22: Samiran

1.3K 138 10
                                    

Ponsel itu, dimasukkan Samiran ke dalam saku celananya. Dia mulai mencoba mengatur nafas, sebelum memandang hamparan kebun luas miliknya dari lantai atas rumahnya. Telpon dari Maria, agak sedikit mengganggunya. Bahkan membuatnya sulit untuk berpikir jernih.

"Pak Hendra bersama seorang pria tapi mirip wanita, meninggalkan rumah itu dengan sebuah kardus besar yang tidak dimasukkan dalam mobil mewah mereka. Tetapi ada satu mobil boks lagi yang tiba-tiba datang untuk membawa kardus tersebut..." lapor Maria.

Maria, jelas berbeda dengan Marce. Dia malah mencoba berteman dengan Samiran, sehingga mereka bisa bertukar nomor telpon.

"Saya tidak tahu masalah anda dengan Bibi saya. Itu juga bukan urusan saya. Pokoknya saya senang dapat warisan sebuah rumah tua yang nyaris ambruk. Biarlah, bisa saya bangun kembali. Apa anda tak bernian untuk tinggal di rumah warisan anda, Pak Samiran?" tanya Maria, saat mereka pertama kali berjumpa, di depan rumah.

Samiran menggeleng, "Tidak, Bu. Saya punya rumah sendiri. Saya cuma diserahi tugas untuk merawat dan menjaga rumah ini, serta mengontrakkannya setiap 20 tahun sekali"

"Kok begitu? Tiap 20 tahun? Aneh sekali"

"Itu amanah Ibu saya. Karena katanya biar bisa menjauhkan dari malapetaka..."

Wanita yang disebut Samiran sebagai "ibu", sesungguhnya adalah majikan Bapaknya: Pak Muntarso. Wanita itu bernama Gayatri. Saat Muntarso dan istrinya, Kinasih bercerai, Samiran dibawa masuk ke rumah besar itu. Tugasnya cuma ikut menjaga sambil mengajak bermain, kedua anak Gayatri dari suaminya, Moksa.

Samiran awalnya tak mengerti, mengapa Bapaknya tiba-tiba tega menceraikan Ibunya, lalu mendadak membawanya ke rumah Gayatri. Kinasih adalah ibu yang baik, juga istri yang sangat sabar. Samiran sebenarnya tidak ingin tinggal bersama Bapaknya, tetapi pria itu terus memaksanya dengan kasar. Bahkan tega mengancam Ibunya agar tidak protes atas keputusan itu. Kinasih hanya menangis melepas anaknya, dia tak mampu melawan. Hal itu mungkin yang membuatnya luka, hingga membuatnya nekat mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

Tak ada rasa bahagia tinggal di sebuah rumah besar dan mewah itu. Justru bagi Samiran, bathinnya sangat terluka. Majikan Bapaknya tidak bersikap ramah padanya. Apalagi kedua anak mereka yang nakal dan manja. Itu juga yang membuatnya sering menangis.

"Kau tak bakal lama tinggal di sini. Jangan cengeng! Justru kau harus membantu Bapak biar bisa cepat jadi kaya raya..."

Samiran kecil, hanya memandangi wajah Bapaknya yang tampak tersenyum licik. Dia tak paham rencana jahat pria jahanam itu. Namun suatu hari, saat usianya genap 9 tahun, perlahan dia mulai paham.

Dulu, dia belum mengerti mengapa dia selalu disuruh Bapaknya ke rumah Mbah Ramungso, Dukun yang tinggal di pinggir hutan, tak jauh dari rumah Sang Majikan. Sebuah buntalan kecil kain putih, diserahkan dukun yang memakai kalung batu besar dan taring babi itu setiap jelang sore. Lalu buntalan kecil itu akan diserahkan Samiran pada Bapaknya, yang kemudian akan menyelinap ke ruangan pemujaan Dewa untuk bertemu Gayatri sambil berbisik-bisik.

Kemudian Gayatri akan tergesa-gesa keluar ruangan itu menuju dapur, untuk membuat teh dengan isi buntalan kecil kain putih itu. Samiran memperhatikan itu, termasuk melihat Moksa suami Gayatri, duduk sambil meminum teh ramuan khusus tersebut seraya terus memandangi bocah-bocah perempuan yang sedang berlatih menari bersama di halaman belakang.

"Tak ada khasiat apapun, ini sudah 14 hari. Mana janji dukun itu? Moksa tetap saja meninggi gairahnya. Satu persatu, bocah-bocah itu telah habis ditidurinya. Sampai mereka terbiasa. Lihatlah, mereka bahkan tak terlihat menangis lagi..." kata Gayatri, sambil melempar selendangnya.

Dia menangis dengan gemas. Wajahnya yang buruk rupa itu tampak semakin menakutkan.

"Mbah Ramungso itu dukun paten, Neng Ayu Gayatri. Jika kita harus membuat Pak Moksa hilang hasrat kepada bocah perempuan, maka waktunya memang tidak bisa cepat. Sabar, ini lagi diperjuangkan prosesnya..." bujuk Muntarso.

Hoom Pim Pah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang