Awas typo bertebaran
"Gue inget sesuatu" ucapnya antusias, membuat Aurel berhenti dari langkahnya. Ia menoleh ke arah Rendy dan menatapnya intens.
"Apa?"
"Tempat ini…" Rendy berfikir sejenak dengan mata terpejam, susuatu terlintas di benaknya. Ia memegangi kepalanya yang berdenyut seperti dihantam ribuan balok kayu.
"G-gue sayang sama lo?… lo egois yang kesekian kalinya?… pacaran" Rendy membuka matanya dan menatap Aurel.
Aurel tersenyum mendengarnya, setidaknya dia sudah mulai ingat sedikit demi sedikit. Jadi ada kemajuan untuknya.
"Pusing?" tanya Aurel berjongkok di hadapan Rendy.
"Jadi, maksudnya tempat ini. Tempat dimana gue nembak lo?" tanya Rendy memastikan.
"Bisa dibilang begitu"
"Gue… jadi lo orang yang gue tembak?" tanya Rendy lagi.
Aurel menganggukan kepalanya pelan.
"Ada tempat lain atau apa gitu, biar gue bisa lebih yakin"
"Lo belum yakin dengan semua ini?"
"Gue juga pengin inget temen-temen gue"
"Besok gue minta bantuan Putra sama Noval"
"Dia temen gue?"
Aurel kembali menganggukan kepalanya. Kemudian, menarik Rendy dari sana.
"Kemana?"
"Rumah sakit"
"Ngapain?"
"Ikut aja, gue nebeng lo oke"
"Montor lo?"
"Gue dianter Vero kesini"
"Owh"
Mereka berdua berjalan menuju montor Rendy terparkir. Kemudian, Aurel menunjukkan arahnya dari jok belakang menuju rumah sakit. Tempat dimana Aurel pinsan dan di bawa Rendy kesini dulu. Sesampainya disana Aurel meminta izin kepada suster yang ada disana untuk meminjam kamar yang dulu di pakai Aurel sebentar. Untung saja kamar itu sekarang kosong, jadi dia diperbolehkan oleh susternya.
Aurel menarik pergelangan tangan Rendy kesekian kalinya menuju ruang UGD. Mereka berdua memasuki secara bersamaan dan memandangi setiap sudut ruangan tersebut.
"Terus? Kita ngapain disini?"
"Lo inget tempat ini?" tanya Aurel
Rendy menatap seluruh penjuru ruangan ini, bayangan seseorang terlintas di kepalanya. Ia kembali memejamkan matanya sambil merasakan pusing di kepalanya. Bayangan seorang cewe digendong sosok cowo bertubuh kekar yang masih memakai seragam putih abu-abu. Ia membuka matanya perlahan dengan tangan yang masih memegangi kepalanya.
"Jadi… apa yang lo inget?"
"Lo…" Rendy menunjuk Aurel kemudian jari telunjuknya di arahkan ke atas ranjang.
"Gue gendong? Emangnya lo kenapa? Terus kenapa juga gue bisa gendong lo?" tanya Rendy
Aurel mengedikan bahunya "Intinya lo yang maksa gue buat di gendong"
"Kok gitu, baek bener gue" ucapnya membaik-baikkan dirinya sendiri.
"Udah banyak yang lo inget?"
"Sebagian mungkin, tapi ini semua baru tentang lo"
"Masih belum yakin?"
"Gak tau kenapa, rasanya gue biasa aja saat keinget itu semua"
Degh!
Aurel mungkin memakluminya, tapi tetap saja ia merasa sesak saat dirinya sudah tidak berarti lagi. Sekarang dia sudah benar-benar berpegang teguh dengan perasaannya. Tapi lagi-lagi takdir berkata lain. Disaat dirinya merasakan jatuh cinta yang sebenarnya, justru malah dipermainkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy and Bad Boy (TAMAT)
Fiksi RemajaAurel Fransiska Nichol, berasal dari keluarga Nichol. Cewek yang begitu cuek, dingin, jarang senyum, berperilaku tidak selayaknya seorang cewe yang suka dandan justru ini malah sebaliknya, dan dia juga tidak terlalu peduli dengan sekitarnya. Masa la...