"Mau kenalan dulu?"
Pemuda Tionghoa di depan kelas bertanya dengan senyum ramah, seolah materi fisika yang akan dia ajar sama baik hatinya. Anak-amak di ruang sempit tersebut saling melirik canggung, beberapa ada yang melempar senyum ketika mengetahui wajah familiar.
"Ya udah, kenalan dulu, deh," kata Si Tutor Fisika setelah setengah menit tidak ada respon. "Gih nyebar terus kenalan sama teman masing-masing. Tiga puluh menit, ya."
Belum ada yang bergerak dari kursi. Masih saling mencubit karena takut berdiri duluan.
Shareina menguap malas. Dia mengantuk karena semalam mengerjakan pre-test biologi dan bisa tidur kapan saja jika tidak kunjung ada impuls yang membuat dia terbangun.
"Aduh ya udah ya udah, sini gue duluan!"
Seorang pemuda memaksa atensi kelas terpusat padanya. Entah karena suara keras tiba-tiba, postur terlampau tinggi dan kurus, wajah tampan, atau penggunaan "gue" yang tak lazim di tanah Surabaya.
Dia melesak cepat, menghindari kursi-kursi yang menghalangi badannya. Sejenak kemudian, ketika Shareina menuntaskan uapan ketiga pagi ini, tangan terbuka pemuda itu sudah ada di hadapan.
"Gue Sata Abinarya, Abin, dari Jakarta. Lu?"
...
welcome abroad, readers!
here's your captain, hinatsu, speaking.
considering on how inconsistent and lazy and busy am i, let's hope this book won't be like the othersㅡunpublished and gone.this book is dedicated for you, 2020 fighters!
p.s. : timeline of this story is when 2018 fighters fought for their dreams; includes the technicality of the exams.
![](https://img.wattpad.com/cover/206064949-288-k656901.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Of Dreams and Forgotten Feelings
FanfictionIni bukan cerita muluk-muluk. Tidak ada kesedihan berlebih atau nyawa yang harus dikorbankan. Hanya dua tokoh utama, berjuang menggapai sesuatu nun jauh di sana. Mulanya niat mereka saling mendukung, berbagi semangat kala asa putus. Rasa saling memi...