Mawar Putih - JeB

77 18 6
                                    

Gatel pgn up. Selamat membaca~

***
Jeo merengkuh dibalik selimut tebalnya. Akhir-akhir ini itulah rutinitas pagi bagi Jeo. Gadis bersurai hitam itu tahu, bahwa semua orang memiliki sisi yang lemah. Begitu pun dirinya, manahan sesak di dada sangat melelahkan.

Ia adalah orang yang berbeda saat bersama teman dan saat sendirian. Ia memang bukan social butterfly tapi semua orang mengenalnya sebagai orang yang ceria, penuh tawa dan sering bertingkah konyol. Hanya sedikit orang yang tahu bagaimana naifnya dia saat sedang sendiri. Bahkan teman-temannya tidak tahu.

Ia turun dari ranjang, lalu mandi di selingi isak tangis. Selesai mandi, seperti kebanyakan gadis pada umumnya, ia berkaca. Menatap dalam pantulan dirinya di cermin. Matanya sendu dengan kantung mata yang terlihat menggelap. Ia mengambil bedak dan membubuhkan sedikit pada wajah pucat miliknya. Semua sangat mudah di sembunyikan.

Jeo berangkat ke sekolah diantar oleh sopir keluarga. Biasanya ia berangkat bersama teman-temannya, tapi akhir-akhir ini dia sedikit menghindari teman-temannya. Untuk alasan yang ia sendiri pun tidak mampu mengatakan.

Sepanjang jalan, ia hanya diam sambil sesekali memandang ponselnya. Ia mengabaikan pesan dari teman-temannya ataupun komentar di SNS miliknya. Ia juga mengabaikan pertanyaan sang sopir yang terlihat khawatir dengan kedaannya. Jeo tahu, ia hanya tidak siap.

***

"Jeo..." Laki-laki itu memanggilnya. Ia membelai surai hitam milik Jeo yang sedang terlelap di ranjang rumah sakit.

Laki-laki itu mengingat bagaimana Jeo jatuh dari dekapannya. Bagaimana Jeo memanggil namanya dengan bibir yang pucat. Bagaimana dokter mengatakan bahwa Jeo mengidap kanker. Ia mengingat semuanya. Dan ia merasa sakit melihatnya seperti ini.

Jeo membuka matanya. Ia tahu bahwa ia sedang berada di tempat yang peling dibencinya. Mengenakan baju dengan warna yang sangat dibencinya. Hijau muda. Ia menangis, dan laki-laki itu berusaha menenangkannya. Laki-laki itu tahu apa yang terbaik untuk Jeo, gadis yang sangat disayanginya.

***

"Je, kau tidak apa-apa?" Cia, sahabatnya itu merangkul pundak Jeo.

"Iya, kau tidak membalas pesan kami. Kau juga mengabaikan panggilanku. Sudah berani ya!" Agathe mengacak rambut Jeo.

"Aku tidak apa-apa. Aku sedang sibuk mengerjakan proyek dari guru," rengeknya "Dan kau! berhenti mengacak rambutku, kau hanya akan membuatku terlihat lebih cantik." Jeo tersenyum sambil memamerkan deretan giginya yang tidak rapi.

"Aku ingin muntah mendengarnya." Sahut Zellina dan Asena hampir bersamaan. Zellina bahkan sudah mendaratkan tangannya di lengan atas Jeo.

"Duh kau ini! Sakit tahu!"

Mereka semua tertawa minus Jeo. Ia mencebik tidak suka, tapi juga tertawa pada akhirnya. Ia memang yang paling muda di antara mereka. Ia selalu menyukai momen dengan teman-temannya yang sudah ia anggap seperti saudara. Sampai ia mengingat satu hal, yang membuatnya tersenyum getir. 'Berapa lama lagi aku bisa bersama mereka?' gumamnya.

"Aku pamit dulu!" Teriak Jeo yang berlari ke arah UKS sambil melambaikan tangannya. Jeo kebetulan sedang bertugas jaga UKS hari ini.

"Hei kau melupakan tas mu!" Seru Cia. Percuma, Jeo sudah menghilang dari hadapan mereka. "Ck, selalu saja begitu."

"Biar aku yang mengembalikan, aku ingin menjahilinya." Ucap Aileen yang merebut tas itu dari Cia. "Awas saja hehe." gumamnya.

Sementara Jeo, sesampainya di UKS langsung menempati kursi kosong di sebelah ranjang. Tidak ada siapa-siapa disana. Ia sengaja tidak berlama-lama dengan teman-temannya, karena ia merasa pusing. Ia merapikan rambutnya yang tadi di acak-acak oleh Agathe dengan tangan. Ia terkejut ketika beberapa helai atau lebih tepatnya hampir segenggam rambutnya rontok. Ia membulatkan matanya. 'Ya Tuhan!' Ia cepat-cepat beranjak   mencari plastik untuk menyembunyikan rambut itu.

Story Life of A MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang