P R O L O G

305 12 1
                                    

[Prolog]

Singkatnya seperti ini; Chiara mencintai Gavin, tapi Gavin lebih mencintai Sarah.

Ini tahun ketiga, dimana Chiara melalui semuanya sendiri, benar-benar sendiri. Pernikahan itu tidak ada artinya, dimana tiga tahun yang lalu ia resmi menjadi nyonya muda Alejandra, seolah memang sampah yang harus dihilangkan karena was-was mengeluarkan bebauan yang membuat hidung tersumbat.

Tidak seperti keluarga kecil kebanyakan, hidupnya lebih dihabiskan diam ketika di rumah. Chiara maupun Gavin, keduanya sama-sama tidak bertegur sapa walau tinggal satu atap. Chiara juga tidak melakukan kewajiban seorang istri kebanyakan, masak, bangunkan suami pagi-pagi, membuatkan kopi atau teh untuk suami, atau menyiapkan baju kantor suami. Tidak pernah, sekalipun dan sumpah demi apapun tidak pernah.

Gavin pun begitu, ia tidak pernah sama sekali pamit kemanapun ia pergi. Tidak pernah minta dibangunkan, tidak pernah minta dibuatkan kopi atau teh, tidak pernah minta disiapkan baju untuk pergi ke kantor. Gavin melakukan semuanya sendiri. Bahkan hal sesederhana pun ia tak lakukan, mencium kening Chiara misalnya setiap pergi atau pulang kantor.

Mungkin sikap hidup keduanya benar-benar berbeda dan saling bertolak belakang, seperti; Chiara berjalan ke utara dan Gavin berjalan ke selatan, Chiara lebih memilih Ballad dan Gavin memilih Rock, Chiara lebih memilih roti dan Gavin memilih Nasi, Chiara lebih suka keramaian dan Gavin lebih suka lagi kesunyian, Chiara suka siang dan Gavin lebih suka malam.

Dan satu lagi, Chiara suka Gavin dan Gavin lebih suka Sarah.

Ini konyol, benar-benr lelucon bodoh yang Chiara mainkan sejak dulu berimbas buruk pada hidupnya. Runyam dan pelik.

"Sekali lagi lo berbuat seperti itu, gue nggak akan tinggal diam. Sekalipun lo istri gue, apapun bisa gue lakuin termasuk nyakitin istri gue sendiri."

Itu kalimat yang sering Chiara dengar hampir setiap hari ketika sampai di rumah, karena juga ulah dirinya yang mencari masalah dengan kekasih Gavin, ah salah, selingkuhan lebih tepatnya.

Tapi apa perduli Chiara, satu kali Gavin menentang, sepuluh kali Chiara melawan. Seratus kali Gavin menentang, seribu kali juga Chiara balik melawan.

Menurutnya tak masalah jika Gavin dan dirinya seperti ini, asal Pria itu masih bisa ia jangkau melalui netra tajamnya, masih bisa ia lihat keberadaannya, dan masih bisa ia rasakan kehadirannya.

"Sarah itu jauh dibawah level gue, tapi kenapa lo bisa segila ini cuma karena manusia satu itu?" Itu jawabannya kali saja Gavin melayangkan kalimat mengerikan itu. Chiara tidak perduli Gavin akan memarahinya, membentaknya, meneriakinya jahat bahkan mengatakan dirinya tidak waras.

Karena memang semua itu benar, Chiara manusia paling jahat dan tidak tahu diri yang pernah ada, manusia tidak waras, haus akan cinta dan obsesi pada Gavin, sudah tahu Gavin tidak mencintainya tapi masih saja bertahan.

Chiara jahat, sangat amat jahat.

Dan Chiara tidak tahu diri,

Memang.

Princess Syndrome [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang