Jimin gak nyangka bakalan di khianati sama sahabatnya sendiri dan juga pacaranya. Selama ini dia selalu taro kepercayaan lebih ke jungkook karna emang jungkook gak pernah macem macem, tapi ternyata semua yang jimin kasih gak cukup buat bikin jungkook tetap disampingnya.
Jimin akui, akhir akhir ini atau memang semenjak pindah kampus jimin memang disibukan dengan tugas untuk mengejar materi agar setara dengan yang lainnya. Apalagi cara mengajar dosen nya berbeda dengan kampusnya dulu, maka dengan itu jimin dengan giat mengejar ketertinggalannya. Bahkan ia hanya berkumpul dengan teman temannya dikampus dulu hanya beberapa kali saat sedang suntuk dan jungkook tak bisa diajak keluar.
Hidup gak selamanya tentang pacar kan? Jimin maupun jungkook juga punya waktu untuk bersama temannya, tapi bukan berarti dengan ketidakadaan nya bisa membuat jungkook mengisi separuh hatinya dengan nama orang lain.
Jimin hafal dan kenal bagaimana jungkook, ia tak mungkin melakukan nya dengan sengaja pasti ada pihak memprovokasikannya dan jimin enggan menuduh taehyung, sahabatnya sendiri. Walau kenyataannya perselingkuhan terjadi atas dasar mau sama mau.
Jimin tak tau mana yang lebih dulu tumbuh, cinta atau rasa nyaman. Ia jelas paham tatapan taehyung saat bertemu dengan ia dan jungkook, mata itu tak bisa berbohong saat melihat orang yang di sukai nya dan jimin benci mengakui kalau ia cemburu.
Tak ada hal yang mencurigakan sebelumnya, hanya saja taehyung dan jungkook selalu punya cara tersendiri untuk saling berkomunikasi walau hanya lewat tatapan mata. Jimin tau tapi tak ingin memusingkannya. Ia pikir hanya kagum biasa karna Jungkook mirip dengan jungoo dan taehyung menyukai jungoo.
Ia tak memikirkan sejauh itu soal taehyung yang selalu memandang jungkook dalam saat mereka bertiga berkumpul, tapi kenyataan menghempaskannya kedalam jurang kesakitan. Cintanya dibagi bukan hanya di khianati. Tapi jimin masih sedalam ini mencintai jungkook walau hatinya sakit mengetahui fakta yang sesungguhnya.
Ia menatap jungkook dan taehyung bergantian, masih ditempat yang sama. Parkiran club. Dalam keadaan hening, mereka enggan buka suara saat melihat jimin yang seolah hancur seperti kertas yang terbakar. Rapuh.
"Sejak kapan?" Pertanyaan itu muncul dari mulut jimin.
Taehyung mengangkat kepalanya dengan tatapan ntahlah, bersalah mungkin?
"Tiga bulan" jawab taehyung yang membuat jimin menendang batu krikil dengan kesal.
Tangannya mengepal, menahan emosi. Jangan membuat orang sabar marah kalau tak ingin kena kemurkaan nya, dan sampai detik ini jimin masih menahan segala keinginannya untuk memukuli taehyung karna melihat taehyung yang sudah babak belur dan lemas didepan matanya sendiri.
Lagi lagi ia menatap langit, air matanya hampir jatuh. Dada nya sesak tak bisa diungkapkan bagaimana rasa kecewa dan sakitnya bersatu. Ia menunduk dan air matanya jatuh. Jimin mengusak wajahnya yang memerah dengan emosi yang sudah di ubun ubun.
Ia laki laki, menempati posisi sebagai dominan tapi bukan berarti ia bisa kuat dan pandai mengontrol segalanya. Pertahanan jimin runtuh. Saat seorang laki laki meneteskan air matanya, cinta nya bisa diukur. Ia mencintai pasangannya segitu dalamnya dengan tulus, yang menandakan ia serius. Tapi bukan berarti jika ia tak menangis ia tak serius.
Hoseok menatap punggung jimin yang bergetar, ia berjalan kearahnya dan mengusap bahu sahabatnya itu. Hoseok merupakan senior dikampusnya dulu sekaligus sahabat untuk jimin dan juga taehyung.
"I feel you, bro." Ucap hoseok dengan senyuman simpul diwajahnya, menatap jimin yang mengusap air matanya dengan senyuman tipis.
Jimin menghembuskan nafasnya dengan lelah, sudah pukul satu dini hari ternyata. Ia melirik jungkook yang duduk sambil memeluk kedua lulutnya, menunduk dan jimin berjalan kearahnya.
Tangannya bergerak mengusap rambut jungkook yang membuat jungkook mengangkat wajahnya yang merah, bekas air mata dipipi nya terlihat begitu jelas. Jimin didepannya tersenyum.
"Ayo, pulang. Udah malem kamu butuh tidur buat istirahat," Ucap jimin masih dengan senyuman dan jungkook menerjangnya, membuat jimin tersungkur dengan jungkook diatasnya memeluknya erat. Menangis kembali karna jimin tak mengatakan apa apa kepadanya bahkan tak mengasarinya sedikit pun.
"Pukulㅡ pukul atau caci maki aku, jim. Bilang sesuatu jangan diem! Hikss . . " ucap jungkook setelah sekian lama ia diam.
Jimin membalas pelukannya, terkekeh pelan sambil mengusap kepala Jungkook. Jungkook memeluk sambil memukul bahunya, tidak kencang hanya seperti main main. Hanya sebuah kebiasaan saat jimin tak memarahinya dan justru menyambutnya baik saat jungkook membuatnya kesal.
"Iyaa, ini ngomong. Ayo pulang, kamu berat ngomong ngomong. Aduhhㅡ ! " jimin terkekeh lagi saat bahunya di gigit jungkook lumayan kencang.
Jimin menghela nafas saat jungkook semakin menangis dipelukannya, tak perduli taehyung, yoongi atau pun hoseok menatap mereka.
"Mau pulang gak? Nanti jungoo cariin" tanya jimin dengan suara serak.
"Atau mau pulang sama taehyung? Aduh, sakit jungkook." Jimin meringis saat Jungkook memukulnya.
Taehyung menunduk menatap keduanya yang masih mengobrol kecil, tak dipungkiri hatinya sakit melihat kedekatan jungkook dan jimin. Ia bingung kenapa ia menaruh perasaan ini untuk jungkook dan juga jungoo. Hatinya belum sembuh pasca penolakan jungoo dan kini harus menanggung rasa sakit lagi saat jungkook mungkin pada akhirnya akan memilih kembali pada jimin, pacar sungguhannya bukan taehyung yang hanya menjadi pacar kedua.
Bukannya taehyung yang bilang, tak apa menjadi yang kedua? Tapi kenapa sesakit ini pada akhirnya?
Taehyung menatap sepatu didepannya, ia mendongak dan menemukan jimin didepannya dengan jungkook yang menggenggam erat tangannya.
"Pulang taehyung, besok kita omongin lagi. Sorry gua emosi tadi" setelah mengatakan itu jimin berjalan meninggalkan parkiran dan melajukan mobilnya kejalanan dengan jungkook yang ikut pulang.
Sementara itu hoseok ikut pulang setelah mengobrol sedikit dengan yoongi dan menyisakan yoongi dan taehyung diparkiran.
Yoongi tak tau harus mengatakan apa, ia bahkan tak tau kalau orang yang ingin didekati taehyung itu pacar sahabat taehyung sendiri. Kalau tau kenyataannya, ia tak ingin membantu taehyung walau taehyung sudah seperti adik baginya. Tanpa mengatakan pamit, yoongi masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan taehyung sendirian.
Taehyung tersenyum miris. Tak ada yang memihaknya. Semua orang meninggalkannya, bahkan dalam keadaan seperti ini. Begini yhaa nasib orang serakah?
Dengan susah payah ia bangun, meringis saat perutnya merasakan nyeri akibat tendangan tak main main dari jimin tadi didalam club. Membuat taehyung terdorong jauh dan punggungnya menabrak ntah apa.
Ia memegang belakangnya saat merasakan sesuatu seperti mengalir, tangannya masuk kedalam baju dan merabanya.
"Sial," ungkap taehyung saat darah keluar dari bekas jahitannya dulu waktu tertusuk pisau.
Ia meringis sakit. Meringkuk sambil memejamkan mata saat rasa sakit seperti mendominasi tubuhnya. Perutnya nyeri dan bekas jahitan dibelakangnya seperti terbuka, membuat baju bagian belakangnya menjiplak darah yang merembes. Rasa pusing seolah menghantamnya saat taehyung mencoba bangun, ia tertawa miris. Berpegangan pada mobil mobil yang masih terparkir rapi untuk berjalan kearah mobilnya, ia berhasil masuk dan duduk didalamnya.
Mengabaikan rasa sakit ditubuh dan hatinya, taehyung melajukan mobilnya sambil sesekali meringis. Ia menatap jok disampingnya dimana biasa ada jungkook yang akan mengotak atik apa saja didepannya sambil menggerutu, lalu akan menyalakan musik sesukanya tanpa peduli taehyung yang mengomel.
Ah, bayangan itu. Membuat taehyung merindukannya bahkan belum ada satu jam, tas jungkook masih ada di jok sampingnya. Tas berwarna hitam dengan corak putih garis garis dibagian depan.
Tujuan taehyung saat ini klinik 24 jam. Setidaknya dokter bisa menyembukan luka fisiknya, walau hatinya hancur berkeping keping.
Maaf kalau ada typo, aku suka banyak typo yhaa sekarang hehee maaf yhaa !
Gak tega sebenarnya nulis taehyung kaya gini, jadi pihak yang dibenci huhuuu:( tapi yhaa gimanaa cocok masaa 😂🙏