**Cerita Tambahan**

289 33 5
                                    

(Warning! Cerita sedikit dewasa)

Laki laki berbadan tinggi, berkulit putih dan bermata biru itu mengenakan pakaian basket berwarna hitam yang sedikit bercampur warna merah bertuliskan namanya di belakang baju itu, Boy.

"Boy ... boy ... semangat!!"
Teriakan cewe cewe pada saat itu sangat nyaring dan riuh saat Boy mulai berjalan memasuki lapangan basket.

Gerakannya yang cekatan dan keringat yang keluar dari keningnya menambah pesona laki-laki itu saat ia tengah bermain basket.
Zerin adalah salah satu wanita yang tertarik dengan nya.

"Eh Trisa, Boy makin keren aja ya"ujar Zerin yang duduk di kursi penonton bersama dengan Trisa

"Dia kan memang idola campus tapi sayangnya punya si Mira walau udah punya Mira masih banyak pula fansnya di kampus terutama cewe cewe" jawab Trisa sembari berkaca di kaca bulat yang ia bawa.

Zerin sengaja membeli air mineral kala itu untuk Boy tapi sudah ada banyak wanita yang mengantri hanya untuk memberi air dan handuk untuk lelaki itu setelah ia selesai bermain basket.
Zerin pun ikut di barisan para wanita yang menunggu Boy.

Selesai bermain ia ke dekat para wanita itu, banyak wanita berteriak histeris
"Oh Boy sang rembulan..."
.
.
"Boy,ini ambil air punyaku"
"Eh jangan punyaku saja"
.
.
Para wanita itu ricuh satu sama lain tapi Boy celingak-celinguk seperti mencari seseorang, dia menunggu pacarnya Mira.
Tapi Mira tak datang dan Boy pergi dari sana tanpa melirik para wanita itu apalagi merespon ucapan mereka.

Zerin dan Boy berada di satu jurusan yang sama yaitu management sementara Mira di jurusan sastra dan bahasa asing.

Seiring berjalannya waktu Zerin mulai menyukai Boy sementara Boy sudah memiliki wanita di hatinya yang sangat ia sayangi yaitu Mira.
Ia pernah mengungkapkannya sekali pada Boy lewat surat tapi Boy menolaknya secara halus, tentu saja karena ia sudah punya seseorang yang harus dijaga hatinya.

Suatu hari mereka ditugaskan dosen untuk membuat tugas proyek kelompok, Zerin dan Boy kala itu berada di satu kelompok yang sama.

Saat itu kerja kelompok diadakan di rumah Zerin yang sedang tidak ada orang, dia berniat berdua saja dengan Boy jadi ia menghubungi teman-teman lainnya mengatakan bahwa tidak jadi kerja kelompok tapi ia mengatakan pada Boy bahwa itu jadi.

Datanglah Boy ke rumah Zerin, Boy heran kenapa pintu tidak dikunci
"Zerin?"
Ia pun masuk setelah tak ada jawaban dari Zerin dan saat masuk lampunya sedikit redup.
Ia pun duduk di ruang tamu Zerin, saat Boy ingin mengeluarkan ponsel menghubungi temannya yang lain terdengar suara teriakan dari dalam kamar Zerin.

"Aaauuu tolong!" teriak Zerin

Boy pun meletakan hp nya di atas meja ruang tamu dan bergegas menuju sumber suara yaitu kamar Zerin

"Zerin??" panggilnya dari luar kamar
"Boy tolong aku, masuk aja"

Boy mulai membuka ganggang pintu kamar Zerin, di sana juga lampu nya redup tak terlalu terang.

Ia masuk dan di sana tak ada orang
"Rin, kamu dimana?"
"Aku di toilet kepeleset tolong Boy" ujarnya dari toilet yang ada di dalam kamarnya

"Kamu bisa berdiri?"
"Aduuu ... sakittt gak bisa, cepat tolong Boy!"

Boy pun mulai membuka pintu toilet dan di sana ada Zerin yang terduduk di lantai toilet dengan kemban handuk berwarna pink di tubuhnya.

Belahan dadanya terlihat serta handuknya yang seperti sengaja diangkatnya membuat pahanya terekspos.

Ia pun menjulurkan tangannya pada Boy.
"Boy tolong! Kaki ku terkilir"
Boy sedikit cemas, ia menelan sedikit ludahnya hingga jakunnya bergerak, matanya ia coba alihkan kemana mana agar tak menatap Zerin.

Boy menyambut tangan Zerin dan saat Boy ingin membantunya berdiri, Zerin sengaja mendorong Boy dengan kuat ke belakang sehingga Boy terjatuh dan Zerin menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Boy.

Wajah mereka sangat dekat dengan tubuh Zerin yang berada di atas Boy
"Boyy..." panggil Zerin dengan lirih sambil memperhatikan mata boy dengan jarak yang sangat dekat.
Zerin memegang pipi sampai telinga Boy dengan jari jemarinya.
Perlahan ia mendekatkan wajahnya mencoba untuk mencium bibir Boy.

Perlahan Zerin membuka mulutnya, sembari mengelus belakang telinga Boy dan sekarang bibirnya sudah menyentuh bibir Boy, Boy seperti pasrah dan tentunya sedikit menikmati walau sedikit tegang.
Ia melihat mata Zerin yang tertutup dan sangat menikmati ciumannya, ia pun lalu mencoba juga untuk menutup matanya tapi kenangan tentang Mira terlintas saat ia menutup matanya.

Tak lama setelah terlintas Mira di fikiran Boy, Zerin pun melepaskan ciumannya, lalu ia beranjak duduk dengan posisi Boy yang masih sedikit terbaring.
Zerin mulai memegang belahan dadanya bermaksud ingin melepas selipan handuk yang ia kenakan.

......slip....

Handuk pink itu sudah terlepas Boy langsung menoleh ke samping dan mengatakan, "maaf aku mau pergi"
Lalu ia meninggalkan Zerin di sana sendirian.

"Sialll ... aku sudah begini dia masih bisa pergi?" ujar Zerin yang masih terduduk dilantai toilet.

Ia pun beranjak berdiri dan mengenakan handuknya kembali.

Waktu terus berjalan sampai terdengar kabar bahwa Boy akan menikah dengan Mira, saat itulah Zerin tak terima dan dia ke dukun.
Syarat dari dukun itu adalah membunuh nyawa manusia setiap 3 bulan sekali dan meminum darahnya.

Ia mulai berfikir bagaimana cara dia membunuh dan siapa yang harus dia bunuh.
Saat pertama kali disuruh membunuh sebagai syarat mendapatkan Boy yang terlintas di pikirannya pertama kali adalah "Riko" mantannya.

Mistis(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang