1+1=9

425 60 8
                                    





Happy Reading
Vote and comment
.
.
.

.
.

Hari hari telah berganti. Dalam waktu yang telah berjalan ini wooseok mulai bimbang dengan keadaan hubungannya dengan seungwoo. Dia hadir, dia memberi kabar namun hambar tanpa rasa seperti duhulu kala.

Mereka tersenyum dan masih tertawa bersama. Tidak ada pertengkaran diantara mereka. Namun setiap wooseok berjalan mendekat pasti seungwoo akan berusaha memberi jarak. Saat wooseok ingin berjalan bersampingan dengannya, seungwoo seolah berjalan mundur menutupi suatu hal.

Wooseok lelah berprasangka. Lelah tanpa penjelasan. Namun takut untuk meminta kejelasan. Seungwoo seperti menutupi sesuatu hal yang benar benar enggan untuk diberi lihat pada wooseok.  Sikap manisnya, sikap romantisnya tak terasa sama lagi.

Dan hal itu membuat wooseok gelisah.

Resah

Dan tanpa daya

Mas nya beku, tak lagi memberi celah untuk wooseok menghangatkannya.

Wooseok seperti mencoba meraih bayang. Nampak namun, tak tersentuh dan tak terasa.

Apakah ada yang salah darinya ?

"Maaf ya engga bisa jemput kamu, aku lagi ada acara" ujar seungwoo dari sebrang sana.

"Iya mas aku bisa pulang sendiri. Lagiankan aku udah gede masak dimanja mas terus" Jawab wooseok kepada prianya. Sejujurnya wooseok ingin bertemu. Eksistensi pria nya ini telah berkurang dalam siklus hariannya. Dia benar benar rindu. Dan obatnya hanyalah seungwoo.

"Janji deh weekend kita ketemu"

"iya mas. Ya udah aku tutup ya"

"Hmm ati ati yaa"

Wooseok memberenggut sebal, kenapa pria nya tak mau terbuka dengannya. Wooseok sudah tau kalo ada yang salah dari seungwoo saat seungwoo mengajaknya berlibur. Namun saat mereka kembali dari berlibur, seungwoo seolah olah lupa dengan masalahnya dan mulai merangkai jarak dengan dirinya.

Drttt drttt drttt

Ponselnya wooseok bergetar. Ada nama seobin disana.

Seobin

Pulang bawa martabak,
lupa gua kunciin diluar

Wooseok
Gamau udah mau malem

Seobin
Ini bunda ya yang minta

Wooseok
Beneran ? (•_•")

Seobin
Iyaaa zeyeng, tp emang
Kebetulan gua juga pengen :p

Wooseok
Yaudah deh tapi lain kali
Beli sendiri ya, soalnya
Wooseok takut (๑•́ ₃ •̀๑)

.
.


.
.
.
.

"duduk dulu dek" kata abang penjual martabak setelah menerima pesanan dari wooseok.

Wooseok mengangguk, lalu memfokuskan matanya pada ponsel pintarnya. Dia berselancar dengan asiknya pada dunia maya sampai tak sadar ada mata yang memandang kagum pada sosoknya.

"Ekhem" wooseok menoleh pada pria disampingnya.

"Lo mas dokter" ujar wooseok sambil menujuk terkejut.

Yang ditunjuk cuma tersenyum manis karena si kecil mengingat dirinya.

"Beli martabak dek?" tanya seungyeon

"Engga mas beli semen aku"

"Hah beneran?" Seungyeon terkejut, namun lucu dimata wooseok.

"Hehehe berjanda. Eh maksudnya bercanda. ≥3≤ Yakali aku beli semen disini"

"Yakan namanya juga basa basi. Tapi ngomong ngomong selain manis kamu juga bisa ngelawak ya" ujar seungyeon mendekatkan kursinya pada wooseok.

"Hehehe"

Seungyoun nge fly,

bikin mabok emang senyummu dek - seungyoun.




Mereka berbincang bincang membahas beberapa hal dan berhenti saat pesanan mereka datang.

"Ayo aku anterin pulang"

"Hah?! Ga usah mas dokter wooseok bisa pulang sendiri"

ya walaupun takut,

sambung wooseok dalam hati.

"santai aja, udah malem bahaya kalo pulang sendiri. Nanti kalo ada begal gimana?"

Wooseok berpikir sejenak, dia tidak ada riwayat bela diri. Jadi bisa gawat kalau beneran terjadi.

"Emang engga ngerepoti?" tanya wooseok pada seungyoun.

"Engga, ayo buruan masuk!" Balas seungyoun lalu membukakan pintu mobil.

"Makasih ya mas"

.
.

"Lain kali boleh dong mampir" Ujar seungyoun setelah sampai didepan rumah wooseok.

"Hah? Bo-boleh deh," Ujar wooseok ragu. Sejujurnya wooseok merasa aneh dan kaku dalam menanggapi seungyoun. Dia tidak bodoh dalam menilai situasi dan situasi ini sama persis saat seungwoo mendekatinya dulu.

Jadi sebisa mungkin dia mencoba untuk memberi jarak dan batas antara dirinya dan seungyoun.

Mencoba agar seungyoun tidak salah dalam mengartikan balasan atau tanggapan wooseok pada setiap ocehan seungyoun.

"Ya udah duluan ya" ujar seungyoun lalu dibalas anggukan oleh wooseok.

Wooseok berjalan masuki rumah setelah menggembok pagar rumahnya. Seobin tengah duduk bersedekap diruang tamu dengan mata menelisik penuh tanya.

"Siapa tadi ? Lu selingkuh ya"

"Seobin apaan sih, tadi cuma temen, dan beruntung  banget mau ngasih tumpangan wooseok"

Seobin masih menatap wooseok.

"Udah jangan sok mikir, seobin kan engga punya otak buat mikir. Nih martabaknya" (´⊙ω⊙')

Emang dasar mulut uke kalem tapi nusuk - seobin.

.
.
.
Tebeseh baby

Sorry kalo ada typo2
Doain aku masuk bisa masuk PTN yaa😘

WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang