Awas typo bertebaran
Sudah 2 jam Aurel menunggu kedatangan Rendy. Batang hidungnya masih belum terlihat sama sekali. Aurel mengusap lengannya yang kedingan karna dia hanya memakai dress warna biru dongker selutut. Hari mulai malam, juga nampak sedikit mendung. Aurel sudah mencoba berkali-kali menghubungi Rendy tapi sama sekali tidak ada yang mengangkatnya. Hanya mba-mba operator yang menyaut.
"Aduh, Rendy mana sih! Gak tau apa disini gue kedinginan!" dumel Aurel kesal sambil celingak-celinguk mencari sosok Rendy yang tak kunjung datang.
Aurel mondar-mandir tak jelas di depan kursi panjang warna putih. Pengunjung yang tadinya ramai kini mulai sepi. Aurel membuka room chatnya dengan Rendy membaca ulang. Siapa tau dia salah tempat atau jam nya. Rintik hujan mulai turun, Aurel memandang langit yang mulai hitam, orang-orang sekitar berhamburan untuk menepi. Aurel malah melakukan hal bodoh lagi, menelfon seseorang yang jelas-jelas tidak bisa dihubungin. Hujan mulai lebat tiba-tiba suara petir berbunyi sangat keras.
JEDARRR!!!
"Abang!" teriak Aurel
Aurel terlonjak kaget, ia langsung merengkuh tubuhnya ketakutan berlari menuju halte. Badannya menggigil, bibirnya yang tadinya berwarna merah muda kini sudah membiru pucat, dan bajunya sudah basah kuyup terkena air hujan. Ia menangis bebarengan dengan turunnya hujan.
"Ma-mah..." panggil Aurel lirih ketakutan sambil sesenggukan.
"Pa-pah... Aurel ta-takut..." rintih Aurel tersedu-sedu, ia berharap ada seseorang yang datang dan membawanya pulang.
Aurel mengusap-usap lengannya yang semakin kedinginan terkena angin malam dan derasnya hujan.
"Aurel... kok lo disini" panggil seorang laki-laki, Aurel mendongakan kepalanya pelan melihat siapa yang memanggilnya.
"Vero" detik kemudian ia langsung memeluk tubuh Vero erat dan membuat bajunya sedikit basah. Ia menangis dalam pelukannya.
"Lo ngapain disini?" tanya Vero sambil mengusap punggung Aurel pelan.
"Re-rendy ngajak gue ke-ketemuan disini... tapi g-gue udah nunggu 2 jam, d-dia gak dateng-dateng" jawabnya sambil sesenggukan dan mempererat pelukannya merasa kedinginan. Modus sangad elah.
"Brengsek!" gumam Vero menggertakan giginya, emosinya meluap-luap dia mengepalkan kedua tangannya dibalik pelukan Aurel.
"Mu-mungkin ini cara dia buat mutusin gue, semua mantan-mantannya dia aja cuman pacaran 1 minggu paling lama. Dan mungkin sekarang giliran gue yang jadi salah satunya. Ha-harusnya tadi gue udah tau kenapa dia ngajak gue ketemuan" lanjut Aurel
"Dia bilang apa?" tanya Vero penasaran
"Dia bilang, ada yang mau diomongin serius. Jadi gue iya in aja permintaannya" jawab Aurel yang sudah mereda akan tangisannya.
Vero melepaskan pelukannya dan menatap sendu ke arah Aurel. Mencengkram bahu Aurel pelan.
"Udah lo sekarang gue anter pulang, tapi kita mampir ke toko baju dulu yaa. Gak mungkin kan gue bawa lo pulang dengan keadaan kacau kaya gini, yang ada mamah sama papah lo tambah khawatir" Aurel menganggukan kepalanya lemah.
Vero menggandeng tangan Aurel menuju mobilnya. Dengan kecepatan sedang Vero membawa Aurel ke toko baju terdekat yang masih buka.
Aurel nampak murung setelah kejadian tadi dan itu membuat Vero berfikiran tidak tenang.
"Lo gak cocok nangisin cowo berengsek kaya Rendy, Aurel" ucap Vero tiba-tiba saat mereka sudah memasuki mobilnya kembali setelah berganti pakaian.
Aurel menoleh ke arah Vero kemudian dia tersenyum kecut alias senyum palsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy and Bad Boy (TAMAT)
أدب المراهقينAurel Fransiska Nichol, berasal dari keluarga Nichol. Cewek yang begitu cuek, dingin, jarang senyum, berperilaku tidak selayaknya seorang cewe yang suka dandan justru ini malah sebaliknya, dan dia juga tidak terlalu peduli dengan sekitarnya. Masa la...