Drama

34K 1.4K 23
                                    

Lanjut??

Jangan lupa vote nya kalau suka 💃

Dan

Jangan lupa komen nya kalau next 😁
.
.
.
.
.
.
.

Brukk

Klik

Brakk

Setelah mengunci dan menutup pintu kamar, Revan menghempaskan tubuh Nadifah ke atas ranjang dengan kasar. Ia marah, sangat marah saat melihat Nadifah mencoba kabur di depan matanya.

"Mau kabur kemana kamu, heh?!" kata Revan menyeringai menatap Nadifah tajam.

Nadifah berkali kali bangkit untuk berdiri namun selalu di dorong kasar Revan hingga ia kembali terhempas ke atas ranjang.

"KAMU EGOIS MAS!! BENER BENER EGOIS!! GA TAU MALU!! BAJINGAN!! BRENGSEK!!" teriak Nadifah dengan  mengcengkram erat kemeja Revan. Sedetik kemudian suara isakan Nadifah terdengar.

"Aku ga peduli, sekali lagi kamu coba kabur. Kamu ga akan pernah ketemu Rafa lagi" ancam Revan mencengkram erat rahang Nadifah.

"Hiks.. Hiks.. Kalo gitu hiks.. Kamu pun ga akan pernah ketemu aku lagi selamanya Mas hiks.. Aku lebih baik mati"

Plakk

Satu tamparan singgah di pipi mulus Nadifah. Revan terkejut tangannya gemetar, ia tak menyangka bisa  menampar Nadifah, wanita yang di cintainya sekaligus yang selalu di sakitinya.

Sedangkan Nadifah, tubuhnya terhempas ke kanan akibat tamparan Revan. Matanya terbelalak kaget, Ia tak menyangka Revan akan kasar padanya sejauh ini.

"F-f-fah maaf.. Ak-aku.." Revan tergagap, ketika akan menyentuh pipi Nadifah yang ia tampar, wanita itu menangkis tangannya kasar.

"Pergi kamu.."

"F-fah-"

"PERGI!!"

Revan hanya bisa menatap Nadifah bersalah. Lagi lagi ia menyakiti Nadifahnya, wanitanya.

"aku minta maaf, aku pergi" kata Revan lirih yang langsung berlalu keluar kamar. Sedangkan Nadifah kembali menangis sesegukan. Ini yang Revan maksud mencintainya, dengan bersikap kasar padanya?, pikir Nadifah.

Setelah kejadian itu, Revan tak kembali lagi ke kamar. Ia tidur di kamar tamu lantai bawah merenungi kesalahannya. Sedangkan Nadifah setelah menangis kini ia melamun memikirkan cara agar bisa keluar dari sana segera hingga ia akhirnya tertidur karna merasa lelah.

❄❄❄❄❄❄❄❄

setelah mandi dan berpakaian, Nadifah duduk diatas kasur memeluk lutut.

Sampai saat ini Revan masih belum menemuinya, bahkan untuk sarapan tadi pagi pun pembantunya yang mengantarkan.

Ia sudah tau apa yang harus ia lakukan agar bisa keluar dari sini. Bibir tipis Nadifah tersenyum setelah memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Hingga sore hari, Revan masih belum terlihat batang hidungnya oleh Nadifah. Mungkin dia masih kerja, pikirnya.

Sampai waktu menunjukan pukul 7 malam, ia masih menunggu. Hingga suara pintu terbuka membuyarkan lamunannya dan terlihatlah Revan dengan wajah kusut lelahnya.

"Baru pulang, Mas?" kata Nadifah sambil berjalan menuju Revan dan mengambil alih jas serta tas kantor Revan.

Revan menyernyit bingung menatap Nadifah yang kini sedang tersenyum kepadanya dan membukakan dasi yang terasa mencekik leher.

"Udah makan malam?"

"Kamu kenapa?" tanya Revan menatap Nadifah dengan dahi berkerut dalam.

"Kamu ga lagi ngerencanain sesuatu kan?" lanjut Revan menatap intens Nadifah tepat di bola matanya. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum dan langsung memeluk Revan tanpa komando. Revan terkejut bukan main.

"Aku minta maaf Mas, aku minta maaf bikin kamu marah terus. Harusnya aku mikirin kamu sama Rafa, mikirin kebahagiaan Rafa yang harusnya punya keluarga utuh" kata Nadifah menengelamkan wajahnya di dada bidang Revan. Sementara Revan masih menyernyit bingung sampai sebuah seringaian tipis tampak di bibirnya.

"Iya, aku juga salah, aku minta maaf ya. Maaf juga aku nampar kamu waktu itu." kata Revan membalas pelukan Nadifah tak kalah erat sambil sesekali menciumi puncak kepala Nadifah.

Nadifah mendonggakakn kepalanya menatap Revan tanpa melepaskan pelukannya. Ia tersenyum, pun Revan yang membalas senyumannya lembut.

"Mas udah makan?"

"Udah, tadi sambil ketemu client, kamu udah makan?" tanya Revan balik yang kini sebelah tangannya mengelus pipi lembut Nadifah yang tak sengaja ia tampar.

"Udah tadi, bibi bawain makanan.yaudah, mandi gih. Bau tau" kata Nadifah yang langsung melepaskan pelukannya dan manyun jijik menatap Revan.

"Dih, kalau bau ngapain tadi peluk peluk" goda Revan merangkul pinggang ramping Nadifah agar merapat padanya lagi.

"Yaaa.. yaa.. tadi kan refleks" kilah Nadifah gugup menahan malu di tatap mesum Revan.

"Alesan aja kamu" kata Revan sambil mencuil hidung kecil Nadifah mesra.

"Yaudah, aku mandi dulu" lanjutnya lagi yang langsung berlalu ke kamar mandi setelah mendapat anggukan Nadifah.

Nadifah pun menyiapkan baju tidur untuk Revan lalu duduk di atas kasur menunggunya.

15 menit kemudian Revan keluar hanya dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Iihh mas! Pake handuknya yang bener kenapa sih! " kata Nadifah menutup matanya saat melihat Revan bertelanjang dada. Sedangkan Revan hanya terkekeh melihat Nadifah yang lucu.

"Loh, kenapa? Toh kamu sering liat kan, sering ngerasain juga" balas Revan dengan senyum mesumnya.

"Ya- tapikan- aaahhh pake cepetan bajunyaaa!"

"Hahaha kamu lucu banget sih, aku dari tadi udah pake baju, yang" kata Revan lagi yang kini duduk dipinggir Nadifah.

Setelah Nadifah membuka tangannya ia bernafas lega, pasalnya ia malu melihat Revan yang bertelanjang dada seperti itu mengingatkan dia tentang- ahh sudahlah.

"Ayo tidur" ajak Revan yang langsung menarik Nadifah untuk tidur.

Revan memeluk Nadifah yang berada di sisinya erat, begitupun sebaliknya. Nadifah memeluk Revan erat menyandarkan kepalanya di dada bidang Revan yang nyaman.

"Good night, Bunda" kata Revan lalu mencium kening Nadifah.

"Good night juga, Ayah" balas Nadifah mencium dada bidang Revan. Lalu ia pun tertidur, tanpa ia ketahui kini seringaian Revan tercetak jelas di bibirnya.

.
.
.
.
.
.
.

Gimana??

Next or No??

Jangan lupa vote nyaaa 😄

See you 💃

My Ex Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang