12.Melepaskan Rey

881 43 0
                                    

"Sekarang kau sudah mengerti?"

Setelah tante bercerita panjang lebar dia menanyakan pertanyaan itu tak ada 1 kata pun yang bisa ku ucapkan aku hanya bisa diam sambil menahan rasa kecewa yang teramat sangat dalam hatiku.
Rasanya berkobar rasa tak percaya, tak terima dan kesal.

"Zila, aku harap kau bisa menjauhi Rey aku tak ingin anak ku satu satunya dapat masalah karena kau."

***************

"Aku mohon, aku mohon Zila."
Tante berlutut di kaki ku yang kala itu mengunci mulutku.
"Tante bangun jangan begini."
"Aku berlutut pada ibumu dulu dan sekarang aku memohon padamu, kau pasti tau bagaimana rasa khawatirku, kita ini sesama wanita, aku tau kau wanita yang baik."
"Tante, bangun dulu," ujarku sembari berjongkok dan memegang bahu tante.

Tante pun bangun dengan sedikit air mata yang sudah jatuh di pipinya.

"Iya Tante, Zila bakalan bersikap seolah-olah tak kenal Rey, terimakasih atas cerita tante Mira, Zila mohon maafkan mama karena sekarang mama dan papa sudah tak ada lagi mereka meninggal karena kecelakaan."
"Iya tante tau Zila, mama dan papamu sudah tak ada kau sebatang kara, dulu tante juga merasakannya. Kalian berdua tak bisa bersama jadi lebih baik terima hal itu, aku masuk dulu."

Mama rey memeluk ku sebelum dia masuk ke dalam rumah sakit lagi.
Hatiku hancur rasanya apakah memang takdir ku ditulis tak bisa bahagia dan sebatang kara seperti ini.

Andai saja sewaktu aku diajak liburan di hari ulang tahun ku dan aku ikut pasti sekarang ini tak terjadi.

{kamu berhak tenang....aku sayang kamu zila... Kita harus saling terbuka... Kalau ada apa apa bilang ke aku}

Semua kenangan tentang Rey membuat ku hancur.
Rey orang yang memberiku semangat untuk hidup harus kulepas, tepatnya abang ku itu harus kulupakan dan aku harus menjauh dari semua ini.
Aku lalu pulang ke rumah dan di sana ada yang menunggu ku.

"Lama sekali ngambil hp ini udah jam 7 malam, aku sudah menyiapkan sesajen mu, kali ini tak apa aku siapkan lain kali siapkan itu sendiri," kecamnya padaku.
"Ibu, aku sudah memutuskan hubungan dengannya," balasku lesu.
"Bagus, waktu itu sudah kubilang panggil Trisa saja kan jangan ibu, ku beri toleransi karena kau memutuskan ikatan dengannya, kuberi toleransi untuk kali ini saja, bersiaplah jam 9 malam ini kita akan menyembah."
"Iya Trisa."

Setelah jam 9 aku pergi menyembah bersama Trisa di rumahnya
"Nanti kita akan ke tempat yang sama."
"Tempat apa yang kau maksud Trisa? Dulu juga kau pernah mengatakannya."
"Dimensi dunia lain."
"A ... Apa?"
"Sebenarnya bukan hanya kita yang menyembah tuan, nanti di sana kau akan tau."

Mungkin tempat yang Trisa maksud adalah tempat yang tante Mira ceritakan.

Jika memang aku harus di sana dan menjadi bagian dari mereka aku akan terima karena dalam hatiku hanya ada 1 keinginan yaitu KETENANGAN aku hanya ingin tenang.
Jika dengan begitu aku bisa mendapatkannya maka akan kulakukan.
Setelah menyembah makhluk aneh itu aku pun kembali ke rumah untuk tidur dan di depan pintuku ada banyak sekali makhluk makhluk aneh lainnya
Ada yang menggunakan gaun serba putih tapi tak memiliki kepala, nenek tua yang kemarin tak memiliki wajah,orang kerdil yang mukanya membengkak, dan masih banyak wujud wujud lain.
Sekarang aku sudah biasa melihat hal hal mistis seperti itu.
Mungkin nanti juga akan terbiasa saat aku berada di dimensi dunia lain itu.

Keesokan paginya aku memohon sesuatu pada Trisa

"Trisa karena ini libur semester aku mau pergi menenangkan diri ke suatu tempat."
"Kau mau kemana?"
"Ada satu desa dulu kami sekeluarga sering ke sana tempatnya sejuk dan hijau, aku mau menenangkan pikiran."
"Terserah, yang penting 1 minggu lagi kau harus menyembah, sehari sebelum penyembahan kau harus kembali, kemana pun kau pergi aku tau posisi mu."
"Iya,tenang."

Mistis(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang