5.Makhluk Aneh

1.2K 66 7
                                    


Malam hari mereka berdua datang ke rumahku saat mereka datang aku langsung membuat minuman di dapur, malam itu ku kira Rey menyusul ku di dapur tapi ternyata tidak.

"Hey Rey, kenapa? Bentar lagi minumannya jadi."
Dia hanya diam saat aku bicara ia berjalan agak lambat dan hanya meletakkan sebuah cincin silver yang di tengahnya seperti ada berlian berwarna hitam lalu dia pergi.
Aku menyimpan cincin itu di kocek ku dan melanjutkan membuat minuman untuk mereka.

"Rey, Dini ini minum dulu ... Em Rey tadi kamu kasi cincin apa di dapur?" tanyaku sembari meletakan nampan berisi air di meja.
"Cincin??" Rey bertanya kebingungan.

Saat aku ingin mengeluarkan cincin itu dari kocek ku dan menunjukan pada mereka cincin itu tidak ada padahal aku yakin menyimpannya di dalam kocek celanaku.
"Cari apa sih Zil?" ujar Dini yang heran melihatku.
"Tadi Rey ngasi aku cincin di dapur lalu ku simpan, Rey masak kamu gak ingat?" tanyaku lagi dengan Rey dengan nada tegas.
"Gak ada kok Zil." Jawabannya masih sama.
Tiba-tiba malam itu rumah ku mati lampu saat kami tengah berdebat.

"Aduh Zila lampunya padam," pungkas Dini yang sontak berdiri karena khawatir.
"Tenang Dini, memang suka gini saklar lampu di luar pasti turun," kataku menenangkannya dan menegang pergelangan tangannya saat gelap.
"Biar aku yang keluar, Dini kamu tunggu di sini sama Zila hidupkan senter hp kalian," sahut Rey.

Setelah lampu dinyalakan oleh Rey, Dini lalu mengajak Rey segera pulang lalu mereka berdua pulang.

Keesokan harinya Dini bercerita tentang kejadian semalam pada aku dan Rey di taman dekat pohon besar yang kemarin terdapat kursi panjang, Dini berdiri sementara aku dan Rey duduk di sana.

"Rey, Zila aku mau cerita sesuatu," ujarnya menggerakkan bola mata dan kadang memainkan kukunya.
"Cerita apa Din?" tanyaku pada Dini.
"Aku semalam di jendela lihat sosok aneh di rumah mu Zil," tandasnya.
"Sosok aneh gimana?" tanyaku lagi.

Ia duduk di sampingku, mengeluarkan kertas selembar dan pensil yang ada di tas selempangnya.
"Tunggu, aku akan gambarkan Zil."

                        *******

"Kamu yakin din ngeliat ini?" tanya Rey pada Dini sembari memperhatikan kertas yang diberikan oleh Dini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu yakin din ngeliat ini?" tanya Rey pada Dini sembari memperhatikan kertas yang diberikan oleh Dini.
"Iya Rey," jawabnya menanggukkan kepala dengan yakin.
"Zila semalam kamu juga ada bilang aku ke dapur padahal aku gak ada ke dapur, apa kamu sering ngalamin kejadian aneh di rumah mu kayak semalam?"
Rey berbalik bertanya padaku yang ada disampingnya.
"A ... Aku gak tau, sebelumnya gak pernah ada yang aneh-aneh selama aku tinggal sendiri semua aman aja," jawabku sedikit takut.
"Zila, Rey aku mau pergi dulu aku pusing dan takut."

Dini lalu meninggalkan kami dengan wajah cemas, kami hening beberapa saat.

"Zil, kamu yakin gak ada yang aneh sama kamu? Kemaren kamu bilang kita pergi bertiga waktu jenguk tante tapi kita cuman berdua. Aku mau bantu kalau emang ada sesuatu," ujar Rey menatap tajam mataku.

Aku dengan begitu saja menceritakan pada Rey kejadian-kejadian yang menimpa ku.
Aku menceritakan keanehan seperti Yuni yang gantung diri, ibu tetangga yang aneh, perkataan tante di rumah sakit, dan kejadian semalam di dapur.
Mungkin karena aku lama tak berbagi jadi begitu ada yang menawarkan telinga aku langsung menyambutnya.

"Lalu cincin itu kemana?"
"Aku gak tau Rey, semalam jelas jelas aku kocek tapi hilang."
"Dari ceritamu tadi aku yakin ibu tetanggamu itu tau sesuatu."
"Tapi ibu itu udah pindah, aku gak tau pindah ke mana aku pusing, cemas dan takut.
Aku ingin bersama ayah,ibu,adik ku dan Kasih saja," pungkas ku cemas, aku ingin menangis rasanya saat itu.
"Stt ... Zil kita harus cari tau kamu harus semangat hidup kamu berhak tenang."
"A ... Aku capek Rey," keluhku.
Rey..., dia ... dia memeluk ku.
Itu adalah pertama kali aku merasa hangat dan tenang setelah semua kejadian yang menimpa ku, perasaan hangat yang tak pernah kurasakan beberapa waktu belakangan ini.

Keesokan harinya kami menceritakannya kepada Dini juga tentang apa yang aku ceritakan pada Rey.
Rey mengutarakan idenya untuk ke rumah lama ibu tetangga ku untuk mencari petunjuk keberadaanya.
Kami bertiga pergi ke sana sebelum itu seperti biasa kami berdiskusi di ruang tamuku.

"Rey, kamu yakin mau ke rumah ibu itu?"
"Iya Zil saat ini itu yang bisa dilakuin."
"Rumahnya mungkin dikunci Rey, Din jadi kita perlu obeng," ujarku.
Kami lalu ke rumahnya dengan sedikit mengendap-endap anehnya saat sampai di sana pintunya tidak dikunci
Kami berpencar bertiga, entah mengapa aku tertarik pada satu ruangan, ruangan itu seperti memanggilku untuk datang padanya lalu aku masuk ke dalamnya di sana aku menemukan sebuah kertas di atas tempat tidur dekat bantal kepala, kertas bertuliskan

#aku tau kau akan ke sini datanglah seorang diri ke hutan flor besok sore. Ikuti petunjuk tali warna merah yang di ikat pada pohon
Jika membawa teman kau akan tau konsekuensinya#

"Zila."
Rey menepuk punggungku dari belakang.
"Eh Rey," dengan cepat sebelum menoleh aku mengocek kertas itu di celana kulot yang ku kenakan.
"Apa ada sesuatu?"
"Em ... Itu... Sepertinya gak ada petunjuk apapun di sini kita kembali saja."
Kami lalu kembali ke rumah ku untuk bicara.

"Jadi gimana Zila, Rey? kalian nemuin sesuatu?" tanya Dini pada kami.
"Aku gak nemuin apa apa, gak tau kalau Zila," sahut Rey
"Aku juga gak nemuin apapun, sebenarnya masalah ini gak terlalu serius mungkin aku hanya stres jadi salah mengartikan semua ini dan mungkin yang Dini liat kemarin hanya ilusi."
"Gak Zil, aku yakin ngeliat itu," bantah Dini
"Oke terserah Din, intinya apapun itu aku gak mau kalian kepikiran cerita ku kepikiran masalah ku yang gak jelas, sekarang aku hanya mau istirahat."
"terserah kamu Zil, aku sama Dini cuman bisa hargain keputusan kamu sebagai teman," ujar Rey.
"makasih Rey, Dini kalian udah capek bantu mikirin masalah ku, aku yakin seiring waktu semua bakalan baik-baik aja, sekarang juga ibu itu udah gak ada jadi aku bisa tenang dan ngelupain semua yang udah jadi masa lalu dan fokus ke masa depan ku."

Rey dan Dini lalu pulang ke rumahnya, keesokan sorenya aku mengikuti petunjuk dari kertas itu, aku pergi ke hutan sendirian.
Awalnya aku takut tapi aku ingin semua pertanyaan dalam otak ku cepat terjawab jadi aku memberanikan diri.
Aku masuk lumayan jauh dri hutan mengikuti petunjuk tali bewarna merah dan aku melihat ibu tetangga itu duduk di sebuah gubuk tua sedang menyisir rambutnya, aku lalu menghampirinya.

*Maaf jika bahasa atau tulisannya masih ada yang salah karena baru pertama nulis🙏*

Mistis(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang