Lanjut??
Jangan lupa vote nya kalau suka 👉🌟
.
.
.
.
.
.Sudah empat hari Nadifah di kurung di sana, ia hanya bisa diam melamun. Wajahnya pucat karna sudah beberapa hari ini ia enggan makan, makanan yang di bawa Revan tidak pernah ia makan. Pernah suatu hari Revan yang mulai jengah pun memaksa Nadifah makan dengan kasar, namun wanita itu hanya diam. Tak jarang juga Nadifah dan Revan akan bertengkar dan berakhir dengan Revan yang memperkosa Nadifah lagi.
Rafa juga sering menanyakan Bundanya namun Revan selalu mengatakan bahwa Bundanya sedang sakit. Ibunya Revan pun merasa khawatir pada Nadifah yang di kurung anaknya di kamar karna takut kabur. Sebegitu takutnyakah Revan sampai mengurung Nadifah, pikirnya.
Ia ingin membantu Nadifah keluar, setidaknya keluar dari kamar tapi apa daya, ia tak ingin mencampuri urusan anaknya dan malah membuat semuanya tambah runyam.
Seperti hari hari sebelumya, Revan berangkat kerja setelah mengantarkan sarapan untuk Nadifah. Rafa dan Neneknya pun seperti biasa bermain, jalan-jalan dan sebagainya.
Hingga sore tiba, seseorang mengetuk pintu, mengalihkan perhatian Ibu Revan yang baru keluar dari kamar menidurkan Rafa yang sepertinya kecapean bermain.
Saat Ibunya Revan membukakan pintu, terlihat seorang wanita sedang berdiri membelakanginya, dari gelagat nya wanita itu terlihat cemas.
"Permisi, cari siapa ya?"
Wanita itu langsung berbalik dan tersenyum canggung saat ada sahutan. Oohh wanita yang di restoran waktu itu, ada apa ya, pikir Ibu Revan.
"Saya temennya Nadifah Tante, Nadifahnya ada?" tanya Tata hati hati. Iya, itu Tata. Ia merasa khawatir dengan Nadifah yang belum ada kabar setelah kejadian di bandara.
"Mmm ada sih, cuman..." Ibunya Revan agak sedikit ragu untuk mempertemukan Nadifah dan temannya ini, ia takut Revan marah. Tapi biarlah, siapa tau Nadifah jadi mau makan.
"Cuman kenapa, Tan?"
"Aahh engga engga, ayo masuk Nadifahnya ada di atas. Hmmm Tante bisa sekalian minta tolong?"
"Apa, Tan?"
"Bujuk Nadifah makan ya? Dia beberapa hari ini susah makan, dan ini kunci kamarnya" jelas Ibu Revan sambil menyerahkan sebuah kunci dari saku bajunya. Kunci? Nadifah di kunci di kamar?, pikir Tata.
"Oohh iya Tan, nanti saya coba bujukin Nadifanya. Emmm Rafa nya, ada Tan?"
"Rafanya baru aja tidur, dia kecapean main mungkin"
"Oohh yaudah Tan, saya ke atas dulu ya, permisi" kata Tata yang langsung bergegas ke lantai atas setelah mendapat anggukan dari Ibunya Revan.
Sebenarnya Tata bingung kamar mana yang di huni Nadifah pasalnya banyak pintu di sini, tapi saat melihat sebuah kamar dengan pintu yang agak besar Tata yakin Nadifah ada di balik pintu itu.
Saat Tata membuka dan memasuki pintu, ia langsung disuguhi seorang perempuan yang sedang duduk dan bersandar di kepala kasur memeluk lututnya, tatapan nya kosong.
"Fah.." panggil Tata saat ia sudah ada di samping Nadifah.
Nadifah sontak menoleh ke asal suara, ia terkejut melihat Tata ada di sana.
"Tata!!??" kata Nadifah sedikit berteriak, matanya terbelalak. Ia pun memegang kedua tangan Tata erat.
"Fah, lo sakit? Muka lo pucet banget?!" tanya Tata khawatir saat melihat wajah Nadifah yang kelihatan lebih tirus dan pucat.
"Kenapa lo bisa masuk kesini Ta?!" tanya Nadifah memburu, mengabaikan pertanyaan Tata sebelumnya.
"G-gue di kasih kunci kamar sama Ibunya Kak Revan"
"Mana kuncinya?" tanya Nadifah lagi sambil mencari cari kunci di Tata. Sampai Tata menyodorkan sebuah kunci.
"Ini.."
Nadifah pun langsung merebut dan berlari ke arah pintu kamar dan membukanya, ia menghiraukan teriakan Tata yang memanggilnya. Yang ada di kepala Nadifah saat ini adalah keluar dari sana.
Sampai ia keluar dari rumah dan berlari menuju gerbang tanpa alas kaki, ia sempat bingung pasalnya ada satpam yang berjaga di sana dan pasti mereka akan menghalanginya. Tapi keberuntungan ada di pihaknya, tiba tiba gerbang itu terbuka dan masuklah sebuah mobil yang Nadifah yakini itu mobil Revan. Ia sempat panik namun apa boleh buat mumpung gerbangnya terbuka. Ia pun berlari sekuat tenaga dan berhasil keluar dari sana, ia sempat mendengar Revan berteriak kencang memanggil namanya.
Saat sudah merasa Revan tidak mengejarnya, Nadifah buru buru bersembunyi di rerumputan yang tinggi. Keadaan di sana lumayan sepi, mungkin karna itu kawasan perumahan elit.
Saat sudah di rasa aman ia pun keluar dari persembunyian. tapi ketika ia akan kembali berjalan, sebuah tangan kekar memeluknya erat dari belakang. Sontak tubuhnya menegang matanya terbelalak, ia tau wangi tubuh ini, Revan.
"Mau kabur kemana kamu" geram Revan yang tambah mengencangkan pelukannya, membuat Nadifah sedikit meringis sakit.
Sedetik kemudian Revan mengangkat Nadifah di pundaknya seperti karung beras.
"LEPASIN!!!"
"TOLONG!!"
"LEPASIN!! TURUNIN AKU!!" teriak Nadifah sambil memukul punggung Nevan.
"DIEM!" sentak Revan murka, ia tambah mengencangkan rangkulan nya.
Sampai di rumah, Revan langsung membawa Nadifah ke kamar tak menghiraukan Tata dan Ibunya menatap khawatir pada Nadifah yang berteriak dan memberontak di gendongan revan.
"Fa-" saat Tata akan menyusul Nadifah, bermaksud ingin menolongnya, sebuah tangan mencegahnya. Ibunya Revan menggelengkan kepala dan Tata hanya bisa pasrah.
Semoga lo ga apa apa Fah maafin gue ga bisa nolongin lo, batin Tata.
.
.
.
.
.
.
.
.Gimana gimana ??
Next or No??
Jangan lupa vote nya kalau suka 😁
See you😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Husband
Romance"Izinkan Revan menikah lagi, Fah" Nadifah terperanjat kaget. lalu mentap suaminya. "Mas.." "Tapi kenapa Mah?" "Takutnya, kalian sampai sekarang tidak memiliki anak kerena kamu mandul Nadifah.." lanjut ibu mertuanya. Kecewa.sedih.terluka. Nadifah men...