Ch • 8 || Membunuh

353 20 0
                                    

Multimedia: sayap nya Zane & Katniss
====================================
Review:

Di atas Lauren dan Johan tercengang melihat pemandangan yang mereka lihat.

Kota Cabalos terbakar.

====================================
Author's Pov

"A-apa? Tidak mungkin." Tanya Lauren tergagap melihat kota Cabalos di penuhi api dan teriakan para warga.

Kota Cabalos berjarak sekitar puluhan kilometer dari pasukan mereka.

"Zane dan Katniss." Tiba-tiba Johan bergumam dalam kekagetan mereka.

Dengan secepat kilat kedua orang itu terbang, kepakan sayap mereka membuat beberapa pohon berjatuhan. Mereka berhenti tepat di depan Rudolf dan membuat pasukan nya semua berhenti.

"Ada apa?" Tanya Rudolf khawatir melihat wajah cucu nya yang kacau.

"Kota Cabalos terbakar tanpa sebab, api sangat besar dan telah dalam proses membakar kota." Jelas Johan membuat semua melotot.

"Kami memerlukan Katniss dan Zane untuk mematikan api tersebut. Api itu telah melahap setengah kota." Lanjut Johan.

Tanpa babibu, Katniss dan Zane langsung mengepakan sayap mereka dan mengikuti Lauren serta Johan.

Di atas kota Lauren, Johan serta Rafi membuat angin agar api tersebut melawan arah. Sementara Zane dan Katniss memadamkan api dengan kepakan sayap mereka yang menciptakan hujan besar. Api berhasil di padamkan saat rombongam Tranquila sampai. Kebaran tersebut menimbulkan banyak korban dan kerugian. Warga diungsikan ke gunung dekat Tranquila, tempat para petani karena Tranquila sudah penuh.

Sekarang Rudolf dan yang lain serta walikota dan wakil nya sedang mengadakan rapat di istana Cabalos yang tidak terbakar.

"Aku tidak tahu apa-apa, saat aku terbangun api sudah melahap kota." Aku sang walikota.

Rafi dan Johan menatap walikota itu dengan intens. Pandangan mata nya tidak fokus, dia berkeringat dan tangan nya sedikit terangkat. Kedua orang itu mengedikan dagu kepada Lauren, Houston serta Travis.

Dalam hitungan detik Rafi sudah menodongkan pedang nya ke leher sang walikota, Johan mengacungkan pedang nya ke ajudan sang walikota, Lauren bersiap memanah tepat diantara mata sang wakil dan Travis serta Houston mengacungkan pedang ke sekertaris dan bendahara kota.

"Kau berbohong tuan." Desis Rudolf.

Sang walikota dan wakil nya menggeleng dengan tatapan mata takut.

"T-t-tidak s-saya tidak be-berbohong." Kilah sang walikota.

Rudolf menyipitkan mata nya.

"Kami s-sangat kha-khawatir akan keselamatan har--maksud saya warga." Lanjut wakil nya.

Rudolf tiba-tiba menjentikan jari, kejadian berlangsung sangat cepat, secepat kedipan mata. Rafi membelah badan sang wali kota menjadi dua, Lauren memanah sang wakil di kedua mata dan diantara mata nya, Johan memenggal kepala sang ajudan dan Travis serta Houston mencabut putus tangan, kaki, serta kepala sang sekertaris dan bendahara.

Irene dan Katniss mual melihat apa yang telah mereka saksikan. Iris, Zane, Arika serta Jordan mematung di tempat. Sebuah pembunuhan!

"Ke-kenapa kalian tega sekali?" Cicit Katniss.

Rafi menghunuskan pedang nya agar darah yang menempel bersih.

"Mereka bersalah." Jawab Lauren santai sambil mencabut kembali panah nya, mata sang wakil walikota ikut keluar dan diinjak nya oleh gadis itu.

Mereka merinding melihat apa yang di lakukan Lauren, mata tersebut hancur.

Jordan mengernyit bingung. "Bersalah?" Tanya nya tidak percaya.

Rudolf mengangguk. "Mereka yang membakar kota, mereka bawahan Lourie, mereka mencuri harta warga dan mereka berbohong. Kurang apa lagi?"

"Kenapa harus di bunuh?" Zane kali ini membuka suara.

Johan terkekeh. "Karena ini adalah cara terbaik dan kami yakin mereka tidak akan mengakui nya." Jawab Johan.

Johan menginjak lalu menendang kepala sang ajudan bak bola sepak. Travis---elf berambut putih tersebut melihat keluar jendela.

"Seperti nya kita harus pergi sekarang." Ujar Travis sopan.

Rudolf mengangguk lalu bangkit.

"Bagaimana dengan mayat nya?" Arika bertanya.

Rafi dan Lauren sama-sama menoleh.

"Biarkan mereka membusuk disana." Jawab Rafi lalu kembali berjalan.

Lauren menimpali. "Atau di makan gagak dan ghoul."

Kedua saudara itu menyeramkan Batin mereka semua bersamaan melihat mayat sang walikota dan wakil nya.

• Our Dream in One Games •

"Kita akan kemana?" Jordan bertanya saat mereka menaiki rusa nya.

"Kota Àrbores lalu ke gunung Vara di Barat." Rafi menjawab.

Mereka semua berangkat tepat saat sudah selesai menolong para warga dan membakar mayat-mayat hingga menjadi abu. 

Matahari mulai tenggelam, menyisakan langit berwarna orange ke ungguan. Bintang-bintang mulai terlihat, cahaya bulan, lentera serta obor menjadi penerang mereka.

"Rafi, Lauren dan Johan, saat nya kalian untuk memantau dari langit." Ingat Travis.

Ketiga orang itu mengangguk lalu terbang dengan cepat menyisir langit. Iris teringat satu hal lalu bertanya.

"Mereka membunuh seluruh bawahan Lourie, apakah itu termasuk Lauren wajib membunuh Steven?" Tanya Iris dengan tatapan kosong.

Houses tersenyum miris. "Itu sudah misi nya, setelah kami selidiki Steven memiliki pengaruh besar terhadap kekuatan Lourie dan hanya Lauren yang dapat membunuh pria itu."

"Kalian beruntung, berada di sisi yang sama dengan orang yang kalian cintai. Sedangkan Rudolf, Rafi, Lauren, Johan dan yang lain? Mereka melawan perasaan dan hati mereka sendiri, miris bukan?" Kali ini Travis berucap.

"Terkadang, orang merasa mereka adalah orang paling tidak beruntung di dunia tanpa melihat keluar, mereka tidak tahu bahwa di luar banyak orang yang lebih tidak beruntung dari mereka." Rudolf bergumam.

Houses mengangguk setuju.

"Takdir memang mengerikan." Irene bergumam ngeri.

Mereka melanjutkan perjalanan dalam diam, suara langkah kaki mengiri mereka.

Tak lama Lauren, Rafi serta Johan kembali dengan wajah khawatir.

"Ada pasukan orc dari soños yang bertugas untuk menghadang dan juga menghabisi kita, total mereka sekitar tujuh puluh orc besar dan terkuat. Mereka akan menghadang dan mengejar kita dari gunung Vara di barat." Jelas Rafi.

• Tbc •

A/N

Ini nama nya gue stuck parah gilak! Sorry aneh, banyak typo dan absurd XD

[TFF•1] Our Dream In One GamesWhere stories live. Discover now