72: Kekasih

1.3K 162 51
                                    

Yusuf mengaku masih pusing, tetapi dia sudah harus melewati proses pemeriksaan polisi. Perban di kepalanya belum dilepas, namun tangannya sudah diborgol, meski dia memohon untuk minta diberi kesempatan beberapa menit agar sedikit bisa menenangkan diri.

Polisi memberinya minum, lalu meninggalkannya sendiri di dalam ruangan yang hanya memiliki meja dan dua kursi tersebut. Pintu nampak tertutup, namun dia tahu, jika beberapa anggota polisi berjaga ketat di luarnya.

"Kenapa aku menjadi seperti ini?" keluh Yusuf, tapi dia tak sanggup untuk menangis.

Ini, jelas bukan seperti keinginannya. Tetapi mencintai Garneta, baginya adalah kenangan terindah. Wanita itu jauh lebih tua darinya. Ditemuinya suatu malam, saat sedang bertugas sendirian menjaga sebuah rumah kosong milik bosnya.

Wanita itu berdiri di pintu pagar, rambutnya yang sebahu berkibar ditiup angin, sementara kulitnya nampak nyaris seputih gaunnya. Semula Yusuf mengira dia hantu, tetapi ternyata, kakinya yang telanjang itu nampak lembut menjejak tanah.

"Austin?" tanya wanita itu, sambil tersenyum.

"Bukan, saya Yusuf" sahut Yusuf, sambil mengangguk.

"Oh, Yusuf? Baiklah, kalau begitu... saya Zulaikha"

Itulah candaan awal mereka. Duduk berdua di depan rumah orang, sambil memandang rembulan. Dia minta dipanggil Garneta, karena katanya dia benci dipanggil Lucia.

"Dimana rumahmu?"

Garneta menggeleng,"Tak punya! Tapi suatu hari... saya yakin akan memiliki rumah sendiri. Rumah besar dengan anak-anak lucu, serta pria yang akan kucintai selama hidupku"

Yusuf memandangi wanita cantik itu. Senyumnya melebar. Bagaimana mungkin ada bidadari datang ke lokasi kerjanya? Dia cuma penjaga malam yang baru datang dari kampung. Duit tak punya, jadi terpaksa bekerja serabutan saja. Meski dia lumayan tampan, tapi tak bakal ada wanita yang mau bersamanya dalam kondisi seperti itu.

Namun Garneta, tak menolak saat digandeng keesokan paginya menuju kontrakan sepetak yang cuma disewanya sebesar 500 ribu rupiah sebulan. Saat Yusuf mencuci kaki wanita itu, dia mendapatkan balasan yang lebih dari bayangan. Garneta begitu liar membuka resleting celananya, dan tuntas membersihkan kelamin Yusuf dengan mulut dan lidahnya. Sejak itu Yusuf berjanji, akan melakukan apapun demi wanita yang sanggup memuaskan hasrat seksualnya ini.

"Adikku mengatakan, temannya butuh satpam di rumahnya yang mewah. Dia orang kaya itu, gajimu bisa besar. Kita bisa mengontrak di rumah yang lebih layak" bisik Garneta suatu hari.

"Kau selalu mengatakan punya adik. Kau juga sering pergi menemui adikmu. Tapi, aku tak pernah tahu dia siapa"

"Namanya Gardena. Nanti, kau jangan sebut namanya kalau sudah bekerja di rumah temannya. Pura-pura saja tidak tahu"

Lalu semua mengalir begitu saja. Tak disangka, Prana kemudian malah memerintahkan Yusuf untuk menjaga Dena dan anak-anaknya. Saat bertemu wanita itu, Yusuf sudah yakin jika itu adiknya Garneta. Mereka sangat mirip! Hanya sedikit berbeda karakter saja. Dena terlihat begitu lemah, sementara Garneta seperti selalu punya energi yang melebihi kapasitasnya.

Tak ada yang bisa mencegah, jika keduanya kembali bertemu. Tetapi anehnya, Dena tidak mengizinkan Garneta untuk tinggal di tempat itu.

"Tolong jangan di sini, Kak. Rumah ini berhantu. Aku tak mau kau terlibat masalah...." kata Dena malam itu.

Garneta tak bersuara. Dia memeluk Aurora dan Axio di kursi tamu. Kedua keponakannya itu juga memanggilnya sebagai Ibu. Bahkan saking miripnya, terkadang kedua anak itu jadi sulit membedakannya. Sungguh, Garneta sangat menyayangi keduanya. Sebagaimana dia juga menyayangi adiknya.

Hoom Pim Pah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang