Princess Syndrome | E m p a t b e l a s

76 5 0
                                    

[Empat belas]

Dua anak adam beda gender itu duduk saling berhadapan, wajahnya menunjukkan keseriusan bahkan tak mengabaikan suasana ramai di sekitar, setelah saling bertukar argumen tentunya dengan penolakan-penolakan yang sama sekali tidak dipertimbangkan. Si lelaki yang memaksa perempuan untuk lebih berani menghadapi kenyataan dan si perempuan yang tetap menolak lelaki yang selalu memaksanya itu.

Ini bukan kali pertama, kedua bahkan ketiga. Ini yang kesekian kalinya, dipaksa melakukan kewajibannya namun si perempuan tetap menolaj keras. Bersikukuh dengan keputusannya yang membuat siapa saja tidak percaya.

Profesinya seorang Dokter, tapi ia tidak mau mengobati lelaki tua yang mungkin sekarang tengah sekarat di rumah sakit.

Chiara seorang Dokter, tapi perempuan itu sama sekali tidak mau ikut campur dalam pengobatan Papanya. Chiara menyerahkan semuanya kepada Lukas, teman seprofesinya, yang mungkin ia rasa lebih profesional.

"Ini untuk terakhir kalinya gue maksa lo, Come on Ra, Dia Papa lo!"

Jelas Chiara tahu kalau Wahyu adalah Papanya. Tapi untuk masalah ini ia merasa benar-benar tidak bisa ikut campur, ia takut salah mengoperasikan, ia takut gagal dan justru menyakiti Papa, apalagi mengingat dirinya hampir satu tahun cuti dari profesinya.

Sumpah demi apapun Chiara tidak bisa.

"Jangan sampai lo nyesel kalau nanti Om Wahyu nggak ada. Beliau bahagia lo kan Ra? Beliau segalanya buat lo kan?"

Chiara membuang muka sembarangan, menetralkan sesak yang tiba-tiba menyerang, juga begitu sial karena matanya mendadak berkaca-kaca. Kenapa dari dulu kalimat yang keluar dari bibir Lukas justru semakin menyakitinya? Menampar dengan kenyataan kalau dirinya memang anak yang tidak berguna.

"Lo tahu kalau gue udah lama berhenti kan Kas? Lo tahu kalau sekarang dunia gue udah nggak berporos di Dokter lagi? Gue nggak bisa dan sampai kapanpun nggak bisa." Tentangnya lantang, menatap Lukas sengit bahkan dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Lo bisa! Ada gue yang siap bantuin lo sembuhin Om Wahyu, jadi apa yang lo takutin?"

"Kas, please!"

Lukas dibuat geram dengan keras kepalanya Chiara. Ia ingin mengetuk kepala yang begitu keras itu dengan benda apapun, setengah mati dirinya menahan sabar sedari tadi. Perempuan di depannya ini sungguh tidak bisa diberi tahu, pembangkang ulung, namun wajah memelasnya yang sering kali tampak membuatnya sedikit iba.

"Lo cuma buta sama dendam masalalu lo. Sampai kapan lo hidup kayak gini? Jangan sampai Tuhan yang ngasih terguran langsung Ra, sumpah jangan sampai." Karena Lukas pun paham bagajaman teguran langsung dari Tuhan. Untuk itu Lukas tidak mau Chiara merasakannya, cukup Lukas dan jangan perempuan di depannya ini.

Tercekat, Chiara kesusahan meneguk salivanya. Ia menatap Lukas penuh harap, harap menyembuhkan Papa dan membuat lelaki paruh baya itu kembali seperti semula. Pengharapannya besar sekali, karena benar kata Lukas, Papa adalah segalanya. Cukup Mama yang jahat dengan meninggalkannya, dan membuat dirinya merasakan betapa kejamnya semesta bekerja, kalau bisa dia akan berdoa dan terus meminta kepada Tuhan untuk tidak mengambil Papa terlebih dulu. Jangan Papa.

Chiara menatap Lukas penuh frustasi, hanya lelaki dihadapannya ini yang tahu seberapa lemah dirinya. "Gimana kalau nanti gue gagal? Gimana kalau gue makin nyakitin Papa?" Pengucapannya lirih dan menatap Lukas penuh pertanyaan.

"Lo nggak akan nyakitin Om Wahyu, percaya sama gue!" Jawabnya membuat perasaan sang lawan bicara tenang, lantas tangannya yang berada diatas meja menggenggam tangan Chiara cukup erat. "Balik jadi Chiara beberapa tahun lalu. Kita kerja sama-sama, ngerasain pahit manisnya dunia kedokteran, jangan jadi Chiara yang saat ini." Imbuh Lukas.

Princess Syndrome [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang