Epilogue.
.
.
.
Yoong terdiam menatap isi piringnya. Ia memilih menunduk sembari mengunyah diam menu makan siangnya. Sedikit banyak, ia menghindari tatapan mata-atau kemungkinan terburuknya, pertanyaan-yang mungkin akan dilontarkan sandara dan jiyoung, kedua orang tuanya. Yoong menengguk jus jeruknya perlahan, mencoba membasahi tenggorokannya.
"Kenapa?"
Yoong melirik ke arah sandara.
"Ada yang salah dengan ika-nya? Terlalu pedas?"
Buru-buru yoong menggeleng kuat. "T-tidak! Cuminya sudah mantap!" Yoong mengacungkan jempolnya, tertawa-kikuk.
Sandara menyipitkan mata.
Dan Jiyoung tertawa kecil.
Sedikit banyak, lelaki itu sebenarnya menertawakan istrinya yang sama sekali tak peka. Sandara perlahan merasa bahwa suaminya itu tertawa padanya. Perempuan berambut panjang itu memicingkan matanya, memandang jiyoung dengan pandangan meminta penjelasan. Merasakan firasat tak enak, jiyoung segera meletakkan sumpitnya dan mengangkat tangannya.
"Apa yang kau tertawakan, yeobo?" sindir sandara.
Merasa tenggorokannya ikut haus, jiyoung menenggak cepat teh hijau miliknya. "Tidak ada."
Mata sandara masih menyipit.
"Um, maaf, Eomma, appa, maaf kalau aku membuat suasana jadi tak enak. Ini ... aku hanya ... um-"
"Jangan mengkhawatirkan kakakmu." Jiyoung tersenyum simpul sembari menatap yoong.
Sandara mendesah keras. "Anak ini. Sudah kubilang berapa kali dalam sehari ini, hah, berhenti khawatir berlebihan."
Yoong meletakkan sumpitnya di samping mangkuk miliknya di atas meja. "Habisnya, kalian tak melihat kondisi Krystal nuuna dua hari lalu. Dia kacau sekali. Hyung juga. Ia lebih parah. Aku hanya khawatir kalau mereka tak menyelesaikan permasalahannya dengan baik. Hyung menghilang, dan Krystal nunna tak pulang semalam."
Sandara memijit keningnya.
"Apalagi, hyung terkadang benar-benar ... Babo."
Jiyoung tertawa kali ini.
"Kalau saja ia melihat kondisi Krystal nunna saat menangis, aku yakin ia pasti akan menyesal sampai mati."
Krystal memukulkan sumpitnya ke kepala yoong. "Krystal menghilang karena mencari Yuri. Ia akan minta maaf pada Yuri. Berapa kali harus kubilang, Yuri mungkin agak bodoh sepertiku dulu, tapi ia seseorang yang pemaaf seperti ayahmu."
Yoong melirik ayahnya.
"Dan meski Krystal sedikit keras kepala dan memiliki gengsi tinggi sepertiku, tapi kurasa ia cukup pintar seperti jiyoung. Ia pasti bisa mengatasi semuanya dengan lancar."
KAMU SEDANG MEMBACA
WE ARE MARRY NOW
RomanceIrene dan Krystal berteriak kesetanan saat tahu suatu pagi di penginapan di samping mereka, ada sesosok laki-laki. Mengalami malam terburuk sekaligus tidak ingat apapun. Dan yang terparah, mereka harus menerima kenyataan, saat mabuk mereka telah men...