9.Menyembah

1K 55 0
                                    

"Zil dari tadi kayaknya kamu gak semangat keliatan lemah dan lesu," ujar Rey yang menghampiriku ke bangku saat jam istirahat.
"Gak juga, aku mungkin cuman capek aja Rey, susah bagi waktu belajar sama kerja."
"Em hari ini mama sama asisten pribadinya sampai ke indonesia kemarin berangkatnya jadi aku mau kenalin kamu ke mama."

"Ha apa? Aku belum siap," celotehku.
"Cuma makan siang kok, emang siap mau ngapain sayang? Hehe lucunya pacarku ini."

Aku berencana siang ini ingin memberitahu Rey tentang kejadian kemarin tapi sepertinya ini bukan waktu yang pas.
Aku akan beritahu dia setelah makan siang dengan mamanya, sebenarnya aku grogi sekaligus senang diperkenalkan dengan mama Rey.

              *ting.............tong*

"Eh udah datang, silahkan masuk."
"Iya Tante."
Aku bersalaman dengan mama rey dan langsung disuruh masuk dan duduk di meja makan karena sudah waktu makan siang.
Aku seperti tak bisa melepas pandangan dari mama rey, dia masih terlihat cantik dan juga sangat ramah.

"Pintar juga ternyata anak mama ini memilih calon ya, cantik sekali," puji mama Rey.
"Iyalah ma, Rey milih dengan sepenuh hati dan pastinya pilihan Rey gak salah," balas Rey sembari megambil sendok di atas meja.
Kata-kata Rey membuat ku seperti melayang dan ingin meloncat seketika di tempat itu, pipi ku sedikit memerah tapi aku menahannya karena ada mamanya kalau tidak aku sudah mencubit pipinya Rey yang suka buat orang deg-deg kan itu.

"Iya iya pasti anak mama tak salah pilih ya, namamu siapa sayang?" tanya mamanya padaku.
"Nama saya Zila, Tante." jawabku tersenyum lebar.
"Namanya juga secantik orangnya."
"Terimakasih Tante, Tante juga masih kelihatan muda dan cantik," pujiku karena itu memang benar.
"Bisa aja, silahkan di makan Zila."

Saat selesai makan aku ke toilet.
"Tante permisi ke toilet sebentar."
"Iya silahkan."

Aku ke toilet dan selesai dari toilet aku melewati dapur, saat di dapur aku melihat cincin seperti kemarin cincin yang berwarna putih silver permata hitam di lantai dapur Rey dan aku mengambilnya lalu memakainya.
Di dapur aku berpapasan dengan mama rey yang membawa piring piring bekas kami makan tadi

"Tante, sini Zila bantu."
Aku mengambil piring dari tangan mama rey dan langsung mencuci piring bersama dengannya saat selesai mencuci piring kami duduk sebentar di kursi dapur dan Rey masih di meja makan.

"Eh Zila, boleh liat cincin mu," pinta tante yang masih berdiri di tempat cuci piring dan aku ada disebelahnya
"Iya Tante."

Aku melepas cincin yang sedikit basah itu, mama Rey melihatnya dengan seksama selama beberapa detik dan mengembalikannya pada ku lagi.

"Ada apa Tante?"
"Tidak, ayo kembali ke meja makan." ujar mama Rey tersenyum tipis dan kurasa sedikit kecut.

Aku mengocek cincin itu di saku celana, celana ku lumayan terik jadi pasti terasa kalau ada sesuatu ataupun tidak, aku pasti sadar kalau ada sesuatu yang hilang jika memakai celana ini.
Kami kembali ke meja makan selang beberapa menit setelah itu aku berpamitan dan diantar pulang oleh Rey

"Tante kalau gitu Zila permisi ya."
Tibalah saat aku pamit.
"Iya hati-hati."
Aku lalu pulang bersama Rey di mobil sebenarnya aku ingin memberitahu tapi sepanjang jalan kami hanya diam sampai sampai aku tak sadar sudah dirumah ku.
Sesampainya di rumah aku membulatkan tekat bercerita pada Rey, aku dan Rey duduk di sofa sambil membuka tv

"Rey," panggilku ragu dan pelan tapi dia mendengarnya.
"Iya Zila?"
"Emm... Tidak."
Rey mendekati ku dan menatap dalam mata ku sambil menggenggam jemari ku.

"Kenapa sayang?"
"Itu... Em."
"Mau apa? Cium?"
"Ih apaan sih Rey."
"Tuh kan merah pipinya."
Rey mengecup pipi ku lalu berkata lagi, "nah makin merah"
"Ih jauh-jauh sana," ujar ku.

Aku mendorong bahunya sedikit  menjauh lalu dia malah makin mendekat.

"Hem aku pernah bilang kan kalau ada apa apa kita harus saling terbuka."
"Tapi gak ada apa-apa kok sayang."

Aku mendekati Rey, bersandar di bahunya lalu sedikit mengecup pelan lehernya.
Aku reflek melakukan hal itu dan dia membalasnya dia mengecup leher ku dia membuat ku terbaring di sofa dia hampir membuka kancing kemeja yang kupakai tapi tiba tiba di atas dek aku melihat sosok hitam penjaga itu sedang melekat merayap seperti cicak di atas kepala kami sontak aku pun lalu bangun dan terkejut.

"Kenapa Zil, apa aku terlalu cepat? Maaf udah buat kamu kaget," ujarnya cemas.
"Gak bukan itu."
'Kenapa?"
"Gak ada apa-apa sayang, aku mungkin kelelahan," ujarku sedikit menoleh ke samping.

"Kamu gak usah kerja lagi ya, aku sisihkan uang saku dan uang kuliah kamu ya, akhir-akhir ini kamu sering aneh dan kamu cuma bilang capek."
"Gak, aku udah pernah bilang gak mau kan, aku mungkin hanya perlu istirahat."
Pandangan ku yang terus menatap ke arah lain membuang wajah dari Rey mungkin membuat Rey menyadari bahwa secara tak langsung mengusirnya.
"Yaudah kamu istirahat ya, aku pulang."
Dia berkata sambil mengacak rambutku.
"Iya sayang, hati-hati di jalan."
"Dah sayang."

Rey mengecup keningku lalu dia pulang, entah mengapa aku tak bisa mengumpulkan keberanian untuk bercerita.
Aku takut Rey tak mau terlibat dengan perempuan yang banyak masalah sepertiku, aku takut dia meninggalkan ku, aku takut sendirian lagi.
Ada banyak ketakutan yang kurasa.
Malam ini adalah malam di mana aku di perintahkan untuk menyembah mahkluk itu mungkin itu sebabnya dia datang padahal ini baru sore hari.

                  *tok tok tok*
                   
"Boleh aku masuk?"
"Silahkan."
"Kau tak lupa kan untuk menyembah bersama ku nanti malam? Nanti penjaga kita akan saling bertemu."
"Sebenarnya apa untungnya ini? Ibu bisa saja kan lepas dari ini dan tak menyembahnya lagi?"
"Sudah ku bilang kan dengan begini kita bisa meminta keinginan kita apapun itu. Aku ingin terus awet muda dan kali ini aku ingin meminta pada tuan laki laki kaya dan muda untuk menjadi suami, aku sudah lama tak berhubungan badan."

Semakin lama ibu ini seperti termakan sihir ibu ini semakin menjadi jadi dan semakin gila.

"Apa kau tak mau seperti ku? Mendapat apa yang kau mau? Kau tak bosan pada laki laki itu? Kau tak mau mendapat apa yang kau inginkan? Sekarang siapkan sesajen!"
"Iya,"jawabku sedikit takut.
"Siapkan sesuai kertas yang kuberi kemarin nanti jangan telat pukul 9 malam."
"Iya ini aku sudah mau menyiapkannya apa ibu bisa pergi sekarang?" ucapku memberanikan diri sedikit tegas.

Ibu itu keluar dari rumah ku penjaganya mengikutinya dan penjaga ku masih berdiam di atas dek ku, di atas kepalaku.

Aku sangat merasa tak tenang sekali lagi aku kembali bertanya tanya apakah memang harus ku lanjutkan ini dari ibuku tapi ini sesuatu yang salah.
Saat pukul 5 sore itu aku mencari cari di mana hp ku dan aku ingat meninggalkannya di rumah Rey, akupun kembali ke rumah Rey

"Kau mau kemana?"

Ibu itu tiba tiba saja ada di depan pintu saat aku membuka pintu

"Hp ku tinggal di rumah pacar ku, aku mau pergi ambil hp."
"Waktu mu yang diberi tuan untuk melepas ikatan mu 3 hari dari sekarang jika dalam 3 hari kau masih bersamanya penyakit itu akan kembali ke dia dan teman kalian itu, cepatlah pergi dan cepat juga kembali sebelum malam."
"Iya."

Waktuku bersama Rey hanya kurang lebih 3 hari lagi, jika aku masih bersamanya maka dia dan Kasih yang akan menderita mungkin setelah ini aku akan menghilang dari kehidupan mereka di sini aku hanya akan membawa musibah bagi semua orang mungkin benar ini memang takdirku untuk menyembah.

Mistis(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang