1. Steven Anderson (2)

694 30 0
                                    

Gw dateng lebih awal, gw masuk gak ada satpam, dan suasana sekolah serem abis, gw salut sama satpam yang jagain nih sekolah! Padahal di sekolah ini banyak yang mati.

Pas gw mulai deket sama ruang musik lama gw denger ada yang main piano, gw ngintip dikit rambut nya cewek itu panjang banget, tapi pake seragam sekolah, jangan-jangan dia hantu?!

Duh emak steve minta maaf ya mak...

Tapi kalo di perhatiin cewek itu bukan muka rata! Tapi pake topeng! Dan kalau di dengerin lagu nya, itu lagu My Immortal nya Evanescence! Asli jago banget main Piano nya.

Dan kalo dari postur tubuh nya gw tau dia siapa, Lauren? Omg! Berani banget nih cewek malem-malem di ruang musik! Sendiri!

Tapi permainan piano nya keren banget!

Setelah Lauren selesai memainkan piano nya aku pun masuk ke ruang tersebut, cewek itu terlonjak kaget saat mendengar suara pintu di geser.

Lauren melihati ku dengan tatapan bingung sekaligus kaget.

"Mainin satu lagu lagi dong lau." Pinta ku.

"Jangan sebutkan nama." Ucap nya. "Lo denger permainan piano gw?"

Aku hanya mengangguk sambil mengangkat pundak ku.

"Oh, sial." Gumam nya. "Mau lagu apa?" Tanya nya.

Dia tidak mau ada yang mendengar nya bermain? Padahal permainan nya sangat ahli? Oh god, cewek ini penuh misteri.

"How about 'Bring me to life'"

Lauren pun mengangguk lalu memainkan Bring me to life versi piano nya. Entah kenapa aku suka permainan piano nya. Terutama memperhatikan jari-jari nya.

Tiba-tiba lauren seperti menjerit kesakitan, ternyata di salah satu tuts piano nya terdapat pisau cutter.Kok bisa tiba-tiba ada di situ? Yang lebih parah jari Lauren tertusuk agak dalam.

Aku pun langsung mencari P3K lalu mengobati luka nya, Lauren hanya diam menatap ku lekat-lekat.

Tak lama kemudian yang lain mulai berdatangan. Aku bisa tahu siapa saja yang datang, mereka semua adalah anggota kelompok kami? Pada akhir nya Zane pun datang.

Dia melirik sedikit kepada jari Lauren lalu bertanya.

"Jari kamu kenapa?" Tanya nya sambil berjongkok melihat luka nya.

"Saat sedang bermai piano ada pisau cutter diantara tuts nya, pisau nya masih ku tinggalkan di sana." Jawab Lauren.

Zane melihat ke piano tersebut lalu mengusap darah Lauren yang menetes di piano.

"Mereka sudah memulai 'Games' nya, tak kusangka korban pertama adalah Lauren. Lauren? Untung saja kamu tidak menekan tuts piano itu lebih dalam, bisa saja jari mu terpotong." Jelas Zane.

Membayangkan jari Lauren yang terpotong saat bermain piano membuat ku merinding dan geli.

"Games?" Tanya Irene.

"Ya, Games sekolah kita. 'Our hope in One Games' kita yang terpilih." Jawab Zane.

Oh tuhan aku tidak habis pikir bahwa kami adalah calon Games mengerikan itu, kebanyakan siswa mati karena games ini. Tapi satu dari semua siswa mendapatkan kebahagiaan.

Benar-benar hal gila! Bisa saja kita disuruh membunuh satu sama lain demi mendapatkan kebahagiaan! Ya di games ini keinginan sang pemenang akan di kabulkan. Bahkan menghidupkan orang mati pun dapat dilakukan!

Tak heran banyak orang yang berlomba-lomba untuk menang, dan kita bersepuluh telah dipilih.

"Jam satu malam Games ini akan di mulai, setelah ini kita harus ke studio musik baru." Kata Zane.

Aku tidak ingin melukai atay membunuh satu pun dari mereka, tapi aku juga ingin mencapai kebahagiaan yang selama ini aku cari.

Aku tidak ingin membunuh Lauren.

-----------------------------------------------

A/N

Mulai keliatan gak cerita nya? Habis ini pov nya Lauren.
Vote dan Comment ditunggu ya!

[TFF•1] Our Dream In One GamesWhere stories live. Discover now