Princess Syndrome | D u a b e l a s

60 5 0
                                    

[Dua belas]

Seratus persen yakin kalau hatinya baik-baik saja, sangat baik-baik saja, dan ini sedikit agak aneh ketika tak sengaja bersentuhan fisik dengan Chiara yang sudah tertidur pulas disampingnya. Walaupun ditengah-tengahnya terdapat Arsen yang sudah pulas dipelukan istrinya itu, begitupun istrinya yang sangat nyaman memeluk Arsen, ia pandangi agak lama wajah Chiara yang terlelap tenang. Cukup cantik untuk ukuran seorang perempuan, tapi jika dibandingkan dengan Sarah, as always Sarah pemenangnya.

Sarah cantik, murah hati, lembut, tidak sombong dan feminimnya perempuan itu membuat Gavin tergila-gila. Bahkan sejak pertama bertemu, dirinya sudah seperti abege, sangat berlebihan dan memberikan semua hatinya untuk Sarah.

Ia terus pandangi wajah lelap Chiara. Mengingat pertemuannya yang seolah memang direncanakan Tuhan sebagaimana mestinya. Dibandingkan Sarah, Sedangkan kisahnya bersama Chiara, ah mengingat saja malas, lebih pantas disebut kesalahan. Terkadang menyesal se menyesal-menyesalnya, seharusnya ia tidak bertemu Chiara, tidak ditolong Chiara, tidak membuat Chiara cinta dan saat itu seharusnya ia tidak ada saat dimana kondisi Chiara jauh dari kata baik-baik saja.

Entah keberanian dari mana, yang jelas tangannya sudah kurang ajar di arahakan pada sisi wajah Chiara. Posisi perempuan itu serong menghadap kearahnya dengan tangan memeluk tubuh mungil Arsen, ia berhenti sebentar, menatap lebih lama sebelum akhirnya menyingkirkan rambut yang agak menutupi wajah Chiara.

Dengkuran halus ketika menghembuskan nafas menggelitik telinga, ia menjuahkan tangannya karena waspada perempuan itu terbangun dan memergoki dirinya sedang memperhatikan wajah lelap milik perempuan itu.

Ia jadi ingat kalimat Mama kemarin, katanya perempuan sinting yang sedang ia pandangi hampir saja memotong nadi dan nekat bunuh diri. Kalau begitu ia butuh bukti, ia ingin melihat bagian nadi perempuan itu dan melihat bekas jahitannya, kalau ada ia akan percaya. Tapi kalau tidak ada, ia tidak bisa percaya begitu saja, bisa jadi Mama sengaja membohonginya agar dirinya lebih simpati dengan perempuan itu.

Selimut tebal yang cukup menghalangi itu disingkirkan hati-hati tanpa membangunkan Chiara juga Arsen, sebelumnya ia mengubah posisinya setengah duduk, menggeser Arsen sedikit lebih jauh agar tubuh bocah mungil itu terlepas dari pelukan Chiara. Lantas tangannya mengambil alih lengan kiri Chiara, ingin diperhatikan lebih dalam dan ingin mencoba meraba bekas jahitannya, tapi pergerakan Chiara lebih dulu mengejutkan dan menghentikan rasa ingin tahunya.

Gavin otomatis kembali berbaring dengan mata terpejam, hanya untuk beberapa saat sebelum kembali mengintip lewat ekor mata, mengawasi Chiara apa perempuan itu terbangun atau tidak. Ia serongkan badan ke kanan, menghadap Chiara dan kembali memperhatikan Chiara yang terlelap.

Dalam hatinya selalu menanyakan siapa perempuan ini sebenarnya, apa tujuan perempuan itu mau membantunya dan kenapa bisa perempuan itu dengan sintingnya terobsesi juga mencintainya. Semua itu masih dipertanyakan hingga saat ini. Gavin melihat Chiara menggeliat kecil, refleks dirinya kembali memejamkan mata dan pura-pura tertidur.

Cukup lama karena memang perempuan itu terbangun, ia merasa ranjangnya sedikit bergoyang selama pergerakan Chiara, tentu telinganya juga mendengar ringisan kesakitan. Gavin ingin membuka matanya, tapi diurungkan, paling-paling sebentar dan setelah itu Chiara tertidur.

Sedangkan Chiara, perempuan itu semakin memijit kepalanya pelan karena pusing yang melandanya begitu saja. Tubuh yang sebelumnya memang sudah agak mendingan kembali meriang dan merasakan dingin menusuk tulang-tulangnya. Astaga dirinya kenapa lagi, seharusnya ia bisa memulihkan tubuh ringkih yang selalu merepotkan. Ia tak mau mengganggu tidur Gavin, apalagi Arsen yang sangat nyenyak dalam lelapnya.

Princess Syndrome [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang