Dwaddy! -: Vidcall

1.9K 175 35
                                    


🌻🌼 Jaehyun Point Of Views 🌼🌻
Dwaddy!
.
.

Tengah malam adalah waktu yang paling tepat untuk menghubungi kekasihku Lee Taeyong sungguh demi apapun aku merindukan sosoknya, ciumannya, dan semua yang ia berikan padaku.

Taeyong menghubungiku lewat Skype
atas usulanku. Terlalu bosan jika hanya melalui telepon biasa.

"Hai sayang" sapanya, Taeyong tak banyak berubah dia tetap pria cantik dan panas.

Aku menatapnya melalui layar MacBook ku baru saja hendak memprotes busana yang ia kenakan. Kemeja bigsize yang terkancing sempurna, astaga itu menghalangi pandanganku.

"Bisakah kau menanggalkan kemejamu atau kalau tidak boleh lepas saja kancingnya untuk ku" pintaku, Taeyong terkekeh namun tetap menuruti ucapanku.

Jemari lentiknya mulai membuka satu persatu kancing kemejanya yang kini sukses membuatku merasa ingin.
Taeyong memberikan senyuman miringnya berusaha menggodaku dari jarak jauh.

"Apa cukup, master?" Ucapnya dengan sensual, aku mengangguk ingin sekali rasanya aku menembus layar sialan itu dan meraup bibir tipis Taeyong saat ini juga.

"Aku merindukanmu sayang" kataku secara jujur. Raut wajah Taeyong berubah muram, kurasa ia sama kesepiannya denganku saat ini.

"Kau tau Jung, aku lebih dari merindukanmu" katanya sangat lirih, wajah itu astaga aku jadi tidak tega karena telah meninggalkannya sendirian disana.

"Bagaimana kabar Jungwoo, hmm?"

"Dia baik, masih tetap keras kepala dan sangat manja. Benar-benar mirip denganmu"

"Dia anakku Jae, wajar kan?" Aku mengangguk membenarkan, itu memang wajar.

"Dia jadi sedikit tidak penurut sekarang, kau tau sayang bahkan aku sendiri sampai heran kenapa anakmu itu jadi sulit dikendalikan" kataku jujur.

Akhir-akhir ini Jungwoo jadi sering pulang terlambat tanpa memberiku kabar sama sekali, pernah suatu kali dia pulang hingga dini hari dan berakhir dengan hukuman yang selalu ku berlakukan untuknya.

Sex. . .

Aku tau sekali bahwa itu tidak benar, tapi juga manusia yang bisa meledak kapanpun dan caraku melampiaskannya adalah dengan menguasainya. Jika kalian berpikir bahwa aku berselingkuh dari Taeyong maka itu salah besar!

Jujur aku memang kesepian dan Jungwoo mengisi lebih dari separuh kekosonganku, tapi hatiku entahlah Taeyong masih merajainya hingga saat ini.

"biarkan saja Jae-ya, selama Jungwoo ku tidak berbuat hal yang merugikan. Lagipula ini memang usianya untuk menjadi lebih berani kan?" Taeyong lagi-lagi menceramahiku.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu sayang?" Tanyaku, berusaha mengalihkannya agar tidak menceramahiku terus.

"Butik ku lancar, WO yang ku jalankan juga lancar, semuanya baik kecuali hatiku" wajahnya menekuk, "aku merindukan sentuhanmu Jae!"

Ternyata kita berdua sama saja, saling merindu tak hanya jumpa namun juga rasa akan sentuhan nikmat yang dulu.

Libidoku terasa meningkat secara drastis, Taeyong juga jadi terlihat semakin mempesona saat ia melepaskan seluruh pakaian dari tubuhnya.

"Mau vsc, masterrh?"

"Tentu saja"

Aku mana mungkin menolak semua pesona Taeyong, bahkan walaupun dia beraksi jauh di sana rasanya daerah selatan tubuhku tetap bereaksi. Astaga celanaku jadi terasa sesak sekarang.

.
.
.

"Daddy maafkan aku"

Bagus sekali putra Lee Taeyong ini pukul dua dini hari dan ia baru menampakkan wajahnya dihadapanku dengan kepala yang tertunduk. Ia meremas jemarinya sendiri dengan kencang.

Aku menatapnya, bibirnya bergetar seakan hendak mengatakan alasannya. Ini sudah ke sekian kalinya dia pulang terlambat.

"Kau lihat sekarang jam berapa?!"

"A-aku..."

"Alasan apalagi yang harus ku dengar Jungwoo!" Aku menaikkan nada suaraku, tak sengaja.

Aku menarik napas pelan, putraku ini memang harus diperlakukan lembut agar mau bicara. Hampir saja aku melupakan hal tersebut.

"Kau bisa menelpon daddy, maka daddy akan menjemputmu Jungwoo" wajah itu mendongak, mata bulatnya menatap wajahku dengan pandangan hampir menangis.

"Aku sudah menelpon daddy... tetapi ponsel daddy mati hiks, a-apa daddy akan menghukumku lagi?" Jungwoo mencengkram kain bajunya sambil menatapku dengan lelehan air mata yang mengalir tenang di pipinya.

Aku menggeleng pelan. Jemariku mengusap wajahnya yang terasa dingin, ia masih menangis walau tidak membuat keributan.

"Maafkan daddy." Ucapku, aku menarik tubuhnya agar dapat ku dekap.

Tangan mungilnya mengeratkan pelukan yang ku berikan, wajahnya ia sembunyikan di ceruk leherku hingga hembusan napasnya terasa sangat menggelitik sekaligus menyengat. Dia hangat dan dingin disatu waktu, aku tau jika sekarang ia sedang menahan mati-matian air matanya yang sudah menumpuk di pelupuk matanya.

"Lebih baik sekarang istirahat, kau bisa menjelaskan pada daddy besok soal ini"

"Aku tidak bisa" anak itu menggeleng cepat ia bahkan melepaskan pelukan kami membuatku terheran akan sikapnya barusan.

"Kenapa?"

"Ng-ini bukan urusan orang tua, daddy tidak perlu tau"

Apa katanya, bukan urusan orang tua?
Yang benar saja astaga apakah aku terlihat sangat renta hingga anak muda sepertinya tidak mau memberitahu ku?

"Ada apa dengamu Kim Jungwoo?" Tanyaku sekali lagi berharap anak itu mau menjawab sedikit saja, tapi aku tidak menemukan satupun jawaban yang keluar dari bibit cherry nya. Ia meninggalkanku sendirian dengan banyak pertanyaan.

Kenapa dia selalu menghindar setiap kali ku tanya.



















BERSAMBUNG...

Iya tau kok pendek dan lama, maafin okurrKarena aku lg banyak kerjaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Iya tau kok pendek dan lama, maafin okurr
Karena aku lg banyak kerjaan.
Semoga bisa mengobati rindu kalian ya

With love, Otchaaa🖤

Dwaddy! - JaeWoo+Yong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang