Princess Syndrome | T i g a

71 3 0
                                    

[Tiga]

Ini kali kedua, setelah tiga tahun menikah, Chiara kembali mengunjungi istana besar milik keluarga Alejandra. Masih sama seperti terakhir kali berkunjung, lantai dua, diwarnai abu-abu, dan pekarangan depan terdapat berbagai macam jenis tanaman koleksi Mama mertuanya.

Kali ini juga masih sama, tentang hatinya yang masih terasa kelam dan belum mendapatkan kesempatan satu kalipun dari Gavin untuk merasakan sebuah cinta. Chiara tak pernah diberi kesempatan walau sudah selama itu dia menunggu.

Pertama kali berada diambang pintu, Chiara sontak mengapit lengan Gavin posesif, ketika Mama dan Papa mertua, serta Kakak dan adik ipar ada disana menyambutnya. Juga jangan lupakan Arsen, si baby yang sudah beranjak dewasa, anak dari kakak Gavin. Dulu saat pernikahannya diselenggara, Arsen baru berusia dua bulan, dan sekarang mungkin usia anak itu antara dua atau tiga tahun. Lucu sekali, sampai membuat Chiara gemas sendiri.

Chiara tak melupakan segala penolakan Gavin, bahkan saat tiba-tiba menggandeng lengan lelaki itu, Gavin bersikeras menolak tapi Chiara lebih kuat lagi mengapit lengan kekar itu. Lalu ia bisiki Gavin penuh peringatan, "nurut atau lo mau lihat Mama sekarat didepan lo?" Ancamnya berbisik tajam.

"Sayang kalian datang, astaga Mama kangen banget sama kalian." Barulah Chiara melepaskan lengan kekar milik Gavin, memeluk Mama mertua cukup lama, berganti Papa dan kakak ipar seta adik iparnya

Ia juga tak melupakan si mungil yang sedari tadi berdiri dibarisan paling depan, anak lelaki mungil itu perlu mendongak penasaran dengan apa yang terjadi dianatar mereka. Chiara berjongkok tepat didepan Arsen, mencium pipi gembil bocah mungil itu dan memeluknya cukup lama.

"Arsen nggak kangen sama aunty Ara? Heeeem, aunty kangen banget sama Arsen." Chiara janji ini adalah terkahir kalinya ia menggunakan cara bicara paling menjijikkan itu, sok mania dan di buat-buat, tapi apalah daya ketika berhadapan dengan Arsen yang begitu menggemaskan. Pertahanannya pun bisa runtuh kapan saja.

Gavin berdecih tak suka melihatnya, menggerutu dan merutuki Chiara yang paling bisa mencari muka dengan keluarganya. Kenapa harus Chiara seperti itu, mempersulit perpisahan saja.

Lelaki itu menerobos diantara Mama dan Papa dengan sangat tidak sopan, "Ma Pa Gavin capek, mau ke kamar dulu." Lantas melengos begutu saja berlari menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Perilaku menjengkelkan tak lepas dari perhatian Chiara, sejak Gavin menerobos masuk tanpa dieprintah, diam-diam Chiara mengamati tingkah lelaki itu yang sepertinya semakin kesal. Ah Chiara tak perduli.

"Masuk dulu Ara, Mama dan Lala udah masak banyak buat malam ini, ayo." Desi, Mama Gavin, menuntun menantu kesayangannya, diikuti Papa dan Kakak serta adik iparnya yang sudah menggendong Arsen.

Jahatkah Chiara kalau terus-terusan memainkan dramanya dan mengikut sertakan keluarga ini? Keluarga yang begitu baik dan selalu menyayanginya tulus selama tiga tahun ini. Menerima kehadiran Chiara, bahkan Mama selalu mengunjungi rumahnya bersama Gavin, barang dua atau tiga bulan sekali.

Chiara, Mama, Papa, Kak Lala, Kak Liam, serta Rendi dan Arsen duduk dislaah satu sofa panjang yang ada di ruang keluarga. Bercengkrama hangat tanpa adanya Gavin didalam sana, terkadang juga menggoda si kecil Arsen yang begitu menggemaskan. Rasanya Chiara ingin membawa bocah mungil itu ke rumahnya dan menjadikan Arsen adalah alasan utama kesibukannya sebagai istri.

Princess Syndrome [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang