Say You Love Me

13.9K 1K 10
                                    

I love you

Satu kalimat sederhana dengan sejuta makna. Kalimat yang bisa menunjukkan ketulusan, tapi bisa juga hanya sekedar omongan belaka.

"Dan dia bilang I love you terus kasih cincin! Walaupun nggak romantis kayak makan malam pakai ngundang live akustik band. Atau rangkaian bunga sekebun, tetep aja itu romantis banget. Cukup buat aku bilang. Iya."

Dira bercerita dengan sangat antusias. Gadis itu baru saja dilamar pacarnya. Revan.

"Terus? Bentar lagi kalian mau kawin gitu?" Tanya Zi.

"Nikah." Ralat Rian.

"Iya, nikah maksudnya." Gadis tomboy itu memelototi Rian.

"Ya gitu... katanya sih lusa mau lamar langsung ke Papi sekalian bawa Papi dia juga. Lamaran resminya lah..." ujar Dira sangat antusias.

Cacha menghela napas, "selamat ya, Dir. Semoga ini bener-bener jodohmu. Seseorang yang bisa buat kamu bahagia."

Gadis bermata cokelat terang itu memeluk Cacha erat, "thanks kakak ipar."

Tidak terasa waktu bergulir cepat. Sudah hampir malam, dan Cacha harus segera pulang. Dia janji mampir sebentar saja dan harus langsung ke rumah. Adri sendirian.

"Salam buat Mas Adri, bilang cepetan sembuh. Besok aku tengokin deh." Ucap Dira sebelum Cacha undur diri dari kafe milik adik iparnya itu.

----------

"Biar aku ambilin, Mas."

Cacha berlari menghampiri Adri yang akan menuang air minum ke dalam ceret.

"Kamu kok baru pulang?" Tanya Adri. Janjinya memang sebelum maghrib sudah di rumah.

"Mampir ke Dira sebentar." Jujur gadis itu. "Dia cerita habis dilamar sama Revan."

"Lamar? Secepat itu?"

Mata Cacha spontan menatap pada Adri. "Wajar sih sebenarnya, mereka pacaran udah hampir tiga bulan. Apa kabar yang ngelamar tiba-tiba? Padahal pacar enggak, dibilang temen bukan, ikutan ta'aruf juga bukan." Sindir gadis itu.

"Ehem!" Adri berdehem lalu menuang air dalam ceret.

---------------

"Ngomong I love you nya jelas. Kelihatan tulusnya. Makanya Dira yakin dan mau nerima."

Cacha melanjutkan ceritanya. Kali ini pasangan itu sedang menonton televisi. Duduk bersebelahan di sofa. Untuk Adri, satu kakinya yang patah dia tumpu dengan kursi lain.

"Sedahsyat itu ya kata-kata I love you." Sambung gadis itu.

Sengaja menekan kalimat I love you. Matanya menatap wajah Adri. Ingin tahu bagaimana reaksi yang akan ditunjukkan.

"Cringe." Satu kata disertai ekspresi muak.

Sebenarnya Cacha sejak tadi itu hanya memancing agar Adri juga mau berkata I love you. Sejak menikah empat bulan lalu, gadis itu sama sekali belum menerima kalimat seperti itu di telinganya.

Walau Adri bilang, itu hanya sekedar kata. Tapi...

Namanya perempuan, pasti kepingin dong sekali-sekali denger.

"Awas aja kalo kejebak lagi karena kalimat gombal gitu." Gumam Adri.

Sepertinya lelaki itu belum bisa melupakan kejadian enam bulan lalu, saat Dira membatalkan pernikahan dengan mantan tunangan yang dilarang menyebut namanya.

"Bedalah." Tanggap gadis itu.

-----------------

"Pelan-pelan, Mas."

Walau bertubuh kecil imut-imut, ternyata Cacha cukup kuat membantu Adri berjalan menuju kamar. Gadis itu merangkul tubuh sang suami dengan erat dan hati-hati mendudukkannya di atas kasur.

"Oke!" Seru gadis itu. Lega saat kedua kaki Adri benar-benar berselonjor di ranjang.

"Maaf, aku jadi ngerepotin."

Ada rasa bersalah dari sorot mata lelaki tampan itu. Empat hari ini dia hanya menghabiskan waktu di rumah dan harus dibantu saat beraktivitas.

"Ih, kayak sama siapa aja. Lagian, ini bentuk rasa cinta aku ke Mas Adri." Tanggap Cacha.

Dia duduk di tepi ranjang sambil memijat satu kaki Adri yang sehat.

"Do you love me?" Tanya Adri. Matanya menatap lurus mata hitam kelam Cacha.

"Yes, I do love you."

Lelaki itu tersenyum hangat. Merengkuh tubuh mungil Cacha dalam dekapannya.

Nyaman.

Sebuah rasa yang selalu hadir dikala lelaki itu memeluk wanitanya.

"I love you." Celetuk lelaki itu.

Mendengar kalimat yang terdiri dari tiga kata itu, membuat Cacha segera melepas pelukannya.

"Coba ulang, Mas?" Minta gadis itu.

"Apa yang diulang?" Tanya Adri pura-pura lupa.

"Itu, kalimat yang Mas bilang barusan." Desak Cacha.

"Emang aku bilang apa?"

Bibir Cacha mengerucut. Dongkol juga karena Adri tidak mau mengulang perkataannya.

"Cha, emang aku bilang apa?" Tanya ulang lelali itu.

"I love you." Ucap gadis itu setengah hati.

Lengkungan pada bibir Adri membentuk sempurna. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Cacha.

Gadis itu pikir Adri akan mencium bibirnya, ternyata keningnyalah yang mendapat satu kecupan lama.

"I love you."

Satu kalimat pendek itu lolos dari bibir Adri setelah lama menempelkan bibirnya pada kening Cacha.

"I love you." Ulangnya lagi.

Kali ini bibir lelaki itu menempel pada bibir Cacha. Menciumnya sangat lembut dan dalam.

I love you, Cha.

Hatinya berucap.

-------------

Mau bilang I love you aja mesti dipancing-pancing.

Mendadak Nikah 2 ( Complete ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang