Ternyata orang itu adalah Steven.
Seketika orang yang tadi menyodorkan pisau kepada ku kabur, tapi sebelum dia kabur dia sempat melukai tangan ku.
Goresan panjang dengan darah segar mengalir tampak sangat jelas di tangan kanan ku.
Aku pulang diantarkan oleh steven.
Aku tinggal sendiri di sebuah apartemen yang tidak terlalu jauh dari sekolah, setiap minggu om dan tante ku mengirim ku satu juta, gila kan?
Ketika sampai di kamar apartemen ku aku langsung tertidur. Ketika bangun masih jam 5 pagi, setelah mandi dan sarapan aku berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki.
Luka ku yang kemaren telah ku tutup, untung saja tidak terlalu dalam. Tapi cowok itu siapa?
Aku langsung ke ruang musik lama disana aku mengecek piano dan untung saja sudah tidak ada jebakan.
Aku pun memainkan lagu My immortal sekali lagi. Aku suka lagu itu entah kenapa.
Lalu seseorang masuk dan dia adalah Iris.
Aku kagum dengan Iris, di yatim piatu seperti ku tapi beda nya dia tinggal bersama kakek dan nenek nya, orang tua dan adik nya meninggal karena kecelakaan, tapi ada hal yang janggal. Tidak ada yang pernah menemukan tubuh adik nya Lily Dakota.
Kenapa aku kagum dengan Iris? Dia memang preman tapi dia bolos karena dia mencari uang untuk makan kakek nenek nya. Di balik sikap Iris yang kasa, dia sebenarnya lembut dan berhati malaikat. Aku pernah melihat dia berkaca-kaca saat melihat berita di Tv seorang anak mati dikuliti dan anak-anak di afrika kekurangan gizi.
Dan dia bergumam pelan. 'Suatu hari nanti gw akan menyelamat kan nyawa semua anak didunia.'
Dia tidak pernah bolos di pelajaran Science, Fisika, Biologi, Math dan Musik.
Iris sebenar nya sangat cantik, dan aku pernah melihat penampilan asli nya, mata yang mempunyai warna berbeda, rambut yang mempunyai 3 warna dan semua itu alami.
Hanya aku, Katie, Irene dan Grace sahabat Iris yang pernah melihat nya.
"Makin jago aja lo main nya lau." Ucap nya sambil menyengir.
"Tapi kalo soal gitar gw gak sejago elo." Balas ku menyengir.
Sikap ku berbeda jika sedang bersama mereka berlima, aku lebih terbuka, tapi aku tidak pernah bercerita atau memperlihat kan luka dan tanda lahir ku. Karena aku takut.
Semoga Iris tidak ingin membahas luka ini.
"Luka lo... Sekaranf mereka tau, lo mau apa?" Tanya Iris.
Aku pun mendesah pasrah.
Aku adalah tempat curhat Iris, Iris juga tempat curhat ku, hanya dia yang tau masa lalu ku.
"Kalau semua sudah datang, gw bakal cerita."
Dia pun mengangguk lalu memainkan gitar nya, asal kalian tau, Iris bisa mengubah suara nya seperti lelaki. Kami sering manyanyikan Bring me to life bersama.
Tak lama kemudian yang lain mulai datang, lalu pada akhir nya zane datang dengan luka dipipi.
Ada yang menyerang nya.
Setelah Iris dan Zane memberitahu nama anak-anak yang kemungkinan adalah calon Arika memberikan satu lagi informasi penting.
"Gw dapet bisikan dari 'teman' gw, bahwa ancaman paling besar kita yaitu kelas 10-IPA1 membuat sebuah rencana yaitu, mendekati cewek-cewek kelompok kita naksir sama cowok dari kelompok mereka lalu memperalat nya." Jelas Arika.
YOU ARE READING
[TFF•1] Our Dream In One Games
Fantasy"Together we play hurricanes." -Grace- "No sound to this heartbeat." -Irene- "With your empty heart and mine full of pain." -Lauren- "I get lost in you, you're the sky I'm falling through." -Iris- "Still wear the scars like it was yesterday." -Katn...