalah cewek berhati platinum. Omongan tadi sama sekali tidak berefek padanya.

"Santai aja kali, Dir. Gue nggak main sama kalian juga, bisa main sama temen yang lain. Tapi tadi itu gue serius. Mending lo sama temen lo yang dokter waktu itu. Cocok. Baik juga anaknya. Nggak keliatan fake." Sambung Zi.

Cacha hanya menyimak sejak tadi. Gadis itu sebenarnya setuju dengan ucapan Zi. Tapi pikirannya sedang melayang kemana-mana. Apalagi mengingat malam nanti, dia akan secara resmi menjadi calon istri Adri.

-------------------------------------------

Itu si Dira sama Zi kalo ngomong sadis juga satu sama lain 😁

Mendadak Nikah 2 ( Complete ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang