Steven adalah cowok teraneh yang pernah ku temui. Belakangan ini sangat terlihat bahwa dia mendekati ku. Untung saja aku bukan tipe yang gampang di modusin, dia kan playboy.
Tepat jam 1 malam kami bersepuluh pergi ke ruang musik baru, disana terdapat sebuah surat dengan lambang yang sama dengan yang tadi siang dan sebuah liontin berwarna emas.
Untuk kelompok IPS1.
Temukan 20 lagi liontin ini disekitar sekolah, kalian boleh mulai jika bell sudah berbunyi, jika bell sudah berbunyi lagi kalian harus datang ke Gymnssium. Jika bertemu anggota kelas lain berlagak tidak kenal atau tidak melihat.
Liontin itu bergambar kan sebuah pedang dan perisai, rantai yang dipakai terbuat dari emas murni.
"Kita bagi sebanyak 5 kelompok." Ucap Zane.
"Kenapa 5? Bukan nya jika sendiri-sendiri akan lebih cepat?" Tanya Arika.
"Cepat tapi membahayakan." Jawab Zane.
Lalu kami pun membagi nya dengan satu cowok, satu cewek. Aku bersama dengan Steven, oh. Sial.
Aku dan Steven akan berangkat paling terakhir, kami di suruh mencari di sekitar gedung lap.
"Jadi mau kemana kita?" Logika ku tidak sebagus Kasane dan Irene atau Grace, tapi aku bisa melakukan hal tak terduga.
"lap pembuatan Animasi adalah tempat yang tepat." Ucap ku.
Steven terlihat kaget mendengar apa yang ku ucapkan. Tapi dia hanya mengangguk patuh. Aku tau dia kaget karena biasa nya lap animasi selalu terkunci.
Suara ku dikenal bisa membuat orang membeku, mungkin itu karena suara ku yang bagus bercampur dingin nya nada ku berbicara.
Kami pun berjalan kearah gedung lap, sekolah kami memiliki banyak lap, termasuk lap animasi. Ruang kepala sekolah juga terdapat di gedung lap.
Kami pun sampai di depan lap animasi, seperti nya calon tahun ini semua nya satu angkatan, baguslah kalau begitu.
Saat hendak menggeser pintu Steven bilang biar dia saja yang membuka, kata nya takut ada perangkap. Saat menunggu Steven membuka pintu aku menyenter ke seluruh koridor, dari arah berlawanan terdapat tetesan darah dan mengarah ke lap animasi.
Jangan-jangan.
Aku pun menunjuk kan tetesan tersebut kepada Steven, dia tampak kaget melihat nya.
Saat pintu terbuka dan saat kami menyalakan lampu terlihat banyak tetesan darah menuju komputer utama lap animasi.
Oh god.
Di papan tulis ada seorang siswi kelas IPA1 dengan banyak luka sayatan pisau di sekujur tubuh nya, kepala nya di pukul dengan tongkat, baju nya sobek-sobek dan darah yang menetes.
Kalau tidak salah nama cewek itu adalah Lia.
Di sebelah nya terdapat tulisan yang di buat dari darah, darah tersebut bertuliskan
'Our drean in one games'
Steven langsung menurunkan gadis itu sementara aku mengobati luka nya, lalu aku menyuruh Steven untuk mencari liontin tersebut.
Steven menemukan 4 Liontin.
Aku pun melanjutkan pengobatan kepada gadis tersebut.
"Apa dia dilukai di sini?" Tanya Steven.
"Nggak, aku tadi kan banyak tetesan darah dari arah berlawanan."
Steven pun mengangguk paham.
Lalu bell pun berbunyi, Steven menggendong korban ke gymnasium. Disana semua orang sudah berkumpul, mereka tampak kaget melihat aku dan Steven membawa salah satu anggota kelas IPA3.
Sebelum sempat angkat bicara seseorang menonjok pipiku, akupun tersungkur dilantai.
"KAU! KALIAN PASTI YANG MELUKAI NYA! KALIAN PASTI MENGAMBIL LIONTIN DARI LIA." Teriak murid yang tadi menonjok ku.
Steven terlihat sangat termakan emosi melihat ku ditonjok hingga terjatuh, Saat Steven ingin membela ku dengan membalas menonjok. Aku pun menyuruh Steven untuk berhenti. Steven pun menatap ku bingung.
"Bodoh, Jika aku yang melukai nya buat apa aku repot-repot mengobati nya lalu membawa nya kesini, jika aku yang melukai nya lebih baik aku biarkan dia tergantung di lap animasi. Aku tau bagaimana persaan mu melihat teman mu di lukai, tapi korban adalagh part dari Games ini, walaupun games ini belum dimulai sepenuh nya." Jelas ku.
Semua orang disana berpikir sejenak, cowok yang tadi memukul ku mulai tenang.
Di keadaan seperti ini, seseorang harus berpikir dingin.
Grace pun membantuku bangun, lali cowok yang tadi menonjok ku meminta maaf dan bertanya apakah aku terluka.
"Aku gak kenapa-napa kok." Dusta ku.
Ternyata kelas IPA3 memutuskan untuk mencari nya sendiri-sendiri, sebuah kesalahan terbesar.
Untung ada topeng ini, sebenarnya aku bisa merasakan bibir ku terluka. Keadan pun kembali normal, aku duduk di pojokan sendiri.
Lalu Steven mendatangi ku sambil memberikan ku Pocari Sweat.
"Lo luka kan?" Tanya nya, aku pun menggeleng. "Gak usah bohong, gw pernah kok ditonjok sama Tyler dan itu sakit banget."
Aku pun mengangguk.
Lalu Steven membungkuk kan badan nya lalu secara perlahan melepas topeng ku, dia pun menyelip kan poni ku ke belakang kuping ku. Lalu secara perlahan dia mengusap bibir ku yang luka.
Sakit, sakit karena aku tau ini salah satu bagian dari modus mu. Berhentilah berpura-pura Steve, berhentilah memberi perhatian kepada ku, jika pada akhir nya kau meninggalkan ku. Jangan berikan aku harapan.
Lalu Steve menatap muka ku lekat-lekat, dia mengusap pelan luka ku yang berbentuk kupu-kupu. Luka yang memberikan ku trauma berat.
"Lauren, L-lo cantik, lo cantik." Kata nya. "Gw pasti bakal memenangkan cinta lo, bukan secepat mungkin, tapi pasti." Ucap nya
Muka ku memerah.
Aku pun mendorong diri nya lalu memakai kembali topeng ku. Sebelum sempat mengatakan apa-apa terdengar suara dari panggung.
"Halo, para calon pemenang games 'Our Dream in One Games' mari kita mulai pembuka acara ini."
Dan sekarang Games telah sepenuh nya dimulai.
YOU ARE READING
[TFF•1] Our Dream In One Games
Fantasy"Together we play hurricanes." -Grace- "No sound to this heartbeat." -Irene- "With your empty heart and mine full of pain." -Lauren- "I get lost in you, you're the sky I'm falling through." -Iris- "Still wear the scars like it was yesterday." -Katn...