[Enam belas]
Just like letters on the sand
Sama seperti huruf-huruf di atas pasirWhere waves were
Dimana gelombang beradaI feel you’ll disappear
Aku merasa kamu akan menghilangTo a far off place
Ke sebuah tempat yang jauhI always miss you miss you
Aku kan selalu merindukanmu, merindukanmuAll the words
Semua kata-kataIn my heart
Didalam hatikuI can’t show them all to you
Aku tidak bisa mengungkapkannya semua padamuBut, it’s that I love you
Tetapi, ini karena aku mencintaimuHow can I be so lucky
Bagaimana bisa aku begitu beruntungto have met you, who is a blessing
Untuk bertemu dengan mu, yang merupakan sebuah berkatIf we’re together now
Jika kita bersama sekarangAh how great it’d be
Ah.. betapa menyenangkannya[Throught The Night - IU]
Padahal sejak meninggalkan Sarah di halte dekat panti asuhan, Gavin sudah semangat pulang ke rumah. Entah apa yang membuatnya begitu semangat, yang jelas dia ingin cepat bertemu Chiara. Tapi begitu sampai di rumah hal tak mengenakkan justru terjadi, Chiara mengabaikannya, Chiara mendiamkannya dan tak menganggap dirinya ada disana. Bahkan ketika Gavin menemukan perempuan itu berdiri di balkon, bersandar pada pagar pembatas balkon dengan posisi membelakanginya.
Memang ya, diabaikan itu rasanya tidak enak.
"Ngapain disini? Masuk, udara malem nggak baik buat kesehatan lo!"
Sepertinya baru sepuluh menit ia menjajakkan kaki disini, menikmati udara malam yang memang dingin sekali, menusuk hingga tulang, tapi dia rasa itu bukan masalah. Mau bagaimana lagi, Balkon kamar Gavin terlalu indah untuk menikmati heningnya malam.
"Masuk duluan aja, gue lagi ngobrol sama nyokap."
Memang perempuan bernama Chiara itu sinting, Gavin sangat setuju, yang benar saja bicara dengan Mama kalau wanita paruh baya itu sudah beristirahat dengan tenang. Kadar sintingnya memang sudah separah itu, Gavin harus membawanya ke psikiater.
Sumpah demi apapun Gavin kesal. Rela meninggalkan Sarah dan pulang demi Chiara tapi perempuan itu tidak tahu diri begini.
"Tolong dong gunain otak lo buat mikir yang masuk akal, sekali-kali jadi orang waras Ra. Mama udah nggak ada." Gavin mengatakan kalimatnya penuh kekesalan.
Bodo amat dengan reaksi Gavin, Chiara masih ingin berdiri di balkon ini, dan lebih baik sendiri. Dia mengabaikan keberadaan Gavin disampingnya, mengadah menatap langit pekat yang malam ini bertabur bintang. Mama pasti ada disana. "Capek ya hidup kayak gini." Tiba-tiba saja bibir Chiara berujar seperti itu.
'Capek' yang dikatakan Chiara seolah mempunyai banyak arti, yang jelas Gavin tak mau pusing memikirkan apa saja itu. "Yaudah kalau capek ayo kita sama-sama berhenti! Lo bisa hidup lebih baik lagi setelah nggak sama gue, cari kebahagiaan lo sesungguhnya dan lupain gue. Simpel." Jawab Gavin dengan entengnya, tanpa memikirkan perasaan Chiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Syndrome [END] ✔
RomanceCover pict. By : Canva #120 in fiksi umum [15 Des. 2019] [Budayakan Follow sebelum membaca cerita saya] ========================================= Blurb; Chiara tidak bisa terus hidup seperti ini. Dirinya tertekan karena sama sekali belum menemukan p...