21. Zane Mostock (1)

284 21 1
                                    

A/N

Buat yang udah Vote thank you so much dan buat temen gue yabg rajin komen cuman buat nanya "habis ini Pov siapa?" Makasih juga XD bentar lagi bakal selesai dan kalian bakal gue gantungin, gak deng.

Udah ah gue nge bacot banget, silahkan membaca.

Ps: voment nya jangan lupa ya please? sekali aja vote atau comment di satu chapter gue udah seneng kok.

=================
Zane Pov

"Apa Arika hilang?!" Bentak ku tak percaya.

"Ya." Jawab Jordan lirih.

Katniss sekarang berada di pelukan Irene,  menangis sejadi-jadi nya. Yang lain mondar-mandir gak jelas.

Hanya Lauren yang belum kembali dari perpus.

"Ada saksi mata?" Tanya ku, mereka menggeleng.

Tiba-tiba Katniss bangkit. "Aku ke toilet dulu." Pamit nya.

Kami masih di selimuti keheningan, semua sibuk dengan pikiran masing-masing.

Hingga. 

"AAAAAKH!" Terdengar jeritan Katie dari arah berlawanan, tempat Arika dan Grace menghilang.

"Cepat!" Ucap Iris.

Kami semua berlari mengikuti arah suara, begitu sampai disana, setengah tubuh Katie sudah masuk kedalam tanaman merambat, bagian pinggang ke atas masi berada di luar.

Tanpa pikir panjang aku dan Iris menarik Katie, entah ada apa itu Katie semakin terhisap kedalam, hingga aku dan Iris terpental, sementara tubuh Katie terhisap semua nya.

Irene terduduk lemas dengan lutut menopang badan nya, mata nya berkaca-kaca. "Tidak mungkin." Lirih nya.

Aku bangkit lalu memeluk nya, tangis Irene semakin kencang, tiba-tiba terdengar langkah kaki berlari.

"Ada apa?" Tanya Lauren yang baru datang.

"Katie dan Arika..." Cicit Iris, Lauren menggigit bibir bawah nya.

Mereka masih diam hingga aku memberi isyarat mata kepada Jordan, Rafi dan Steven, seolah mata ku berkata kalian-balik-saja-dulu.

Mereka mengangguk lalu pergi membawa Lauren dan Iris.

"Rene, ayo kita segera pergi dari sini." Ajak ku sambil mengelus kepala nya.

Irene masih terisak dalam pelukan ku (eaaa).

"Gue yakin Katniss dan yang lain bakal baik-baik aja." Ucap ku menenangkan.

Tiba-tiba Irene mendongkak lalu menoyor kepala ku. "Emang lo kira gue nangis kenapa? Gue tuh nangis gara-gara gue inget hari ini ada meet and greet nya pemain sherlock holmes!" Omel nya.

"Dan gara-gara lo nyeret gue kesini, gue jadi gak bisa salaman sama tuh cogan kan! Dan gue juga udah tau kalau mereka emang bakal gak kenapa-napa! Paling juga cuman pingsan!"

Speechless.

Dengan gemas aku mencubit hidung nya. "Lo ini ya! Masih gak berubah!" Omel ku lalu pergi meninggalkan nya yang sedang mencak-mencak.

"Zane lo ini ya----AAAAKH!!"

Spontan gue langsung menengok, seseorang mencekek leher Irene, cewek itu mangap-mangap kehabisan nafas.

Gue masih mematung di tempat melihat Irene di seret kedalam salah satu tembok dari tanaman berduri itu.

"Irene!" Pekik ku sambil mengejar nya.

Satu tangan Irene berada di luar tanaman itu mencari sesuatu.

Aku menarik tangan itu hingga seluruh bagian tubuh nya terseret masuk.

Aneh, ketika aku berusaha menyentuh daun atau batang tanaman itu, aku serasa di tahan denfan tembok pembatas tak terlihat.

Aku memukul tembok itu beberapa kali sambil terus bergumam nama nya.

Mereka tidak akan baik-baik saja.

"Zane!" Panggil seseorang, aku menoleh.

Jordan dan yang lain nya berlari kesini.

"Mana Irene?" Tanya Iris.

Aku menggeleng lemah. "Maaf.. dia..." Aku tidak melanjutkan kata-kata ku.

Iris menelan saliva nya. "Oh god." Gumam nya.

"Kali ini ada saksi mata kan? Gimana kejadian nya?" Tanya Steven.

Aku menghela nafas. "Dia di cekek dari belakang, lalu di seret masuk." Jelas ku, mereka mangut-mangut.

"Lauren mana?" Tanya ku.

"Dia? Masih sibuk di dapur." Jawab Rafi.

Aneh, sekarang kan masih sore, belum mendekati jam makan malam malah, ngapain dia di dapur?

Tapi, setiap ada kejadian ini dia selalu telat datang dan selalu menghilang entah kemana.

Jangan-jangan Batin ku.

Iris yang menyadari perubahan raut wajah ku menyipitkan mata nya.

"Ku harap kau tidak berpikiran buruk tentang sahabat ku Mostock." Ancam Iris sengaja menekan marga ku lalu melengos pergi.

Aku masih curiga.

BUGH!!

Jordan terjatuh saat kami hendak kembali ke villa, dia pingsan tak sadarkan diri.

Kali ini Jordan bukan di cekek, melainkan di pukul kepala nya. Seseorang bertopeng muka badut tersenyum dengan hoodie menyeret Jordan kedalam tembok tanaman itu.

Aku dan Steven menarik kaki Jordan, hanya bersisa bagian pinggang kebawah, dalam satu tarikan Jordan masuk kedalam tembok itu.

Kami kembali terpental.

"Kita gagal lagi." Lirih Steven.

Rafi dan Iris masih mematung di tempat. Sementara aku dan Steven menutup muka frustasi. Gagal menyelamatkan sahabat sendiri sebanyak lima kali itu sebuah kesalahan besar.

Maaf.

= Our Dream in One Games = TBC =

A/N

Sorry kurang panjang dan banyak typo atau semacam nya, voment nya plis

[TFF•1] Our Dream In One GamesWhere stories live. Discover now