Sekap?

42.1K 1.7K 8
                                    

Comeback 💃

Jangan lupa vote ya kalau suka ceritanya 🍒
.
.
.
.

  Pada pukul 03:00 dini hari, Revan baru selsai dengan kegiatannya pada Nadifah. Nafasnya pun masih memburu. Saat menoleh pada tubuh polos Nadifah yang sudah tertutup selimut, ia merasa bersalah. Wanita itu kini sedang memunggunginya dengan bahu yang bergetar menandakan sang empunya sedang menangis. Tapi mau bagaimana lagi, nafsu dan amarahnya sudah di ujung tadi.

"Hiks.. Hikss..hiks.. Hmptt hmmm hiks" tangis Nadifah tergugu, sebisa mungkin ia menahannya tapi tak bisa, hatinya sakit atas perlakuan Revan.

Revan yang melihatnya hanya bisa menghela nafas panjang lalu memeluknya dari belakang dengan sesekali mencium bahu polos dan rambut panjang Nadifah.

"Tidurlah" kata Revan yang lalu memejamkan matanya, ia tak tidur. Ia hanya memejamkan matanya meresapi kedekatannya dengan Nadifah sambil menunggu wanitanya itu tertidur.

20 menit kemudian suara tangisan Nadifah pun mereda, tergantikan dengan dengkuran halus. Revan pun mengeratkan pelukannya dan mulai  tertidur.

Pukul 06:30, Nadifah terbagunkan oleh silaunya cahaya matahari yang keluar dari sela gorden penutup jendela.

Saat ia masih mengerjapkan mata, sebuah suara tiba tiba mengagetkannya.

"Sudah bangun, sayang?" kata Revan lembut sambil bercermin sedang memasang dasinya. Ia sudah bersiap untuk berangkat kerja.

Nadifah sontak terduduk dan saat menyadari keadaan tubuhnya yang hanya tergelung selimut tebal, seketika ingatannya tertuju pada kejadian kemarin dan semalam.

Tak ada jawaban, Revan pun menoleh pada Nadifah yang sedang mengerutkan dahi.

"Aku udah bawain kamu sarapan di meja" kata Revan lagi yang membuat Nadifah mengalihkan tatapannya ke lelaki itu.

"Dimana rafa? Aku mau pulang Mas, biarin aku pulang... Aku mohon.." kata Nadifah lirih dengan mata yang mulai berkaca kaca.

"Mau pulang kemana sayang? Rumah kamu disini, sama aku." jawab Revan sambil tersenyum seolah tidak pernah terjadi apa apa.

"Yaudah aku berangkat kerja dulu ya, jangan lupa sarapannya di makan" kata Revan lagi yang kemudian mengambil tas serta jas nya lalu mengecup bibir Nadifah singkat, kemudian ia pun beranjak pergi.

"Mas!! Mana Rafa!! Mas!! Mas!!" teriak Nadifah mengejar Revan yang sudah berlalu keluar kamar dan menguncinya kembali. Menghiraukan Nadifah yang berteriak menggedor pintu.

"MAS!!! hiks hiks... Mas...mana Rafa..." kata Nadifah yang diakhiri dengen lirihan yang sangat pilu mengingat ia yang sudah di perkosa oleh mantan suaminya sendiri dan kini ia di sekap dikamar itu tanpa di beri tahu keadaan anaknya.

Tubuh Nadifah merosot bersandar di pintu, hatinya sakit. Ia kembali menangis tergugu disana. Sementara Revan, ia hanya menghela nafas panjang di balik pintu kamar itu.

Revan pun bergegas turun ke lantai bawah, tapi apa yang ia lihat? Ia melihat Rafa yang sedang menangis di gendongan Ibunya.

"Loh.. Rafa kenapa sayang?" tanya Revan yang lalu mengambil alih Rafa ke dalam gendongannya.

"Da.... Hiks hiks..Daa... Yah"

"Rafa pengen ke Bundanya Van, daritadi dia nanyain Bundanya terus sampe nangis" jelas Ibunya Revan.

"Bunndanya Rafa ada kok. Tuh, lagi tidur di kamar Ayah, tapi Bundanya Rafa lagi sakit, jadi Rafa ga bisa ketemu Bunda sekarang." bujuk Revan sedikit berbohong pada Rafa, sambil sesekali menghapus air mata anaknya itu.

"Da..? Kitt yah?..hiks" kata Rafa yang kini tangisannya mulai mereda dan menatap Ayahnya. Bibir mata dan hidungnya pun sudah memerah.

"Iya, Bundanya Rafa lagi sakit. Nanti kalo udah sembuh Rafa bisa ketemu kok. Kalo sekarang Rafa ketemu Bunda trus Rafa ikutan sakit, Bundanya sedih dong" bujuk Revan lagi dengan nada yang di buat sedih.

"Sekarang Rafa sarapan ya, nanti kalo Bunda udah sembuh kita pergi jalan jalan sama Bunda, oke?" kata Revan yang langsung dibalas anggukan antusias oleh Rafa. Sementara itu Ibunya Revan yang melihat interaksi ayah dan anak itu hanya bisa tersenyum.

"Itu baru anak Ayah" kata Revan lagi sambil menciumi wajah Rafa sampai- sampai Rafa tertawa geli di buatnya.

"Udah udah, ayo sarapan dulu. Rafa ayo sama Nenek, nanti baju Ayah Rafa kusut lagi" intruksi Ibunya Revan dan langsung kembali mengambil alih Rafa. Mereka pun memulai sarapannya.

Setelah sarapan Revan pamit untuk pergi bekerja, tapi saat akan membuka pintu mobilnya sebuah suara kembali mengintruksinya.

"REVAN!!"

Apalagi ini?, batin Revan

"Rpa? Mau apa lo kesini?" jawab Revan malas saat melihat orang yang memanggilnya itu. Rian.

"Mana Nadifah brengsek!" kata Rian yang kemudian memojokan Revan ke mobilnya.

"Apa urusannya sama lo, brengsek?!" balas Revan yang mulai geram dengan Rian.

"Gue tanya mana Nadifah sama Rafa?!! Mereka ada disini kan? Pasti lo sekap mereka kan!!" bentak Rian yang kembali mendorong Revan tersudut ke mobilnya.

"Haha trus masalahnya apa sama lo? Mereka anak istri gue, camkan itu jadi lo jangan ikut campur, ngerti?"

"Lo-"

"Mending lo pergi deh sebelum gue panggil satpam, rusuh tau ga. Berisik! Awas!" potong Revan yang lalu mendorong Rian dan memasuki mobilnya lalu melesat pergi meninggalkan Rian dengan sejuta kekesalannya.

"Shit!!"

Rian pun pergi dari sana. Ia mengetahui Nadifah dan Rafa ada di sana dari Tata yang cemas dengan mereka yang tak kunjung pulang ke rumah. Tata pun meminta bantuan Rian karna ia tau Rian sahabat Revan.

Tapi naas, Revan tetaplah Revan yang arogant, mau itu sahabatnya, bila menghalangi apa yang di inginkannya ia akan singkirkan.

.
.
.
.
.
.

Jangan lupa ya vote kalo suka ceritanya ayoyoo💃
.
.
See you 🍒

My Ex Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang