Dwaddy! -: Dua Bayi

2.3K 163 46
                                    

Jungwoo meremas bajunya dengan tangan yang bergetar, bibirnya bergerak-gerak gelisah tampak pucat tak berselera, keringat membasahi tubuhnya yang terduduk lemas dibawah kloset duduk kamar mandi.

"Sa–yanghh" Jungwoo berusaha berteriak meskipun suaranya teredam oleh sakit diperutnya.

Seorang pria tampan dengan badan kurus menghampirinya, matanya terbelalak saat melihat darah yang mengalir di antara paha kekasihnya.

"Astaga Woo! Kau pendarahan. Kita harus ke rumah sakit sekarang!" Pria tampan itu sangat panik sekarang, ia menggendong tubuh bulat kekasihnya dan berlari menuju mobil mereka.

Jungwoo setengah mati menahan sakit diperutnya saat ini, rasanya benar-benar sakit seperti sedang di remas kencang oleh si jabang bayi. Jungwoo menangis selama perjalanan dan tentu dengan erangan dan desahan kesakitan yang ikut menemani. Kekasihnya semakin melaju membelah jalanan Pennsylvania dengan gila.

"Aku takut b—bayi ini. . . Aanghh!" Ucapan Jungwoo terputus oleh erangannya sendiri, napasnya mulai tak beraturan membuat kekasihnya yang sedang memegang kemudi semakin tak tenang.

Mereka sampai di rumah sakit sepuluh menit kemudian, tim medis segera keluar dengan membawa ranjang dorong, Jungwoo dibaringkan disana dengan wajah pucat yang tak terkondisikan. Ia mencengkram lengan kekasihnya hingga tak sadar bahwa kukunya yang mulai memanjang justru melukai lengan tersebut, namun kekasihnya tak peduli selama Jungwoo bisa membuat dirinya tak lagi merasakan sakit.

"Ku mohon, selamatkan kekasihku dan Bayinya" pria kurus itu berujar lirih pada perawat yang membawa Jungwoo dalam ruang operasi.

Lampu ruang operasi itu berwarna merah, tanda jika operasi sedang di lakukan. Sudah hampir dua jam lelaki tampan itu berjalan mondar-mandir di luar ruang operasi hingga ia bisa melihat pola tak beraturan pada lantai yang di pijaknya. Tak lama pintu itu terbuka, seorang dokter—mungkin dokter beda atau kandungan entahlah ia tak peduli— keluar dengan wajah lelah, dokter itu tersenyum tipis.

"Keadaan Jungwoo sempat kritis, ia kehilangan banyak darah selama perjalanan tapi itu sudah berhasil di tangani. Kedua bayi anda laki-laki, mereka lahir premature sehingga berat badan mereka tak ada yang lebih dari dua kilogram, mereka sangat rentan Tuan—?"

"Kim Doyoung, jadi bagaimana keadaan putra kami?" Jawab pria kurus itu dengan cepat.

"Tuan Kim, salah satu diantara mereka sangat lemah dan hanya punya kesempatan hidup dua puluh persen. Bayi pertama anda keracunan cairan dari ibunya, dan itu penyebabnya. Kami akan berusaha semampu kami untuk menyelamatkan keduanya." Jelas sang Dokter, Doyoung hanya bisa mengangguk pasrah saat mendengar semua penuturan tersebut.

Jungwoo kini berada di dalam ruang ICU karena kondisinya yang masih tak sadarkan diri, Doyoung masih menemani kekasihnya, memori lama tiba-tiba berputar di otaknya tentang bagaimana ia bisa menemukan Jungwoo dan segalanya.

Enam bulan yang lalu.

Doyoung menghadiri kuliah umum di Universitas ternama Amerika, Stanford University tempat dimana ia dan Jungwoo pertama kali bertemu. Saat itu Jungwoo tak sengaja menabraknya membuat maket yang menjadi tugas akhir semesternya jadi hancur lebur, pemuda manis itu meminta maaf dan berjanji akan membuat ulang maketnya.

Seminggu kemudian mereka bertemu di tempat yang sama, Jungwoo menepati janjinya dengan membawa sebuah maket yang lebih indah dari buatannya. Dan sebagai ucapan terimakasih Doyoung mengajaknya untuk makan malam berdua.

Mereka menjadi dekat satu sama lain, awalnya Jungwoo sangat tertutup namun berkat kegigihannya akhirnya ia bisa membuka sedikit celah. Jujur saja Doyoung sudah tertarik pada lelaki manis berpipi gembul itu sejak awal pertemuan mereka. Doyoung meminta Jungwoo untuk menjadi kekasihnya, jelas saja penolakan keras selalu di dapatkannya dari Jungwoo.

Dwaddy! - JaeWoo+Yong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang